Metode Pengambilan Contoh Keadaan Umum Kabupaten Kepulauan Seribu

18

3.5 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode purposive sampling dan metode accidental sampling. Hal ini dilakukan karena adanya beberapa perbedaan karakteristik antara dua populasi yang berbeda yaitu nelayan dan wisatawan. Menurut Nazir 2005, metode purposive sampling adalah penarikan sampel yang dipilih secara cermat menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel tersebut. Metode accidental sampling adalah metode pengambilan sampel yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama, dengan responden yang dimintai informasi benar-benar diperoleh secara kebetulan tanpa suatu pertimbangan tertentu. Metode purposive sampling diterapkan pada 30 orang nelayan yang tinggal di wilayah Pulau Pramuka. Responden nelayan diambil berdasarkan jenis alat penangkapan ikan yang dominan, yaitu payang, bubu, pancing gandar dan jaring ikan hias. Kemampuan responden dalam menjawab dan memahami kuisioner yang diajukan sangat dipertimbangkan. Apabila responden tidak dapat memahami atau menjawab kuesioner maka akan diganti dengan responden yang lain. Metode accidental sampling diterapkan pada wisatawan. Jumlah responden wisatawan yang diambil ialah 30 orang. Menurut Walpole 1982, jumlah reponden 30 orang merupakan syarat minimal agar dapat dilakukan pendugaan parameter melalui metode statistika.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan tiga analisis. Analisis yang digunakan ialah analisis terhadap sektor perikanan tangkap, analisis terhadap sektor pariwisata dan analisis menggunakan matriks SWOT.

3.6.1 Analisis terhadap sektor perikanan tangkap

Sektor perikanan tangkap dianalisis dengan melihat volume hasil tangkapan, jumlah trip per tahun, jumlah kapal penangkapan ikan dan jumlah nelayan yang ada dalam suatu unit penangkapan ikan. Selain itu dilakukan analisis deskriptif 19 terhadap keragaan teknis unit penangkapan ikan dominan yang ada di lokasi penelitian.

3.6.2 Analisis terhadap sektor pariwisata

Sektor pariwisata dianalisis dengan penghitungan permintaan rekreasi dan pembuatan kurva permintaan rekreasi. Selain itu analisis terhadap sektor pariwisata diuji menggunakan evaluasi ekonometrika. 3.6.2.1 Kurva permintaan rekreasi Metode yang digunakan untuk menganalisis permintaan rekreasi adalah travel cost method atau metode biaya perjalanan. Travel cost method merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan recreational value atau nilai rekreasi dari suatu lokasi atau obyek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar atau non market good or service Sobari dan Anggraini 2008. Metode biaya perjalanan di dalam penelitian ini menggunakan pengelompokan pendapatan pengunjung berdasarkan pengeluaran individu atau untuk memperkirakan rata –rata kurva permintaan individu terhadap lokasi wisata, dalam pendekatan ini pengunjung dikelompokkan berdasarkan pengeluaran Grigalunas 1998 diacu dalam Sobari dan Anggraini 2008. Fungsi permintaan dan surplus konsumen atas kunjungan wisata untuk model individual sebagai berikut : 1 Pendugaan fungsi permintaan = 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 Keterangan : X 1 = Biaya perjalanan X 2 = Lama kunjungan X 3 = Pendapatan X 4 = Persepsi responden X 5 = Nilai waktu kunjungan 20 2 Transformasi fungsi permintaan di atas ke fungsi permintaan asal = 1 1 3 Menduga Konsumen surplus CS = U – b 2 b 2 = x Q 4 Menghitung total benefit lokasi wisata = × Keterangan : NET = total manfaat ekonomi lokasi wisata CS = consumer TV = total kunjungan per tahun 3.6.2.2 Analisis persepsi dan apresiasi terhadap obyek wisata Penggunaan analisis persepsi dan apresiasi dilakukan untuk mengukur tingkat keindahan dan kenyamanan obyek wisata. 