PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH MAHASISWA

(1)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

JIGSAW

DENGAN

GROUP INVESTIGATION

(GI)

TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI

SIKAP ILMIAH MAHASISWA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

GITA KOSTANIA S541002013

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

v

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama : Gita Kostania

NIM : S541002013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa” adalah benar-benar karya peneliti. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri dalam tesis ini telah diberi citasi dan dirujuk dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, amka saya bersedia menerima sanksi akaemik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 9 Juni 2011

Pembuat Pernyataan,


(5)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tesis yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Ditunjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa”.

Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof.Drs. Suranto, M.Sc.,PhD., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr.,PAK.,MM.,M.Kes, selaku Ketua

Program Studi Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus Pembimbing I

4. P. Murdani K, dr.,MHPEd, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan


(6)

commit to user

vii

6. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan

7. Seluruh Staf dan Karyawan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi

8. Direktur beserta dosen dan karyawan Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, yang memberikan informasi, dukungan dan dorongan semangat bagi penulis

9. Orang tua tercinta dan keluarga tersayang beserta keluarga besar Sanbesari, yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moral dan materiil kepada penulis

10. Teman-teman seperjuangan kelas regular angkatan Februari 2010 yang selalu memberikan semangat, pengertian dan kebersamaan kepada penulis

11. Sahabat-sahabat terbaikku di Kos Tisanda II yang selalu memberikan dukungan moral dan semangat bagi penulis

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan sumbangan pikiran, kritik, dan saran yang dapat membangun demi penyempurnaan proposal tesis ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


(7)

commit to user

viii

Surakarta, 9 Juni 2011

Penulis,

Gita Kostania

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif ... 8

3. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ... 14 Hal


(8)

commit to user

ix

4. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) ... 17

5. Sikap Ilmiah ... 19

6. Hasil Belajar ... 20

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 28

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Uji Instrumen Penelitian ... 31

H. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

B. Deskripsi Data ... 52

C. Uji Prasyarat Analisis ... 57

D. Uji Hipotesis ... 61

E. Pembahasan Hasil Analisis ... 64

F. Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA


(9)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2. Rancangan Anova ... 48

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) ……….…..……… 52

Tabel 4.2. Data Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Materi Manajerial Asuhan Kebidanan Komunitas ... 53

Tabel 4.3. Deskripsi Skor Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Penggunaan Metode Belajar Jigsaw dan Group Investigation (GI) ... 54

Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Skor Sikap Ilmiah ... 55

Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Skor Sikap Ilmiah pada Penggunaan Metode Belajar Jigsaw dan Group Investigation (GI) ... 56

Tabel 4.6. Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest ... 57

Tabel 4.7. Perhitungan Uji Normalitas Skor Hasil Belajar (Pos Tes). 58 Tabel 4.8. Perhitungan Uji Normalitas Skor Sikap Ilmiah ... 58

Tabel 4.9. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Sampel ... 59

Tabel 4.10. Variansi Kelompok Sampel ... 60

Tabel 4.11. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ... 60

Tabel 4.12. Perhitungan Uji Beda Skor Pretest ... 61 Hal


(10)

commit to user

xi

Tabel 4.13. Analisis Variansi Hasil Belajar dengan Sikap Ilmiah ... 62 Tabel 4.14. Perhitungan Uji Scheffe ... 63

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Perbedaan Pengaruh Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dan GI (Group Investigation) terhadap Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Ditunjau dari

Sikap Ilmiah Mahasiswa ……… 31

Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel ……….. 34


(11)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 Silabus ... Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... Lampiran 3 Soal Objektif ... Lampiran 4 Angket Sikap Ilmiah mahasiswa ... Lampiran 5 Persetujuan Manjadi Responden ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Tes ... Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap ... Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis ... Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ...


(12)

commit to user

xiii

ABSTRAK

Gita Kostania. S541002013. 2011. “Perbedaan Pengaruh Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa”. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang: Model pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan soft skill mahasiswa. Dengan penerapan model ini, mahasiswa diharapkan terbiasa belajar secara mandiri (baik berkelompok maupun individu) dalam rangka memecahkan masalah belajar. Serta diharapkan dapat bekerja sama dan saling berbagi dengan teman peer-nya.

Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dengan metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap ilmiah mahasiswa.

Metode: Penelitian eksperimen kuasi, yaitu menguji coba metode pembelajaran terhadap hasil belajar dengan membandingkan hasil belajar pada kelompok perlakuan metode pembelajaran Jigsaw dengan hasil belajar pada kelompok perlakuan metode pembelajaran Group Investigation (GI). Sampel sebanyak 45 dan 46, analisis menggunakan Analisis Varian (Anova).


(13)

commit to user

xiv

Hasil: Angka kelulusan pembelajaran metode Jigsaw sebanyak (80%), dan Group Investigation (GI) sebanyak (87%). Rata-rata perolehan nilai pada pembelajaran Group Investigation (GI) sebesar 76,43, metode Jigsaw sebesar 72,20. Adapun hasil analisis pengaruh metode terhadap prestasi P-value = 0,042 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value ≤ 0,05, dengan demikian hipotesis nol ditolak. P-value untuk sikap ilmiah mahasiswa terhadap prestasi belajar sebesar 0,004 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value≤ 0,05, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Analisis interaksi antara metode pembelajaran (Jigsaw dan Group Investigation (GI)) dan sikap ilmiah mahasiswa terhadap prestasi belajar sebesar 0,491 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value ≥ 0,05, dengan demikian hipotesis nol diterima.

Kesimpulan: Metode belajar kooperatif Jigsaw dan Group Investigation (GI) berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa. Metode Group Investigation (GI) lebih berpengaruh pada peningkatan hasil belajar dibanding Jigsaw. Sikap ilmiah mahasiswa mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Metode belajar kooperatif dan sikap ilmiah tidak berinteraksi terhadap hasil belajar.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Group Investigation (GI), Sikap Ilmiah.

ABSTRACT

Gita Kostania. S541002013. 2011. “Differences Influence of Cooperative Learning with Methods Jigsaw and Group Investigation (GI) on Learning Achievements in Terms of Students' Scientific Attitude”. Thesis. Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

Background: Learning model Jigsaw and Group Investigation (GI) is a cooperative learning model that can improve achievement and ability students' soft skills. By applying this model, students are expected to get used to learning independently (either in groups or individually) in order to solve the problem of learning. And expected to work together and share with her friends peer.

Objective: To analyze the influence of learning differences Obstetric Care Community in AKBID Mamba'ul 'Ulum Surakarta with methods Jigsaw and Group Investigation (GI) on learning achievements in terms of students' scientific attitude.

