3 7 Bagaimana menyusun strategi pengembangan wisata bahari berdasarkan
potensi perikanan tangkap di Pulau Pramuka ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1 Mengungkap keragaan perikanan tangkap di Pulau Pramuka.
2 Menilai besarnya permintaan pariwisata bahari di Pulau Pramuka. 3 Mengidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi permintaan pariwisata
bahari di Pulau Pramuka. 4 Membuat strategi pengembangan wisata bahari berbasis perikanan tangkap di
Pulau Pramuka.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini ialah : 1 Sebagai masukan bagi pihak–pihak yang terkait dalam pengembangan wisata
bahari berbasis perikanan tangkap di Pulau Pramuka. 2 Sebagai bahan untuk menyusun skripsi bagi penulis dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perikanan Tangkap
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
perikanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Menurut Monintja 1989, perikanan tangkap
ialah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas.
Definisi unit penangkapan ikan berdasarkan statistik perikanan tangkap Indonesia adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan, terdiri
atas satu kapal penangkap ikan beserta nelayannya dan satu jenis alat penangkapan ikan, dapat dilengkapi dengan alat bantu penangkapan ikan.
Menurut Monintja 1989, unit penangkapan ikan dapat juga didefinisikan sebagai kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan, terdiri atas nelayan dan
satu jenis alat penangkapan ikan, dapat dilengkapi dengan alat bantu penangkapan ikan tanpa menggunakan kapal penangkap ikan.
2.1.1 Alat penangkapan ikan
Menurut Diniah 2008, alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan. Menurut Sudin
Perikanan dan Kelautan Kab. Adm. Kep.Seribu 2008, kegiatan penangkapan ikan di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara ditujukan untuk menangkap
ikan pelagis dan ikan karang, baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Pulau Pramuka termasuk kedalam kelompok
alat tangkap pukat kantong, perangkap dan penghadang, jaring angkat, drive in nets, pancing, jaring insang, alat tangkap lain-lain.
5
Pukat kantong
Menurut Subani dan Barus 1989, pukat kantong adalah alat penangkap ikan berbentuk jaring yang terdiri dari kantong jaring, badan jaring dan kaki yang
dipasang pada kedua sisi kiri kanan mulut jaring. Pengoperasian alat penangkapan ikan ini adalah dilingkarkan pada ikan sasaran tangkap. Beberapa alat tangkap
yang termasuk ke dalam kelompok alat tangkap pukat kantong ialah payang, dogol dan pukat pantai Gambar 1.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2005, payang merupakan alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring. Payang terdiri atas
dua bagian sayap, jaring bawah bosoom, badan serta kantong jaring. Menurut Subani dan Barus 1989, dogol merupakan alat penangkap ikan yang terdiri atas
badan, kantong dan sayap. Sayap dipasang pada kedua sisi mulut jaring dengan ciri khusus adalah bibir atas dari mulut jaring lebih menonjol keluar dibandingkan
bibir bawah atau tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas. Pukat pantai ialah alat penangkapan ikan tradisional yang bentuknya seperti payang dan
pengoperasiannya dilakukan di wilayah perairan pantai.
Sumber : Subani dan Barus 1989
Gambar 1 Kelompok alat pukat kantong
6
Perangkap dan penghadang
Menurut Subani dan Barus 1989, perangkap dan penghadang atau guiding and barriers ialah semua jenis alat penangkapan ikan yang berupa jebakan. Alat
penangkapan ikan ini bersifat pasif dan terbuat dari bambu, rotan atau besi. Beberapa alat tangkap yang termasuk ke dalam kelompok alat tangkap perangkap
dan penghadang ialah bubu dan sero Gambar 2. Menurut Subani dan Barus 1989, bubu ialah alat tangkap berupa jebakan
yang biasanya terbuat dari anyaman bambu atau besi. Sero ialah alat tangkap berupa penghadang jalur ruaya ikan yang dipasang di wilayah perairan dangkal
atau pantai yang kedalamannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Sumber : Subani dan Barus 1989 Gambar 2 Kelompok alat tangkap perangkap dan penghadang
Pancing
Menurut Subani dan Barus 1989, pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan sejumlah mata pancing. Setiap mata
pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun
7 umpan buatan. Beberapa alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam
kelompok pancing ialah pancing gandar, pancing rawai dan pancing tonda Gambar 3.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2008, pancing gandar ialah alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing yang dilengkapi dengan
joran atau gandar dan menggunakan umpan. Pancing rawai ialah pancing yang terdiri dari tali utama yang kemudian pada tali tersebut secara berderet pada jarak
tertentu diikatkan tali-tali cabang yang ujungnya diberi mata pancing. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2008, pancing tonda ialah pancing
yang dilengkapi dengan batang rentang dan dioperasikan dengan cara ditarik menggunakan kapal.