1 Keindahan alam Keindahan alam merupakan nilai relatif yang diberikan oleh manusia kepada alam yang memiliki ciri tertentu dan mendatangkan rasa ketertarikan atau kekaguman. Secara kuantitatif dapat dirumuskan : Keterangan : = Keindahan alami = Jumlah responden yang sepakat menyatakan “indah” = Jumlah seluruh responden Skor dari keindahan 80 : sangat indah 60 - 79 : lebih dari indah 40 - 59 : indah 20 - 39 : kurang indah 20 : tidak indah 21 2 Kenyamanan Comfortability Kenyamanan merupakan nilai yang diberikan oleh manusia terhadap suatu rasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Secara kuantitatif dapat dirumuskan : Keterangan : = Kenyamanan alami = Jumlah responden yang sepakat menyatakan “nyaman” = Jumlah seluruh responden Skor dari kenyamanan 80 : sangat nyaman 60 - 79 : lebih dari nyaman 40 - 59 : nyaman 20 - 39 : kurang nyaman 20 : tidak nyaman 3.6.2.3 Evaluasi model permintaan pariwisata Menurut Putri 2008, untuk mengetahui bahwa model yang diduga terpenuhi secara teori dan statistik digunakan evaluasi model dugaan. Kriteria yang digunakan ialah kriteria statistik, kriteria ekonometrika dan kriteria ekonomi. Kriteria statistik Menurut Putri 2008, pengujian model regresi secara statistik diawali dengan pembuatan tabel analysis of variance ANOVA untuk F hitung dan R 2 koefisien determinasi. Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independen, sedangkan pengujian korelasi r digunakan untuk mengetahui keeratan antar hubungan variabel dependen dan independen Menurut Putri 2008, pengujian kebenaran hipotesa dilakukan dengan uji t- student dan uji Fisher F. Uji F dilakukan untuk mengetahui secara serentak variabel independen atau menguji koefisien regresi secara menyeluruh, sedangkan uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi parsial secara individu. Uji statistik Fisher F dalam penelitian ini mengajukan hipotesa : 22 H = b 1 = b 2 = b 3 = b 4 H 1 = b 1 ≠ 0, b 2 ≠ 0, b 3 ≠ 0, b 4 ≠ 0 Keterangan : H = Hipotesis yang akan diuji H 1 = Hipotesis alternatif b = Parameter populasi = 1 × Keterangan : JKR = Jumlah kuadrat regresi JKD = Jumlah kuadrat residual n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel Kriteria : Jika F hitung F tabel berarti terima H , artinya biaya perjalanan rata-rata, pendapatan pertahun dan kualitas persepsi responden tidak mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan. Jika F hitung F tabel berarti tolak H , artinya biaya perjalanan rata-rata, pendapatan pertahun dan kualitas persepsi responden mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan. Uji statistik t dalam penelitian ini mengajukan hipotesa : H : X i = 0 H : X i ≠ 0 Kriteria : Jika t hitung t tabel berarti terima H , artinya X i tidak berpengaruh nyata terhadap Q. Jika t hitung t tabel berarti tolak H , artinya X i berpengaruh nyata terhadap Q. Kriteria ekonometrika a Normalitas Menurut Putri 2008, cara mendeteksi normalitas adalah dengan melihat grafik normal probability atau histogram, yaitu dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal untuk grafik normal probability sedangkan untuk histogram dngan melihat kurva yang berbentuk lonceng. Menurut Santoso 23 2000, dasar pengambilan keputusan berdasarkan grafik normal probability adalah sebagai berikut : - Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b Homoskedasitas Menurut Santoso 2000, model regresi linear harus memenuhi homoskedasitas yaitu, varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain harus harus konstan. Jika tidak maka akan terjadi heteroskedasitas. Menurut Putri 2008, model regresi yang baik ialah jika tidak terjadi heteroskedasitas dan untuk mendeteksi hal tersebut digunakan grafik scatterplot. Grafik scatterplot digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya pola tertentu dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y residual yang telah distudentized, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : - Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka telah telah terjadi homoskedasitas. - Jika tidak ada pola jelas, serta titik menyebar di atas atau di bawah sumbu pada angka nol pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedasitas. c Multikolinearitas Menurut Santoso 2000 diacu dalam Putri 2008, bahwa antar variabel X tidak boleh terjadi hubungan linear yang sempurna. Cara mendeteksi multikolinearitas adalah sebagai berikut : - Besaran VIF dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah memiliki nilai VIF di sekitar angka Tolerance mendekati 1. - Besaran korelasi antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah di bawah 0,5. 