Methods: A quasi-experimental research design, ie testing the learning method of learning outcomes by comparing groups are treated Jigsaw method of learning with the learning method GI (Group Investigation). Samples were 45 and 46, the analysis using Varian Analysis (ANOVA).

Results: Passing grade Jigsaw method of learning as much (80%), and Group Investigation (GI) as many (87%). Average grades on learning Group


(14)

commit to user

xv

Investigation (GI) of 76.43, Jigsaw method of 72.20. The results of analysis method influences on achievement P-value = 0.042 at the 0.05 level. This means P-value ≤ 0.05, thus the null hypothesis is rejected. P-value for students' scientific attitude toward the academic achievement of 0.004 at the 0.05 level. This means P-value ≤ 0.05, thus the null hypothesis is rejected. Analysis of interaction between the method of learning (Jigsaw and Group Investigation (GI)) and the scientific attitude of students toward the academic achievement of 0.491 at the 0.05 level. This means P-value ≥ 0.05, thus the null hypothesis is accepted.

Conclusion: Cooperative learning methods Jigsaw and Group Investigation (GI) effect on student learning achievement. Methods Group Investigation (GI) is more influential in improving learning achievement than Jigsaw. Students 'scientific attitudes affect students' learning achievement. Cooperative learning method and scientific attitude does not interact on the results of learning achievement.

Keywords: Cooperative Learning, Jigsaw, Group Investigation (GI), the Scientific Attitude.


(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan dalam sistim pendidikan. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dengan lingkungan. Peserta didik dalam hal ini adalah mahasiswa, dan pendidik adalah dosen (UU No.20, 2003).

Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, dosen harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat belajar dengan efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan kemampuan soft skill mahasiswa. Salah satu strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran dapat membantu mahasiswa untuk lebih mudah memahami suatu konsep. Oleh karena itu penentuan metode pembelajaran harus berawal dari kondisi nyata yang ada pada mahasiswa dan sesuai dengan karakteristik mata kuliah (Anwar, 2008).

Secara umum pembelajaran pada Program Studi Diploma III Kebidanan Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta masih dilakukan melalui sistem konvensional dengan pendekatan TCL (Teacher Centered Learning), walaupun sudah ada

beberapa dosen yang mulai menerapkan pembelajaran semi SCL (Student

Centered Learning) dimana mahasiswa diberi materi oleh dosen dan sekaligus aktif belajar baik secara kelompok maupun individual dengan penugasan


(16)

commit to user

individual dan kerja kelompok untuk selanjutnya didiskusikan. Dalam hal ini, keterlibatan dosen dirasa masih tinggi.

Salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa adalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Mata kuliah ini diajarkan pada semester IV (semester genap). Selama dua semester genap berturut-turut, hasil rata-rata belajar mahasiswa sebelum dilakukan remidiasi, berada di bawah rata-rata kelulusan yaitu kurang dari 2,75 (nilai ini setara dengan kurang dari 67). Tahun 2009 rata-rata kelas sebesar 2,69 dan tahun 2010 sebesar 2,73. Pencapaian hasil belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah metode belajar. Pada beberapa mata kuliah yang ditempuh di Program Studi Diploma III Kebidanan, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang dirasa paling sesuai, diantaranya adalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.

Upaya-upaya perbaikan kualitas pendidikan dapat dimulai dari perbaikan metode pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning) dengan menerapkan model belajar pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif bentuknya bermacam-macam, diantaranya yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), NumberedHead Together (NHT),Teams-Games-Tournaments

(TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team

Accelerated Instruction (TAI) dan lain-lain. Akibat positif pembelajaran ini yaitu selain mampu meningkatkan pencapaian prestasi belajar mahasiswa juga mampu menumbuhkan kesadaran bagi mahasiswa tentang perlunya belajar untuk berpikir,


(17)

commit to user

menyelesaikan masalah, mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka (Slavin, 2004).

Model pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan soft skill mahasiswa. Dengan penerapan model ini, mahasiswa diharapkan dapat terbiasa belajar secara mandiri (baik berkelompok maupun individu) dalam rangka memecahkan masalah atau mengerjakan tugas. Serta diharapkan dapat bekerja sama dan saling berbagi dengan teman peer-nya (Slavin, 2008).

Pada pembelajaran tipe Jigsaw mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi belajar yang harus dipelajari. Kelompok ini disebut kelompok asal. Kemudian, masing-masing mahasiswa dari berbagai kelompok dengan topik yang sama, bergabung untuk mencari dan mempelajari serta mendiskusikan bahan belajar secara berkelompok. Setelah itu, masing-masing mahasiswa kembali pada kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan materi yang telah dibahas (Arends, 2001).

Sedangkan pada pembelajaran Group Investigation (GI) mahasiswa

dilibatkan dalam merencanakan topik-topik yang akan dipelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya. Mahasiswa mendapatkan tugas sesuai dengan kelompok belajarnya untuk mendapatkan sumber belajar dan berdiskusi dengan


(18)

commit to user

kelompoknya tentang bahan belajar yang mereka bahas, untuk kemudian hasil dari investigasinya didiskusikan di kelas (Slavin, 2008).

Keberhasilan kedua metode belajar tersebut, dapat dinilai dengan hasil evaluasi belajar mahasiswa. Hasil belajar khususnya pada ranah kognitif, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal mahasiswa. Faktor internal adalah segala sesuatu yang muncul dalam diri mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar, seperti tingkat kecerdasan intelegensi dan emosi, rasa percaya diri, bakat, minat, motivasi, sikap terhadap belajar, aktivitas, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar dan kemampuan menggali hasil belajar, serta kebiasaan belajar mahasiswa. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang datangnya dari luar diri mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar, seperti sarana dan prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, media pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran dan lingkungan social mahasiswa (Azwar, 2005).

Setiap mahasiswa mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap rangsangan belajar yang didapat, Hal ini disebabkan oleh keadaan yang berbeda-beda pada masing-masing mahasiswa. Dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, perlu didukung oleh sikap ilmiah dalam diri setiap mahasiswa. Sikap ilmiah yang berkaitan dengan kelompok belajar dan materi pembelajaran yang dibahas dalam bidang ilmiah, menjadi persyaratan bagi proses pembelajaran. Pada intinya, sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan atau dorongan untuk berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran ilmiah sesuai dengan metode ilmiah (Winkel, 1996).