Sumber : Subani dan Barus 1989
Gambar 3 Kelompok alat tangkap pancing
Gillnet
Menurut Subani dan Barus 1989, gillnet atau jaring insang ialah suatu alat tangkap berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung,
8 pemberat, tali ris atas, tali ris bawah. Gillnet memiliki ukuran mata jaring yang
besarnya disesuaikan dengan sasaran tangkap. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam kelompok gillnet ialah jaring rampus, drift gillnet, bottom
gillnet, encircling gillnet, trammel net Gambar 4. Menurut Standar Nasional Indonesia 2006, jaring insang dasar
monofilamen atau yang biasa disebut jaring rampus ialah alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring sama besar di tiap
bagiannya. Menurut Subani dan Barus1989, drift gillnet ialah jaring insang yang pengoperasiannya dengan cara dihanyutkan mengikuti atau searah dengan arus
air. Bottom gillnet ialah jaring insang yang pengoperasiannya dengan cara dipasang di dasar perairan. Encircling gillnet ialah jaring insang yang cara
pengoperasiannya dilingkarkan pada kumpulan ikan sasaran tangkap. Trammel net ialah jaring insang yang terdiri dari tiga lapis jaring dan dioperasikan di dasar
perairan.
Sumber : Subani dan Barus 1989
Gambar 4 Kelompok alat tangkap gillnet
9
Drive-in net
Menurut Subani dan Barus 1989, drive-in net ialah alat penangkapan ikan dengan penggiring, dalam pengoperasiannya dilakukan penggiringan terhadap
ikan sasaran tangkap agar memasuki jaring yang telah dipasang. Menurut von Brandt 2005, drive-in net merupakan alat penangkapan ikan yang bersifat pasif
karena ikan secara sukarela masuk ke dalam alat tangkap. Menurut Mukhtar 2005, salah satu alat tangkap yang dapat digolongkan ke dalam drive-in net atau
alat tangkap dengan penggiring, ialah muroami Gambar 5. Menurut Subani dan Barus 1989, pukat ikan karang muro-ami adalah
suatu alat penangkapan ikan yang dibuat dari jaring, terdiri atas sayap dan kantong. Dalam pengoperasiannya dilakukan penggiringan ikan sasaran tangkap
agar masuk ke bagian kantong yang telah dipasang terlebih dahulu. Alat ini cenderung tidak destruktif dan tidak merusak ekosistem, karena metode
pengoperasiannya yang tidak merusak karang. Pengoperasian alat ini dilakukan oleh beberapa orang nelayan dengan berenang, serta mengejutkan ikan karang
menggunakan alat penggiring.
Sumber : Mukhtar 2005
Gambar 5 Muroami
Jaring angkat
Menurut Subani dan Barus 1989, jaring angkat ialah suatu alat penangkapan ikan yang cara pengoperasiannya dengan cara mengangkat dan
menurunkan jaring. Di dalam pengoperasiannya jaring angkat memiliki alat bantu
10 berupa lampu yang berfungsi sebagai attractor ikan. Beberapa alat tangkap yang
termasuk ke dalam kelompok jaring angkat ialah bagan apung, bagan tancap dan bagan kapal Gambar 6.
Menurut Subani dan Barus 1989, bagan apung ialah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu fishing ground ke fishing
ground lain. Menurut Juniarti 1995, komponen bagan apung terdiri atas dek bagan, rumah bagan, roller, tali tarik, tali pemberat, pemberat, rakit, tali jangkar,
jangkar, bingkai jaring dan jaring. Bahan yang digunakan untuk jaring ialah waring yang terbuat dari anyaman poly prophylene PP. Menurut Subani dan
Barus 1989, bagan tancap ialah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya tidak dapat dipindahkan dari satu fishing ground ke fishing ground lain. Seperti
halnya pada bagan apung, bagan kapal juga merupakan jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu fishing ground ke fishing ground
lain, tetapi dibanding bagan apung, bagan kapal lebih mudah dalam berpindah fishing ground.