24 d Autokorelasi Menurut Gujarati 1997, autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi yang baik seharusnya bebas dari autokorelasi. Cara mendeteksi autokorelasi yaitu dengan uji Durbin-Watson dengan patokan sebagai berikut : - Angka Durbin-Watson di bawah -2 berarti ada autokorelasi - Angka Durbin-Watson di antara -2 hingga +2 berarti tidak ada autokorelasi - Angka Durbin-Watson di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif Kriteria ekonomi Menurut Putri 2008, kriteria ekonomi diperlukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu fungsi atau model layak digunakan, apabila dilihat dari segi ekonomi. Secara apriori teori ekonomi, tanda yang diharapkan dalam penggunaan biaya perjalanan menuju obyek wisata adalah negatif. Tanda negatif menunjukkan bahwa apabila jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan semakin tinggi, maka jumlah kunjungan wisata ke obyek wisata tersebut semakin rendah. Tanda yang diharapkan untuk variabel pendapatan adalah positif. Tanda positif menunjukkan bahwa apabila jumlah pendapatan bertambah, maka jumlah kunjungan wisatawan akan bertambah. Menurut Putri 2008, untuk tanda yang diharapkan pada variabel kualitas ialah positif. Variabel kualitas bertanda positif menunjukkan bahwa apabila kualitas wisatawan terhadap obye wisata semakin tinggi, maka jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata tersebut akan semakin tinggi.

3.6.3 Analisis SWOT

Menurut Rangkuti 2001, analisis SWOT ialah alat untuk menyusun suatu strategi dalam mengembangkan suatu kegiatan. Analisis SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT digunakan untuk memperoleh hubungan antara faktor eksternal dengan faktor internal. Dengan 25 analisis ini, kekuatan strength dan kelemahan weakness, yang merupakan faktor internal dapat diidentifikasi, begitu pula peluang opportunity dan ancaman threat, yang merupakan faktor eksternal. Diagram dari analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber : Rangkuti 2001 Gambar 8 Diagram analisis SWOT 3.6.3.1 Analisis faktor internal dan eksternal Analisis faktor internal dapat dilakukan menggunakan matriks IFE, sedangkan analisis faktor eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks EFE Rangkuti 2001. Tahap pertama yang harus dilakukan dalam menyusun matriks IFE dan EFE ialah dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE serta semua peluang dan ancaman pada matriks EFE. 3.6.3.2 Penentuan bobot setiap variabel Menurut Kinnear dan Taylor 1991, penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan analisis faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen atau pakar dengan metode Paired Comparison. Menurut Kinnear dan Peluang Mendukung Strategi Turn Around Mendukung Strategi Agresif Ancaman Kelemahan Kekuatan Mendukung Strategi Diversifikasi Mendukung Strategi Defensif 26 Taylor 1991 diacu dalam Putra 2009 metode Paired Comparison ialah metode yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal dan internal. Penentuan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = Jika indikator horizontal sama pentingnya dengan indikator vertikal. 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis eksternal dari obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dari obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 2. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel menggunakan rumus : Keterangan : = bobot variabel ke-i X i = nilai variabel ke-i n = jumlah variabel i = 1, 2, 3, ...n Tabel 1 Penilaian bobot faktor strategis eksternal Faktor Strategis Eksternal A B C Total A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor 1991 27 Tabel 2 Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor Strategis Internal A B C Total A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor 1991 3.6.3.3 Penentuan peringkat rating Penentuan peringkat atau rating dilakukan oleh pihak - pihak terkait seperti staf Dinas Pariwisata DKI Jakarta serta staf Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi pariwisata dan perikanan tangkap. Menurut Rangkuti 2001, perhitungan rating untuk masing – masing faktor dilakukan dengan cara memberikan skala 1 poor hingga 4 outstanding berdasarkan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap kondisi pariwisata dan perikanan tangkap di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Untuk matriks EFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = rendah, respon kurang 2 = sedang, respon rata-rata 3 = tinggi, respon diatas rata-rata 4 = sangat tinggi, respon superior Untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = sangat lemah 2 = lemah 3 = kuat 4 = sangat kuat Selanjutnya untuk nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan rating akan ditampilkan dalam matriks berdasarkan analisis lingkungan dan situasi obyek wisata dengan bentuk seperti pada Tabel 3 dan 4. 