(19)

commit to user

Dalam interaksi pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan mahasiswa, dosen berfungsi sebagai pembimbing dan fasilitator yang membantu mahasiswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Salah satu fasilitas yang dapat diusahakan adalah dengan menciptakan suatu lingkungan pembelajaran yang mendukung mahasiswa untuk dapat mengembangkan sikap ilmiah.

Metode pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) merupakan pembelajaran kooperatif yang kedua-duanya melibatkan keaktifan mahasiswa, yang dalam proses pembelajarannya ada sedikit perbedaan. Model pembelajaran Group Investigation (GI) sudah cukup dikenal mahasiswa Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, sedangkan model pembelajaran Jigsaw merupakan hal yang baru. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran model Jigsaw dan Group Investigation (GI) dalam hal output belajar berupa hasil evaluasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mempunyai gagasan bahwa dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas, hasil belajar mahasiswa di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dapat ditingkatkan melalui pendekatan metode dan media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif. Peneliti akan meneliti

tentang perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Group

Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas yang meliputi aspek kognitif dan afektif bagi mahasiswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tidak sama. Pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Group Investigation (GI)


(20)

commit to user

merupakan hal yang baru di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, sehingga menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran

Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas ?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas?

3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran Asuhan Kebidanan

Komunitas di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dengan metode Jigsaw dan

Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap ilmiah mahasiswa.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis perbedaan pengaruh antara penerapan metode

pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.


(21)

commit to user

b. Menganalisis perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. c. Menganalisis interaksi pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw

dan Group Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan wacana baru dan pengetahuan bagi pendidik tentang perbedaan pengaruh metode mengajar dengan Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar.

b. Dapat mendorong dan menumbuhkan semangat kreativitas dalam

mengembangkan metode pembelajaran. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi bahan masukan untuk penyusunan metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa tetap memiliki sikap ilmiah yang tinggi dalam setiap proses pembelajaran.

b. Bagi Peneliti

Memberikan gambaran nyata tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar mahasiswa ditinjau dari sikap ilmiah mahasiswa.


(22)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar umumnya diartikan sebagai proses perubahan perilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, ketrampilan) tertentu. Winkel dalam Darsono (2001), mengemukakan “belajar sebagai suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan ketrampilan dan nilai sikap“. Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Hal ini identik dengan pandangan Good dan Brophy dalam Uno (2008), yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.

Belajar menurut Margaret dalam Uno (2008), adalah (1) memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3) perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang


(23)

commit to user

terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi, (4) belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.

Driscoll dalam Uno (2008), menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar antara lain:

a. Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang b. Hasil belajar yang muncul dalam diri mahasiswa merupakan akibat atau

hasil dari interaksi mahasiswa dengan lingkungan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang yang telah mengalami proses belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan perilaku sebagai suatu kriteria keberhasilan belajar pada diri seseorang yang belajar. Pada prinsipnya, dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu (1) melakukan persepsi terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan prasyarat, (3) merencanakan respons, (4) pelaksanaan respons yang dipilih (Darsono, 2001).

Belajar sebagai perubahan perilaku terjadi setelah mahasiswa mengikuti atau mengalami suatu proses belajar mengajar yaitu hasil belajar dalam bentuk penguasaan kemampuan atau ketrampilan tertentu. Dengan demikian dapat dirangkumkan bahwa belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya yaitu antara siswa dengan guru di dalam kelas untuk melakukan proses pembelajaran.


(24)

commit to user

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu

model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Cooperative

Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis, suatu pahan pembelajaran dimana belajar merupakan suatu hasil dari konstruksi mental. Mahasiswa belajar dengan cara mencocokkan informasi baru yang mereka peroleh bersama-sama dengan apa yang telah mereka ketahui. Mahasiswa akan dapat belajar dengan baik jika mereka mampu mengaktifkan konstruk pemahaman mereka sendiri. Menurut Kauchak dan Eggen dalam Suradi (2006) belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan untuk membantu mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain dalam mempelajari sesuatu.

Isjoni (2007) juga mengungkapkan bahwa Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang mahasiswa lebih bergairah dalam belajar.


(25)

commit to user

Sistem pembelajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Menurut Lie (2007) mengatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson dalam Emildadiany (2008), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran Cooperative Learning, setiap mahasiswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok


(26)

commit to user

harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

3) Tatap muka

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para mahasiswa.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.


(27)

commit to user

Urutan langkah-langkah perilaku pengajar menurut model

pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagai berikut ini:

a) Fase 1 : menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa. Pada fase ini dosen menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar.

b) Fase 2: mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Dosen bertugas menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan acuan.

c) Fase 3: mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d) Fase 4: membimbing kelompok bekerja dan belajar. Dosen

membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

e) Fase 5: evaluasi. Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f) Fase 6: memberikan penghargaan. Dosen mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu, kelompok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah mahasiswa sebagai anggota kelompok kecil


(28)

commit to user

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap mahasiswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi kuliah.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2004). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu: 1) Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi


(29)

commit to user

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

c. Karakteristik dan Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2006), karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.

3) Kemauan untuk bekerjasama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja


(30)

commit to user

harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

4) Keterampilan bekerjasama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktekkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006) adalah sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

2) Tanggung jawab perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. 3) Interaksi tatap muka


(31)

commit to user

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.

4) Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.

d. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Suradi (2006), keuntungan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok

2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama

berhasil.

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

5) Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan

kognitif yang non konservatif menjadi konservatif (Teori Piaget).


(32)

commit to user

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson et.al. di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin et.al. di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson, et.al. sebagai metode cooperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, dosen memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman mahasiswa dan membantu mahasiswa mengaktifkan schemata ini agar bahan mata kuliah menjadi lebih bermakna. Selain itu, mahasiswa bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana mahasiswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain (Arends, 2001).

Jigsaw didisain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.


(33)

commit to user

Mahasiswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2007).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topic yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian mahasiswa-mahasiswa tersebut kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk mahasiswa yang beranggotakan mahasiswa dengan kemampuan, asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok mahasiswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topic tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :

a. Dosen membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 mahasiswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok


(34)

commit to user

asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pembelajaran yang akan dipelajari mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini setiap mahasiswa diberi tugas mempelajari salah satu materi pembelajaran tersebut.

b. Semua mahasiswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar

bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counter

Group/CG). Dalam kelompok ahli, mahasiswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).