Sumber : Subani dan Barus 1989
Gambar 6 Kelompok alat jaring angkat
11
Alat tangkap lain-lain
Menurut Subani dan Barus 1989, alat-alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam kelompok alat tangkap trawl, pukat ikan, pukat kantong, pukat
cincin, pancing, perangkap, jaring insang, jaring angkat, drive-in net dan alat pengumpul, digolongkan ke dalam kelompok alat tangkap lain-lain. Salah satu
alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam kelompok lain-lain ialah jaring pelingkar. Jaring ikan hias Gambar 7 merupakan jaring pelingkar encircling
nets yang hanya berperan sebagai alat bantu penangkapan ikan, tidak berdiri sendiri. Dalam operasi penangkapan ikan, setelah sasaran tangkap berhasil
dikurung menggunakan jaring, kemudian proses penangkapan ikan dilakukan menggunakan serok.
Sumber : Subani dan Barus 1989
Gambar 7 Jaring ikan hias
2.1.2 Nelayan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
perikanan, dijelaskan bahwa nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
2008, nelayan dapat diklasifikasikan menjadi: 1 Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.
12 2 Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya
digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan. Pada kategori ini nelayan tersebut juga memiliki pekerjaan lain.
3 Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelyan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, sedangkan
sebagian besar waktu lainnya digunakan untuk melakukan pekerjaan lain.
2.1.3 Kapal penangkapan ikan
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, kapal perikanan
adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2008,
kapal perikanan atau kapal penangkap ikan ialah perahu atau kapal yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan ikan, biota air lainnya dan tanaman air.
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2008, kapal perikanan dapat diklasifikasikan menjadi:
1 Perahu tanpa motor, yaitu perahu yang tidak menggunakan tenaga mesin sebagai tenaga penggerak, tetapi menggunakan layar atau dayung untuk
menggerakkan perahu. 2 Perahu motor tempel, yaitu perahu yang menggunakan mesin atau motor
tempel sebagai tenaga panggerak yang diletakkan di bagian luar perahu, baik diletakkan di buritan maupun di sisi perahu.
3 Kapal motor, yaitu kapal yang menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak yang diletakkan di dalam kapal.
2.2 Pariwisata Bahari
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
13 yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut Yoeti 1996,
pariwisata ialah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dengan tujuan rekreasi.
Menurut Damardjati 2006, wisata bahari merupakan pemanfaatan pariwisata di atas kawasan air, sehingga pengembangannya secara lengkap dan
profesional dapat dijadikan suatu obyek wisata yang menarik. Suatu obyek wisata bahari biasanya digambarkan sebagai obyek wisata air yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas untuk menyelam scuba diving, berselancar surfing, berperahu boating dan lain-lain.
2.3 Permintaan Pariwisata
Menurut Yoeti 2006, sifat atau karakter permintaan untuk melakukan perjalanan wisata pada dasarnya sangat berbeda dengan permintaan untuk produk
yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur tangible goods. Perbedaan sifat atau karakter tersebut terlihat dari elastisitas permintaan pariwisata yang
menunjukkan elastisitas langsung terhadap pendapatan dan biaya perjalanan. Permintaan pariwisata sangat peka terhadap keadaan sosial, politik dan keamanan,
permintaan wisata selalu meningkat expansion berdasarkan musimnya seasonality. Menurut Middleton 1994, permintaan pasar dan perilaku
konsumen dalam perjalanan wisata menggambarkan dua dimensi, yaitu : 1 Faktor penentu
Faktor penentu ialah faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor politik yang ada dalam suatu masyarakat yang membatasi jumlah permintaan terhadap
perjalanan wisata. 2 Faktor motivasi
Faktor motivasi adalah faktor internal yang ada dalam setiap individu seperti kebutuhan, keinginan dan impian.
2.4 Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap