Gambar 11. Perkembangan rasio likuiditas PT Pupuk Kaltim periode 2006-2010
a. Gross Profit Margin Ratio
GPMR memberikan informasi mengenai laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan yang dilakukan.
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur
efisiensi pengendalian harga pokok, atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien. Pada Gambar 11 terlihat perkembangan nilai rasio ini
selama lima 5 periode, yaitu tahun 2006-2010. Terjadi penurunan nilai rasio pada tahun 2006 sampai 2008, namun
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2008 sampai 2010. Nilai rataan dari rasio ini 34,66, yang berarti setiap Rp1,00,-
penjualan yang dilakukan, perusahaan akan memperoleh keuntungan usaha laba kotor Rp0,35,-. Rasio rataan PT Pupuk
Sriwidjaja untuk gross profit margin 26,77, PT Pupuk Kaltim masih dianggap cukup baik, karena berada di atas rataan PT
Pupuk Sriwidjaja.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
2006 2007
2008 2009
2010
P ers
en ta
se
Tahun
Gross Profit Margin Operating Income Ratio
Net Profit Margin ROI
b. Operating Income Ratio
Operating Income Ratio merupakan indikator perusahaan
dalam mencapai laba dari bisnis utama. Laba usaha belum dipotong dengan beban keuangan interest, bunga. Angka laba
yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan.
Pada Gambar 11 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama lima 5 periode, yaitu tahun 2006-2010. Terjadi
penurunan nilai rasio pada tahun 2006 sampai 2009, namum mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 sampai 2010.
Nilai rataan dari rasio ini adalah sebesar 14,55. Rasio ini memberi gambaran tentang efisiensi perusahaan pada kegiatan
utama perusahaan. Rasio rataan PT Pupuk Sriwidjaja untuk operating income ratio
sebesar 9,93, PT Pupuk Kaltim masih dianggap cukup baik karena berada di atas rataan PT Pupuk
Sriwidjaja.
c. Net Profit Margin Ratio
NPMR menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan.
Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban
operasiusaha, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan
secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual serta mengukur efisiensi pengendalian harga pokok, atau biaya
produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Pada Gambar 11 dapat dilihat perkembangan nilai rasio ini selama lima 5 periode, yaitu tahun 2006-2010. Terjadi
penurunan nilai rasio pada tahun 2006 sampai 2008, namum mengalami peningkatan kembali pada tahun 2008 sampai 2010.
Kondisi peningkatan tersebut menunjukkan meningkatnya
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Peningkatan yang terjadi pada penjualan belum tentu dapat
meningkatkan marjin laba bersih, karena harus memperhitungkan faktor-faktor pengurang yang biasanya turut
mengalami kenaikan seiring dengan naiknya penjualan. Nilai rataan dari rasio ini adalah 8,42 yang berarti bahwa setiap
Rp1,00,- penjualan yang dilakukan, perusahaan akan
memperoleh keuntungan usaha laba bersih Rp0,08,-. Rasio rataan PT Pupuk Sriwidjaja untuk net profit margin ratio
NPMR 6,50, PT Pupuk Kaltim masih dianggap cukup baik karena berada di atas rataan PT Pupuk Sriwidjaja.
d. Return on Investment