Misal suatu kelas dengan jumlah 40 mahasiswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran. Maka dari 40 mahasiswa, akan terbentuk menjadi 4 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Dosen memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

4. Model Pembelajaran Kooperative Group Investigation (GI)

Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan model pendekatan pembelajaran yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan, karena melibatkan mahasiswa dalam merencanakan


(35)

commit to user

topik-topik yang akan dipelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya. Hal ini membutuhkan norma dan struktur kelas yang lebih canggih dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning/TCL).

Pendekatan pembelajaran Group Investigation (GI) diawali dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing beranggotakan 5 – 6 orang. Mahasiswa memilih topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topic yang dipilih, dan kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.

Slavin (2008) dan rekan-rekan sejawatnya mendiskripsikan langkah-langkah pembelajaran Group Investigation (GI), sebagai berikut:

a. Pemilihan topik

Mahasiswa memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang

permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh dosen. Mahasiswa kemudian diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggotakan 2 – 6 orang. Komposisi kelompok heterogen, baik secara akademis maupun etnis.

b. Cooperative learning

Mahasiswa dan dosen merencanakan prosedur, tugas dan tujuan belajar tertentu yang sesuai dengan sub topik yang dipilih dalam langkah 1. c. Implementasi

Mahasiswa melaksanakan rencana yang diformulasikan dalam langkah 2. Pembelajaran melibatkan beragam kegiatan dan keterampilan yang


(36)

commit to user

mengarahkan mahasiswa ke berbagai sumber di dalam maupun di luar kampus. Dosen mengikuti dari dekat perkembangan masing-masing kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan.

d. Analisis dan sintesis

Mahasiswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh selama langkah 3 dan merencanakan bagaimana informasi tersebut dapat dirangkum dnegan menarik untuk dipertontonkan atau dipresentasikan kepada teman-teman sekelas.

e. Presentasi produk akhir

Beberapa atau semua kelompok di kelas memberikan presentasi menarik tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat satu sama lain saling terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih luas tentang sebuah topik. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh dosen. f. Evaluasi

Dalam kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti aspek-aspek yang berbeda dari topik yang sama, mahasiswa dan dosen mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok kedalam hasil pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat memasukkan assesment individual atau kelompok, atau kedua-duanya.

Pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan model

pembelajaran yang sangat efektif. Mahasiswa dapat memegang konsep dan mengkreasikan ide-ide baru dalam belajar, dengan fasilitasi dari dosen. Pada


(37)

commit to user

mahasiswa yang dapat memanipulasi pengalaman belajar mereka, akan dapat memegang konsep belajar lebih cepat dan tetap memahami/menguasai bahan belajar lebih lama. Dalam pembelajaran dosen sebisa mungkin dapat meningkatkan dan menstimulasi mahasiswa dalam kelompoknya masing-masing untuk dapat mengkreasikan sesuatu berdasarkan pengalaman nyata. Penghargaan dari dosen pada kelompok yang berprestasi penting diberikan. Dengan kontrol yang baik, model pembelajaran ini dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa dan hasil belajar dirasa lebih bermakna (Bounds, 2009).

5. Sikap Ilmiah

Sikap didefinisikan sebagai suatu keadaan internal seseorang yang

mempengaruhi pilihan-pilihan atau tindakan-tindakan pribadi yang

dilakukannya (Suhaenah, 2001). Sikap dapat berubah sejalan dengan perkembangan individu sebagai akibat dari hasil belajar dan interaksi dengan lingkungan. Dengan kata lain, sikap dapat dibentuk atau diubah melalui pendidikan. Salah satu aspek mempelajari suatu ilmu atau belajar adalah pembentukan sikap ilmiah.

Menurut Sears yang dikutip oleh Harlen (2001), sikap ilmiah mempunyai tiga aspek atau komponen, yaitu kognitif (berhubungan dengan pengetahuan), afektif (berhubungan dengan sikap dan perasaan) dan psikomotorik (berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak). Struktur kognitif yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan, sangat menentukan dalam pembentukan sikap seseorang.


(38)

commit to user

Menurut Baharuddin yang dikutip oleh Suryawati (2010), mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada dasarnya adalah suatu kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Brotowidjoyo cit Suryawati (2010) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :

a. Sikap Ingin Tahu. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru

dikenalnya, maka ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa, kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, dan memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan suatu masalah.

b. Sikap Kritis. Kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan, tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, dan bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan referensi yang tepat.

c. Sikap Obyektif. Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu,

menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

d. Sikap Ingin Menemukan. Selalu memberikan saran-saran untuk

penemuan cara-cara baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif.


(39)

commit to user

e. Sikap Menghargai Karya Orang Lain. Tidak akan mengakui dan

memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

f. Sikap Tekun. Tidak bosan mengadakan investigasi atas masalah yang dihadapi, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai, terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

g. Sikap Terbuka. Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat tujuh aspek penting dalam membangun sikap ilmiah, yaitu tanggung jawab, rasa ingin tahu, kerja sama, ketepatan waktu dan ketepatan, disiplin, dan dapat menerima (Suryawati, 2010).

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik untuk meningkatkan minat dan sikap ilmiah mahasiswa, yaitu dengan memberikan cara dan semangat baru dalam hal belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar mereka. Pedroti cit Suryawati (2010) juga menyatakan bahwa beberapa elemen dari pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam kelompok dan adanya komunikasi antar anggota kelompok. Sebagai pemimpin, pendidik memainkan peran yang besar dalam membentuk sikap kerjasama diantara anggota-anggota kelompok dan membentuk proses pembelajaran aktif (active learning). Kemampuan ilmiah adalah keterampilan


(40)

commit to user

yang penting yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan metode ilmiah. Metode ini diantaranya eksperimen, investigasi dan pembelajaran project-based membutuhkan keterampilan ilmiah yang akan mendukung mahasiswa dalam pembentukan sikap ilmiah.

6. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Sedangkan menurut Kingsley cit Sudjana (2004), membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1)keterampilan dan kebiasaan, (2)pengetahuan dan pengarahan, (3)sikap dan cita-cita.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh dosen sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah diketahui peserta didik, indikator daya serap, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi pendidikan, selain itu juga bisa sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Hasil belajar biasanya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik (Arifin, 2009).


(41)

commit to user

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Syah (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar diantaranya:

1) Faktor internal yaitu faktor penghambat yang berasal dari diri peserta didik berupa fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan kondisi umum kebugaran organ-organ dan sendi-sendinya yang mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa yaitu intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi belajar.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik antara lain lingkungan social dan lingkungan non esensial. Lingkungan sosial berupa: pengaruh dari sekolah, dan pengaruh di lingkungan masyarakat. Lingkungan non esensial berupa gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar.

Berdasarkan tujuannya, Bloom mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendapat yang dama dikemukakan pleh Anderson, bahwa karakteristik manusia meliputi sara tipikal dari berfikir, berperasaan dan berbuat. Tipikal berfikir berkaitan dengan ranah kognitif, perasaan berkaitan dengan ranah afektif, dan berbuat berkaitan dengan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia, dan dalam bidang pendidikan merupakan prestasi belajar. Hasil belajar ini dapat diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung melalui pengamatan langsung atau setelah proses


(42)

commit to user

belajar mengajar berakhir dengan memberikan suatu tes. Menurut Bloom, yang dikutip Winkel (1996) hasil belajar meliputi :

a. Ranah Kognitif

Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek, yang menurut Chaplin diartikan sebagai proses kognitif, proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, kemampuan mempertimbangkan dan kemampuan mental. Sedangkan menurut Piaget, kognitif adalah kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan berfikir,

mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan

menyelesaikan persoalan (Asrori, 2008).

Menurut taksonomi Bloom dan revisi oleh Anderson (2001), hasil belajar ranah kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu :

1) Pengetahuan (knowledge), berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bantuk yang dipelajari.

2) Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran yang lainnya.

3) Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu

kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang nyata dan baru.


(43)

commit to user

4) Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan

ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik.

5) Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan criteria tertentu.

6) Mencipta/mendisain (to create), merupakan kemampuan untuk

menciptakan atau mendisain satu kesatuan atau pola baru. b. Ranah Afektif

Ranah afektif ini meliputi sikap dan nilai yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :

1) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu

perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut. 2) Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan

secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.

4) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk

suatu sistim nilai sebagai pedoman den pegangan dalam kehidupan. 5) Pembentukan pola hidup (characterization by value complex), mencakup


(44)

commit to user

sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

c. Ranah Psiomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan penggunaan keterampilan motorik dasar, koordinasi dan pergerakan fisik. Harrow mengklasifikasikan ranah psikomotorik menjadi 5 tingkatan, yaitu :

1) Imitation, kemampuan untuk dapat melakukan keterampilan dengan meniru disertai contoh.

2) Manipulation, kemampuan melakukan keterampilan dengan meniru tanpa contoh visual.

3) Precision, kemampuan melakukan keterampilan tanpa contoh visual, melakukan dengan tepat dan lancar.

4) Articulation, melakukan keterampilan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dari yang dicontohkan/dipelajari secara akurat dan tepat.

5) Naturalization, dapat melakukan keterampilan dengan spontan dan otomatis, secara akurat dan tepat.

B. Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

1. Mardiyanto (2009), judul: Pembelajaran Kooperatif Melalui Model Jigsaw dan Group Investigation (GI) Dengan Memperhatikan Tingkat Aktivitas Belajar Siswa. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) ada


(45)

commit to user

pengaruh penggunaan pembelajaran kooperative Jigsaw dan GI terhadap prestasi belajar fisika, 2) ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika, 3) tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran Jigsaw dan GI dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Mardiyanto dengan penelitian ini adalah pada penggunaan pembelajaran kooperative Jigsaw dan GI. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel moderator yang digunakan. Mardiyanta menggunakan aktivitas belajar sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sikap ilmiah.

2. Satutik Rahayu (2007), judul: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Metode Inkuiri Terbimbing dan Eksperimen Ditinjau dari Sikap Ilmiah. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode inkuiri terbimbing dan Eksperimen terhadap prestasi belajar fisika, 2) ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, 3) ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif STAD dengan metode inkuiri terbimbing dan eksperimen dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Kesamaan penelitian adalah pada penggunaan variable moderator sikap ilmiah, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan metode pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

GI Jigsaw


(46)

commit to user

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan GI (Group Investigation) terhadap Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Ditunjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa

Penjelasan: pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI), dalam pelaksanaannya dapat membantu mahasiswa untuk saling bergantung dengan temannya dalam konteks positif untuk belajar, berlatih untuk bertanggungjawab secara individu maupun kelompok, dapat meningkatkan interaksi sosial, dan dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam belajar, serta meningkatkan efektifitas komunikasi sesama mahasiswa dan dosen sebagai pembimbing. Proses pembelajaran kooperatif dapat dipengaruhi oleh sikap ilmiah mahasiswa, dimana sikap ilmiah pada dasarnya adalah suatu kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran secara berkelompok. Sehingga dalam hal ini pembelajaran kooperatif dengan proses belajar yang baik, dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

D. Hipotesis

Hasil Belajar - Ketergantungan positif - Tanggung jawab individu - Interaksi sosial

- Partisipasi dan komunikasi Sikap Ilmiah


(47)

commit to user

1. Ada perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran Jigsaw

dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas

2. Ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas

3. Ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi, disebut juga penelitian eksperimen semu, yaitu mengujicoba metode pembelajaran terhadap hasil belajar yaitu membandingkan hasil belajar pada kelompok perlakuan metode pembelajaran Jigsaw dengan hasil belajar pada kelompok perlakuan metode pembelajaran Group Investigation (GI). Untuk mengetahui pengaruhnya pada hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas pada pokok bahasan Manajerial Asuhan Kebidanan Komunitas, dibandingkan hasil pre dan post test.

Penelitian ini mengkaji tiga variable, yaitu metode pembelajaran sebagai variable bebas, hasil belajar sebagai variable terikat, dan sikap ilmiah sebagai variable atribut. Hubungan antar variabel digambarkan dalam bagan di bawah ini.


(48)

commit to user

Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2010/2011, selama empat minggu dari tanggal 25 April sampai dengan 21 Mei tahun 2011.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta tahun akademik 2010/2011, dengan populasi aktual mahasiswa semester IV yang terbagi menjadi dua

33

GI

Jigsaw

Hasil Belajar Sikap Ilmiah


(49)

commit to user

kelas dengan jumlah 91 mahasiswa (kelas A sejumlah 46 mahasiswa dan kelas B sejumlah 45 mahasiswa).

2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling, dari mahasiswa semester IV Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta. Dari dua kelas, satu kelas diberikan perlakuan pembelajaran Jigsaw dan satu kelas lagi diberikan perlakuan pembelajaran Group Investigation (GI).

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian :

a. Variabel terikat : hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas

b. Variabel bebas : pembelajaran tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI)

c. Variabel atribut : sikap ilmiah mahasiswa 2. Definisi Operasional

a. Pembelajaran tipe Jigsaw, yaitu model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 mahasiswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pembelajaran yang akan dipelajari mahasiswa sesuai dengan


(50)

commit to user

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap mahasiswa diberi tugas mempelajari salah satu materi pembelajaran tersebut. Kemudian semua mahasiswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counter Group/CG). Dalam kelompok ahli, mahasiswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

b. Pembelajaran tipe Group Investigation (GI), yaitu model

pembelajaran yang digunkan dalam pembelajaran di kelas dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing beranggotakan 5 – 6 orang. Mahasiswa memilih topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih, dan kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laoran kepada seluruh kelas.

c. Hasil belajar adalah hasil dari evaluasi akhir pembelajaran dalam bentuk nilai dengan instrument tes.

d. Sikap ilmiah adalah tingkat kesesuaian tingkah laku mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : rasa ingin tahu, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti, jujur, teliti, menghargai penemuan para ahli, menghargai pendapat orang lain, dan sanggup menerima gagasan dan semangat baru.

E. Instrumen Penelitian


(51)

commit to user

1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian yaitu berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas semester IV Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.

2. Instrumen mengenai hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan

Komunitas berupa tes. Tes ini merupakan tes kognitif dangan jenis pertanyaan tertutup (disediakan pilihan jawaban).

3. Instrumen untuk mengetahui sikap ilmiah mahasiswa berupa angket. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup (terstruktur) yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Untuk mengukur sikap, maka digunakan skala likert dan diukur serta dijabarkan menjadi dimensi dan indikator-indikator yang dapat diukur. Pernyataan dalam angket dibagi menjadi pernyataan positif (favorable) dan negative (unfavorable), yang didalamnya disediakan lima opsi dengan alternatif pilihan jawaban yang terdiri atas: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)

Pernyataan negatif disisipkan diantara pernyataan positif untuk mengontrol tingkat ketelitian atau keseriusan responden dalam memberikan respon. Responden yang tidak serius atau ceroboh dalam menjawab akan terjebak dengan pernyataan tersebut. Masing-masing pernyataan diberi skor yaitu SS=5, S=4, R=3 TS=2, STS=1 untuk pernyataan positif (favorable) dan SS=1, S=2, R=3, TS=4 dan STS=5 untuk pernyataan negatif (unfavorable).


(52)

commit to user

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan datanya yaitu: 1. Angket Sikap Ilmiah

Pengumpulan data tentang sikap ilmiah mahasiswa dengan

menggunakan angket/kuesioner. Kuesioner ini bertujuan untuk

mengungkapkan sikap ilmiah mahasiswa terhadap pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas. Kuesioner tersebut dibagikan sekali setelah mahasiswa melakukan proses pembelajaran.

2. Tes Hasil Belajar

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau nilai hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Jenis pertanyaan pada tes kognitif ini menggunakan jenis pertanyaan tertutup (disediakan pilihan jawaban) yang meliputi semua materi yang didiskusikan. Soal tes terdiri dari soal pre tes, dan post test. Soal pre test diberikan pada mahasiswa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Sedangkan soal post test diberikan pada mahasiswa setelah selesai menuntaskan kegiatan pembelajaran pada semua materi yang dipelajari.

G. Uji Instrumen Penelitian


(53)

commit to user

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009), agar dalam pengumpulan datanya diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30 orang (Macfoedz, 2007). Uji validitas tes hasil belajar diujikan pada mahasiswa semester IV STIKES ‘Aisyiyah Surakarta program studi DIII Kebidanan. Untuk mengetahui validitas instrumen hasil belajar akan digunakan teknik sebagai berikut: (Azwar, 2009)

Keterangan:

γpbi : Koefisien korelasi poin biserial

Mp : Mean skor dari mahasiswa yang menjawab benar bagi item yang dicari korelasinya dengan test

Mx : Mean skor total (skor rata-rata seluruh peserta tes) Sx : Standar deviasi skor total

p : Proporsi mahasiswa yang menjawab benar item tersebut (1-p) : Proporsi mahasiswa yang menjawab salah item tersebut

Koefisien korelasi biserial (gpbi) menunjukkan validitas item dari test bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung . Taraf signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas


(54)

commit to user

suatu test (rhitung). Item dikatakan valid apabila harga rhitung ≥ rtabel , r tabel hasil korelasi product moment.

Pada penelitian ini terdapat 40 soal yang diujikan. Setelah diolah, terdapat 6 soal yang tidak valid yaitu nomor 1, 6, 15, 17, 21 dan 30. Semua soal valid yang diujikan untuk sampel penelitian berjumlah 34 soal, sudah mewakili masing-masing indikator dari keberhasilan belajar yang ingin diukur.

2. Uji Validitas Angket

Uji validitas angket diujikan pada mahasiswa semester IV STIKES ‘Aisyiyah Surakarta program studi DIII Kebidanan. Validitas angket sikap ilmiah mahasiswa diuji menggunakan rumus: (Suharsini Arikunto, 2006)

Keterangan:

X : Skor item

Y : Skor total

N : Cacah subyek

rxy : Angka Validitas Item

Kriteria harga dari rxy adalah: item test dikatakan valid jika rxy-obs> rxy

table pada taraf signifikansi 5%.

Pada penelitian ini terdapat 52 soal yang diujikan. Setelah diolah didapatkan 8 soal yang tidak valid yaitu nomor 2, 9, 18, 24, 29, 40, 48 dan 51. Jumlah soal valid untuk angket penelitian sebanyak 44 soal, sudah mewakili


(55)

commit to user

masing-masing indikator dari sikap ilmiah yang ingin diketahui, meliputi: cermat, jujur, disiplin, bertanggungjawab, bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, kritis, sikap ingin tahu, dan menyampaikan pendapat/ide.

3. Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar

Untuk menguji reliabilitas test hasil belajar digunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Suharsini Arikunto, 2006):

Keterangan: r 11: reliabilitas

p : proporsi subyek yang menjawab benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

Spq: jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item

S : standar deviasi dari test.

Adapun kriteria penafsiran reliabilitas adalah: 0 < r 11< 0,19 : sangat rendah

0,20 <r 11< 0,38 : rendah 0,39 < r 11< 0,58 : cukup 0,59 <r 11< 0,78 : tinggi 0,79 <r 11< 1,00 : sangat tinggi

Dari 34 soal tes hasil belajar yang valid, diuji reliabilitas dan didapatkan nilai r= 0,881 (sangat tinggi).