28 Menurut David 2003, jika dilihat dari Tabel 7, total skor pembobotan tertinggi untuk suatu perusahaan ialah 4,0 dan total skor pembobotan terendah ialah 1,0 dengan rata – rata skor 2,5. Total skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang dan ancaman dengan baik. Strategi perusahaan yang efektif sangat dibutuhkan untuk mengambil manfaat dari peluang dan meminimalisir ancaman yang ada. Menurut David 2003, jika dilihat dari Tabel 8, total skor pembobotan berkisar dari yang terendah 1,0 hingga yang tertingggi 4,0 dengan rata – rata skor 2,5. Total skor pembobotan di bawah 2,5 mengindikasikan kondisi internal perusahaan yang lemah. Total skor pembobotan di atas 2,5 mengindikasikan kondisi internal perusahaan yang kuat. Tabel 3 Matriks external factor evaluation Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang : 1. .. Ancaman : 1. .. Total Sumber : David 2003 Tabel 4 Matriks internal factor evaluation Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan : 1. .. Kelemahan : 1. .. Total Sumber : David 2003 29 Keterkaitan faktor eksternal dan internal dapat digambarkan dalam bentuk matriks SWOT seperti tercantum dalam Tabel 5. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dapat dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi berdasarkan perumusan beberapa alternatif strategi. Penentuan peringkat terhadap alternatif strategi pengembangan pariwisata dilakukan berdasarkan nilai –nilai hasil penjumlahan bobot dari masing –masing unsur yang terkait dengan masing–masing strategi. Tabel 5 Matriks SWOT IFAS EFAS Kekuatan Strength 1 Menentukan 5–10 faktor – faktor kekuatan internal Kelemahan Weakness 2 Menentukan 5–10 faktor – faktor kelemahan internal Peluang Opportunity 3 Menentukan 5-10 faktor – faktor peluang eksternal Strategi SO Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman Threat 4 Menentukan 5–10 faktor – faktor ancaman eksternal Strategi ST Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 2001 Keterangan : IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Kepulauan Seribu

Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2009, Kabupaten Kepulauan Seribu terdiri atas 110 pulau, 11 pulau diantaranya dihuni penduduk dan 4 pulau lainnya tenggelam dikarenakan abrasi. Pulau-pulau lainnya digunakan untuk rekreasi, cagar alam, cagar budaya dan peruntukan lainnya. Pulau Untung Jawa merupakan pulau berpenghuni yang paling selatan atau paling dekat dengan Jakarta dengan jarak 7,98 mil laut atau 12,98 mil laut. Kawasan paling utara adalah Pulau Dua Barat yang berjarak sekitar 70 mil laut dari Jakarta . Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2009, luas Kabupaten Kepulauan Seribu kurang lebih 869,61 ha. Kabupaten Kepulauan Seribu terletak di lepas pantai utara Jakarta dengan posisi memanjang dari Utara ke Selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dan gosong- gosong karang antara 5 10’00”-5 59’30” LS dan antara 106 19’30”-106 44’50” BT. Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010, batas- batas wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu secara administratif, yaitu : - Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. - Di sebelah selatan berbatasan dengan zona dalam Teluk Jakarta. - Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa. - Di sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa. Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2007, Kabupaten Kepulauan Seribu merupakan salah suatu kawasan Taman Nasional Laut yang mempunyai ekosistem asli. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2009, Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki dua kecamatan dengan enam kelurahan. Jumlah pulau menurut kelurahan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. 31 Tabel 6 Kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Kepulauan Seribu Sumber : Kepulauan Seribu Dalam Angka 2009 Iklim di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah tropika panas dengan suhu maksimum 31,9 C, suhu minimum 25,3 C, dan suhu rata-rata 27,9 C. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki kelembaban udara maksimum sebesar 84 kelembaban udara minimum sebesar 67 Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Keadaan angin di Kabupaten Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin monsoon. Secara garis besar angin monsoon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angin musim barat yang terjadi pada Bulan Desember-Maret dan angin musim timur yang terjadi pada Bulan Juni-September. Musim Pancaroba terjadi antara Bulan April-Mei dan Oktober-November. Kecepatan angin pada Musim Barat bervariasi antara 7-20 knot, umumnya bertiup dari arah barat daya ke arah barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 7-20 knot biasanya terjadi pada Bulan Desember-Februari. Pada Musim Timur kecepatan angin sekitar 2,8 knot yang bertiup dari arah timur laut ke arah tenggara Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2009, musim hujan biasanya terjadi pada Bulan November-April dengan jumlah hari hujan antara 10-20 hari per bulan. Curah hujan terbesar terjadi pada Bulan Januari dengan total curah hujan tahunan sekitar 1.779,1 mm. Musim kemarau terdapat hujan dengan jumlah hari hujan antara 4-10 hari per bulan. Curah hujan terkecil terjadi pada Bulan Agustus. Kawasan Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki tofografi datar hingga landai dengan ketinggian sekitar 0 – 2 meter dpl di atas permukaan laut. Luas No Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Jumlah Pulau 1. Kelurahan Pulau Panggang 13 2. Kelurahan Pulau Harapan 30 3. Kelurahan Pulau Kelapa 36 No Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Jumlah Pulau 1. Kelurahan Pulau Untung Jawa 15 2. Kelurahan Pulau Tidung 6 3. Kelurahan Pulau Pari 10 32 daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1 – 1,5 meter. Pada umumnya keadaan geologi di Kabupaten Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur, karang dan sedimen yang berasal dari Pulau Jawa dan Laut Jawa. Batuan Kabupaten Kepulauan Seribu tersusun dari bebatuan metamorfosa dan batuan beku Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Di Kabupaten Kepulauan Seribu tidak terdapat sumber hidrologi permukaan, seperti sungai dan mata air. Kondisi air tanah di wilayah Kepulauan Seribu sangat bergantung pada kepadatan vegetasinya. Di beberapa pulau berpenghuni terdapat sumber air berupa air tanah tidak tertekan yang dijumpai sebagai air sumur yang digali dengan kedalaman 0,5 – 4 meter. Air tanah tertekan dijumpai di beberapa pulau, seperti Pulau Pari, Pulau Untung Jawa dan Pulau Kelapa. Keberadaan air tanah di Kepulauan Seribu terkait dengan penyebaran endapan sungai purba yang menjadi dasar tumbuhnya karang Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Morfologi Kabupaten Kepulauan Seribu dengan demikian merupakan dataran rendah pantai, dengan perairan laut ditumbuhi karang yang membentuk atoll maupun karang penghalang. Atol dijumpai hampir di seluruh gugusan pulau, kecuali Pulau Pari, sedangkan fringing reef dijumpai antara lain di Pulau Pari, Pulau Kotok dan Pulau Tikus Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2009, kedalaman perairan di Kepulauan Seribu berbeda-beda, yaitu berkisar antara 0-40 meter. Di beberapa lokasi tercatat kedalaman mencapai lebih dari 70 meter, seperti lokasi antara Pulau Pari, Pulau Tikus dan Pulau Payung. Setiap pulau umumnya dikelilingi oleh paparan pulau yang cukup luas island shelf, mencapai 20 kali lebih luas dari pulau yang bersangkutan dengan kedalaman kurang dari 5 meter. Hampir setiap pulau juga memiliki daerah rataan karang yang cukup luas reef flat dengan kedalaman bervariasi dari 50 cm pada pasang terendah hingga 1 meter pada jarak 60 meter hingga 80 meter dari garis pantai. Dasar rataan karang merupakan variasi antara pasir, karang mati, sampai karang batu hidup. Di dasar laut, tepi rataan karang sering diikuti oleh daerah tubir dengan kemiringan curam hingga mencapai 70 cm dan mencapai dasar laut dengan kedalaman bervariasi. 