(56)

commit to user 4. Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas angket menunjukkan bahwa instrument yang digunakan memiliki keajegan dalam menilai apa yang dinilainya. Pada penelitian ini menggunakan formula alpha untuk tes yang dibelah dua, dengan rumus :

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas alpha

k = Banyaknya belahan

2

j

s = Varians skor belahan (j)

2

x

s = Varians skor tes (X)

Nilai alpha untuk uji reliabilitas angket penelitian sebesar 0,887 (tingkat reliabilitas tinggi).

5. Derajat Kesukaran (DK)/ Difficult Index

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.

Untuk mengukur derajat kesukaran soal digunakan rumus: (Zainal Arifin, 2009) ÷÷ ø ö çç è æ + -= 2 2 2 2 1 1 2 x s s s a


(57)

commit to user Keterangan:

DK/TK/p : Derajat Kesukaran

B atau SB: jumlah mahasiswa yang menjawab benar Js atau N : jumlah seluruh peserta test

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah: DK > 0,70 : mudah

0,30 ≤ DK ≤ 0,70 : sedang DK < 0,30 : sukar

Hasil uji coba soal dari 40 soal dengan 34 soal yang valid, didapatkan soal dengan tingkat kesukaran sukar nomor 1, 15, 17, 21 dan 25. Soal dengan tingkat kesukaran sedang nomor 6, 8, 9, 14, 16, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32 dan 40. Soal dengan tingkat kesukaran mudah nomor 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 18, 19, 20, 22, 29, 33, 34, 35, 36, 37, 38 dan 39.

6. Daya Pembeda (DP) atau Discriminating Power

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan mahasiswa yang sudah menguasai kompetensi dengan mahasiswa yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koofesien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara mahasiswa yang menguasai kompetensi dengan mahasiswa yang kurang menguasai kompetensi (Zainal Arifin, 2009). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:


(58)

commit to user Keterangan:

DP : daya pembeda

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

Adapun kriteria penafsiran daya pembeda adalah: 0,00 ≤ DP < 0,20 : jelek

0,20 ≤ DP < 0,40 : cukup 0,41 ≤ DP < 0,70 : baik

0,70 ≤ DK < 1,00 : baik sekali.

Hasil uji coba soal dari 40 soal diperoleh soal dengan daya pembeda jelek nomor 1, 6, 15, 17, 21, 30, 36 dan 38. Soal dengan daya pembeda cukup nomor 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 33, 34, 37, 39 dan 40. Soal dengan daya pembeda baik nomor 2, 7, 14, 26, 27, 31, 32 dan 35.

H. Teknik Analisis Data

Setelah seluruh jawaban terkumpul, selanjutnya adalah proses analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(59)

commit to user

1. Editing yaitu meliputi memeriksa data terlebih dahulu meliputi mengecek kelengkapan identitas subyek penelitian, mengecek kelengkapan data dan mengecek macam isian data.

2. Coding yaitu memberikan kode jawaban dengan angka atau kode lain seperti simbol-simbol tertentu setiap jawaban.

3. Transfering yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban ke dalam media tertentu, misalnya master tabel.

4. Tabulating yaitu mengelompokkan data dalam suatu table tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

Sebelum data dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian, maka terlebih dahulu data diinterpretasikan untuk memudahkan dalam deskripsi data. Secara garis besar, interpretasi data ada dua yaitu hasil belajar dan sikap ilmiah.

1. Interpretasi Data Hasil Belajar

Interpretasi hasil belajar dikategorikan menjadi dua, yaitu lulus dan tidak lulus. Pengkategorian lulus dan tidak lulus berdasarkan atas kriteria kelulusan pada mata kuliah yang diterapkan Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, dengan ketentuan sebagai berikut :

Lulus : nilai ≥ 67, dengan bobot ≥ 2,75, mutu B

Tidak Lulus : nilai < 67, dengan bobot < 2,75, mutu C. 2. Interpretasi Data Sikap ilmiah


(60)

commit to user

Setelah data dikumpulkan dan dilakukan skoring, maka data dijumlah dan diinterpretasikan menjadi tiga kategori yaitu sikap ilmiah tinggi, sedang dan rendah. Sebelum hasil perolehan data dikategorikan, terlebih dahulu dibuat rentang skala dengan rumus sebagai berikut : (Simamora, 2004)

Keterangan :

RS : Rentang Skala

m : Skor tertinggi pada skala n : Skor terendah pada skala

b : Jumlah kelas atau kategori yang dibuat

Dari 44 soal yang valid dan skala tertinggi 5, maka didapatkan skor tertinggi 220 (44x5=220). Sedangkan skor terendah dari skala terendah 1 adalah 44 (44x1=44). Sehingga didapatkan rentang skala 58 ((220-44)/3). Adapun interval untuk kategori sikap ilmiah sebagai berikut :

Sikap ilmiah tinggi : 162 – 220 Sikap ilmiah sedang : 103 – 162 Sikap ilmiah rendah : 44 – 102.

Tahap terakhir dalam pengolahan data hasil penelitian adalah analisis data. Hasil penelitian ini akan menegaskan bagaimana kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti. Tujuannya terletak pada penemuan faktor-faktor akibat perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas

RS = m – n b


(61)

commit to user

terhadap hasil belajar. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan setiap variabel bebas yang dicobakan dengan sikap ilmiah sebagai variabel atribut, sekaligus dilihat faktor-faktor yang berinteraksi terhadap variabel terikat. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang diteliti memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan SPSS 15 dengan taraf signifikansi α=0,05. Prosedur penentuan hipotesis :

H0 : data terdistribusi normal H1 : data tidak terdistribusi normal

Jika P value ≥ 0,05 maka data terdistribusi normal dan sebaliknya.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah bahwa variasi populasi kelompok satu sama besar dengan variansi populasi kelompok dua. Untuk mengetahui homogenitas digunakan SPSS 15. Prosedur penentuan hipotesis yaitu:

H0 : data terdistribusi homogen H1 : data terdistribusi tidak homogen

Jika P value ≥ 0,05 maka sampel homogen dan sebaliknya. b. Pengujian Hipotesis


(62)

commit to user 1) Uji Beda (Uji t)

Uji beda digunakan untuk menganalisis hasil pre test mahasiswa sebelum dilakukan perlakuan. Pada penelitian eksperimen, sebelum diberikan perlakuan, sampel penelitian harus mempunyai kemampuan awal yang sama. Penentuan hipotesis :

H0 : tidak ada beda signifikan H1 : ada perbedaan signifikan

Jika P value ≥ 0,05 maka data sampel berbeda dan sebaliknya.