33 Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2008, ada tiga wilayah atau zona di perairan Kepulauan Seribu yaitu : 1 Zona Inti, meliputi zona daratan dan perairan laut yang mutlak dilindungi, di dalam wilayah ini tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh manusia, kecuali kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian dan pendidikan. Zona inti terdiri atas tiga lokasi, yaitu :  Zona inti I meliputi perairan sekitar Pulau Gosong Rengat, pada posisi 5 27’00” – 5 29’00” LS dan 106 26’00” –106 28’00” BT, serta memiliki luas 1.389 ha.  Zona inti II meliputi daratan dan perairan Pulau Penjaliran Barat, Penjaliran Timur, perairan P. Peteloran Barat, Peteloran Timur dan Gosong Penjaliran, pada posisi 5 26’36” – 5 2 9’00” LS dan 106 32’00” – 106 35’00” BT, serta memiliki luas 2.490 ha.  Zona inti III meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira, Belanda, serta bagian Utara perairan Bira Besar, pada posisi 5 36’00”–5 45’00” LS dan 106 33’36”–106 36’42” BT, serta memiliki luas sekitar 570 ha. 2 Zona Bahari, merupakan zona perairan laut yang diperuntukkan untuk melindungi zona inti, di dalam wilayah ini hanya dapat dilakukan kegiatan sebagaimana kegiatan pada zona inti dan kegiatan wisata alam bahari terbatas. Zona bahari meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua Timur, Jagung, Rengit, Karang Buton, Karang Mayang pada posisi 5 24’00” – 5 30’00” LS dan 106 25’00” –106 ’40’00” BT serta memiliki luas sekitar 26.284,5 ha. 3 Zona Pemanfaatan Wisata, meliputi zona perairan laut yang di dalam wilayah ini dapat dilakukan kegiatan sebagaimana pada zona inti, zona bahari dan pengembangan wisata bahari serta di wilayah ini diperbolehkan melakukan penangkapan ikan. Zona pemanfaatan wisata meliputi perairan sekitar Pulau Nyamplung, Sebaru Besar, Lipan, Kapas, Sebaru Kecil, Bunder, Karang Baka, Hantu Timur Pantara, Hantu Barat, Gosong Laga, Yu Barat, Yu Timur, Satu, Kelor Timur, Kelor Barat, Jukung, Semut Kecil, Cina, Semut Besar, Sepa Timur, Sepa Barat, Gosong Sepa, Melinjo, Melintang, Perak, Kayu Angin Melintang, Panjang Bawah, Kayu Angin Putri, Tongkeng, Petondan Timur, Petondan Barat, Putri Kecil, Putri Besar, Putri Gundul, Macan Kecil, Macan 34 Besar Matahari, Genteng Besar, Genteng Kecil, Bira Besar, Bira Kecil, Kuburan Cina, Bulat, Karang Pilang, Karang Katamba, Gosong Mungu, Kotok Besar dan Kotok Kecil pada posisi 5 30’00” – 5 38’00” LS dan 106 25’00” – 106 ’33’00” BT -106 ’40’00” BT. Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2009 mencapai 21.071 jiwa, terdiri atas 8.329 laki-laki dan 12.742 perempuan. Rasio antara penduduk perempuan dan laki-laki ialah 10.307, yang berarti untuk setiap 100 penduduk laki-laki terdapat 103,7 penduduk perempuan Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Keterangan mengenai jumlah penduduk di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin Kecamatan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Rasio Jenis Kelamin Kepulauan Seribu Selatan 4.203 4.126 8.329 101,87 Kepulauan Seribu Utara 6.492 6.250 12.742 103,87 Kabupaten 10.695 10.376 21.071 103,07 Sumber : Kepulauan Seribu Dalam Angka 2009 Menurut Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2009, Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki area Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKpS yang merupakan kawasan perairan laut yang secara administratif, kawasan ini terletak di tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKpS menjadi daya tarik utama untuk sektor pariwisata. Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Seribu berorientasi kepada wisata bahari. Wisata bahari sesuai dengan karakteristik geografis Kepulauan Seribu terdiri dari banyak pulau yang dihubungkan oleh laut dan karakteristik kehidupan masyarakat setempat. Panorama laut di wilayah ini menjadi daya tarik alamiah bagi wisatawan. Panorama seperti pada saat matahari terbit dan matahari terbenam menjadi daya tarik tersendiri. Keindahan bawah laut dapat dinikmati dengan cara menyelam scuba diving dan snorkeling. Berlayar, mendayung, berenang dan 35 memancing, kegiatan berjemur dan bermain di pantai juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Hal tersebut dikarenakan wilayah Kepulauan Seribu merupakan ekosistem yang memiliki hamparan terumbu karang coral reef yang cukup luas dan relatif datar, serta jarang ditemui di tempat lain di Indonesia. Secara umum terdapat tiga tipe karang, yaitu karang tepian fringing reef, karang penghalang barrier reef dan karang atoll atoll reef Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Karang di Kepulauan Seribu seluruhnya merupakan karang tepian fringing reef. Selain terumbu karang, dijumpai pula jenis-jenis ikan konsumsi dan ikan hias, berbagai jenis udang, molluska, padang lamun, rumput laut dan komunitas mangrove di hampir seluruh pulau. Biota laut yang menjadi flagship species, antara lain Penyu Sisik Eremochelys imbricata dan Penyu Hijau Chelonia mydas, Lumba-lumba Tursiops sp, Kima Lubang Tridacna crocea, Kima Besar Tridacna maxima, Kima Pasir Hippopus hippopus dan Kima Sisik Tridacna squamosa Badan Pusat Statistik Administratif Kepulauan Seribu 2010. Menurut Noor 2004, pada tahun 1998 kawasan TNKpS ini telah dipancang batas-batasnya dalam bentuk mooring buoy dan titik referensi. Selanjutnya pada tahun 2001 kegiatan pemancangan batas tersebut telah diresmikan keabsahan hukumnya melalui penandatanganan Berita Acara Tata Batas oleh Panitia Tata Batas yang diikuti dengan penerbitan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310Kpts-II2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang penetapan fungsi Taman Nasional Kepulauan Seribu, menjadi seluas 107.489 ha. Pulau yang berada di kawasan TNKpS berjumlah 76 pulau, 20 pulau diantaranya telah dikembangkan sebagai pulau wisata, 6 pulau dihuni penduduk dan sisanya dikuasai perorangan atau badan usaha. Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 162Kpts-II1995 tentang perubahan fungsi cagar alam laut Kepulauan Seribu menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu telah menetapkan wilayah Kepulauan Seribu menjadi Taman Nasional dengan luas 108.000 ha. Pengelolaan kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu selanjutnya diserahkan kepada Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 185Kpts-II1997 36 tanggal 31 Maret 1997 tentang organisasi dan tata kerja Balai Taman Nasional dan unit Taman Nasional. Untuk menghindari atau mengurangi tingkat kerusakan lingkungan pesisir dan terumbu karang yang ada, pemerintah telah menetapkan sebagian besar kawasan Kepulauan Seribu sebagai kawasan Taman Nasional Laut TNL Kepulauan Seribu Noor 2004. Menurut Noor 2004, keunikan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu adalah ekosistem pesisir dengan terumbu karang yang dimilikinya. Ekosistem pesisir mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Pada awalnya TNL adalah merupakan cagar alam laut yang ditetapkan pada tahun 1982, pada saat itu merujuk pada undang-undang Pokok Kehutanan tahun 1967 dengan fungsi sebagai cagar alam laut. Pada tahun 1982 diselenggarakan kongres nasional taman laut sedunia yang berlangsung di Bali, dan diumumkan perubahan fungsi dari cagar alam laut Kepulauan Seribu menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Noor 2004. Menurut Noor 2004, keunikan TNL Kepulauan Seribu terletak pada ekosistem pesisir dengan terumbu karang yang dimilikinya. Ekosistem pesisir mempunyai produktivitas yang tinggi dengan keanekaragaman jenis biota laut yang tinggi pula. Terumbu karang berfungsi sebagai habitat, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi biota lain seperti molusca, crustacea, echinodermata, rumput laut dan jenis-jenis ikan karang. Begitu juga dengan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, disana terdapat keanekaragaman hayati berupa biota laut yang antara lain berupa berbagai jenis terumbu karang, ikan hias, rumput laut, ganggang laut dan molluska. Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati karang yang tinggi, meliputi 67 genera dan subgenera yang mencakup paling sedikit 123 spesies karang.

4.2 Keragaan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Seribu