2) Uji AnaVa

Untuk menguji hipotesis tersebut analisis yang digunakan adalah analisis varian.

Penggunaan Metode

Sikap Ilmiah A1 A2

B1 A1B1 A2B1

B2 A1B2 A2B2

B3 A1B3 A2B3

Tabel 3.2. Rancangan Anava Keterangan:

A : Metode Cooperative Learning

A1 : Metode Jigsaw

A2 : Metode GI

B : Sikap Ilmiah

B1 : Sikap Ilmiah Tinggi

B2 : Sikap Ilmiah Sedang


(1)

commit to user

sikap ilmiah tidak begitu berperan karena belajar dalam kelompok kecil tiap anggota kelompok saling membantu dan mengisi serta melangkapi kekurangan masing-masing mahasiswa. Sikap ilmiah mahasiswa ini akan teratasi melalui pembelajaran kooperatif. Sikap ilmiah mahasiswa tidak terlalu dipengaruhi oleh pembelajaran kooperatif baik Jigsaw maupun Group Investigation (GI).

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap ilmiah mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas ini telah dilakukan secara maksimal untu mendapatkan hasil penelitian yang optimal. Namun demikian penulis menyadari masih terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan.

Terdapat dua instrument data yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian ini. Pertama berupa instrument tes untuk mendapatkan data hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran dengan membandingkan hasil pre tes dan pos tes. Instrument kedua berupa kuesioner untuk mendapatkan data sikap ilmiah.

Peneliti tidak dapat menjamin bahwa hasil belajar merupakan kemampuan sesungguhnya yang ditunjukkan mahasiswa. Karena hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya metode belajar. Hasil belajar khususnya pada ranah kognitif, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal mahasiswa. Faktor internal adalah segala sesuatu yang muncul dalam diri mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar, seperti tingkat kecerdasan intelegensi dan emosi, rasa percaya


(2)

commit to user

diri, bakat, minat, motivasi, sikap terhadap belajar, aktivitas, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar dan kemampuan menggali hasil belajar, serta kebiasaan belajar mahasiswa. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang datangnya dari luar diri mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar, seperti sarana dan prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, media pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran dan lingkungan social mahasiswa (Azwar, 2005).

Untuk data sikap ilmiah yang didapatkan dari angket/kuesioner, peneliti hanya dapat mengantisipasi jawaban mahasiswa bukan berasal dari temannya ataupun kerjasama. Namun demikian, peneliti tidak dapat menjamin jawaban mahasiswa benar-benar jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan angket. Ada kemungkinan mahasiswa dalam mengisi angketnya kurang serius, sehingga tidak mencerminkan kondisi nyata yang ada pada mahasiswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu hal yang baru bagi mahasiswa, sehingga sistim pembelajaran dengan kelompok kecil ini belum maksimal. Kemampuan bekerja sama, memahami konsep dan menjelaskan materi pada orang lain dirasa masih kurang. Sehingga peran pendidik di sini dirasa masih sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan mahasiswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), merupakan model pembelajaran yang sudah cukup dikenal oleh mahasiswa, karena sebelumnya mahasiswa sudah pernah melakukan hal yang sama walaupun berbeda dari konsep. Mengingat hal tersebut, maka respon mahasiswa pada kelompok ini


(3)

commit to user

cukup baik dalam hal belajar dan memahami suatu konsep. Namun dalam pelaksanaan penelitian ini, belum seratus persen sesuai dengan konsep pembelajaran model Group Investigation (GI).

Penelitian serupa masih perlu dikembangkan, mengingat pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dirasa paling sesuai untuk tingkatan mahasiswa perguruan tinggi.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


(4)

commit to user

Berdasarkan pada hasil penelitian yang disajikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Ada perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Model pembelajaran Group Investigation (GI) lebih berpengaruh daripada Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar.

2. Ada perbedaan pengaruh antara sikap limiah tinggi dan sedang terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas.

3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Group Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritik

a. Dengan penelitian ini, dapat memberikan wacana baru dan pengetahuan tentang pelaksanaan penggunaaan metode belajar kooperatif Jigsaw dan Group Investigation (GI).

b. Metode pembelajaran kooperatif dapat mendorong dan menumbuhkembangkan semangat kreativitas dalam meningkatkan motivasi pendidik dalam mengajar. Perlu pengetahuan lebih mendalam mengenai metode pembelajaran kooperatif.

2. Implikasi Praktis


(5)

commit to user

a. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk penyusunan strategi pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa tetap memiliki sikap ilmiah tinggi dalam setiap proses pembelajaran sehingga semangat belajarnya tinggi dan diharapkan meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

b. Pelaksanaan penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata bagi para pendidik di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta tentang pembelajaran kooperatif, khususnya metode Jigsaw dan Group Investigation (GI). Diharapkan metode pembelajaran kooperatif khususnya Group Investigation (GI) tetap dilaksanakan di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.

C. Saran

1. Pengelola dan Pihak Institusi

a. Hendaknya mendukung dosen untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif khususnya metode Group Investigation (GI) pada semua mata kuliah, melalui penyediaan sarana dan prasarana yang lebih mendukung. b. Pihak pengelola mengikutkan dosen-dosen dalam pelatihan-pelatihan

pendidikan yang berhubungan dengan pembelajaran.

c. Pembelajaran kooperatif membutuhkan persiapan mahasiswa dan dana yang tidak sedikit, untuk itu hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran koperatif, mahasiswa ikut dibantu dalam tahap persiapan dan pelaksanaan penyusunan materi belajar oleh pihak pendidikan. 2. Peneliti Selanjutnya


(6)

commit to user

Keberhasilan pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal mahasiswa. Metode belajar merupakan salah satu dari faktor eksternal yang mendukung keberhasilan mahasiswa. Metode belajar kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar mahasiswa dalam belajar yang akan mendorongnya untuk lebih giat belajar. Dengan kata lain, metode belajar kooperatif dapat mempengaruhi faktor internal keberhasilan belajar. Untuk itu perlu diteliti lebih dalam tentang pembelajaran kooperatif kaitannya dengan variable atribut yang lain, yang dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa.


Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

0 6 183

Perbedaan Sikap Ilmiah Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Group Investigation (GI) pada Konsep Fungi

0 18 288

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

0 2 27

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN JIGSAW DAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Jigsaw Dan Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar

0 3 17

View of EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA

0 0 18

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 2 13

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Kecerdasan Majemuk Siswa Ditinjau dari Hasil Pembelajaran

0 0 8