Asumsi-asumsi Regresi Linear Berganda

2. Terdapat pengaruh positif dan nyata rasio engineering terhadap current ratio PT Pupuk Kaltim. 3. Terdapat pengaruh negatif dan nyata rasio manajer terhadap current ratio PT Pupuk Kaltim. 4. Terdapat pengaruh negatif dan nyata on stream factor terhadap current ratio PT Pupuk Kaltim. 5. Terdapat pengaruh positif dan nyata production rate terhadap current ratio PT Pupuk Kaltim. Hipotesis dari model tersebut adalah : H o : ß i ≤ 0 H 1 : ß i 0; untuk ß 1 , ß 2 , ß 3 dan ß 4 Pengujian hipotesis tersebut menggunakan konsep p-Value. Konsep ini membandingkan taraf nyata α dengan nilai p-Value. Jika nilai p-Value kurang dari α, maka H akan ditolak. Dengan menggunakan taraf nyata 5 α = 0,05, maka H akan ditolak jika p- Value kurang dari 0,05. Penolakan H berarti peubah bebas berpengaruh nyata terhadap current ratio.

3.4.2 Asumsi-asumsi Regresi Linear Berganda

Parameter yang digunakan dalam persamaan regresi di penelitian ini ditaksir dengan metode ordinary least square OLS. Beberapa asumsi persamaan regresi linear berganda adalah : a. Normalitas, regresi linear klasik mengasumsikan bahwa tiap e i mengikuti distribusi normal e i ~ N 0,σ 2 . b. Non autokorelasi antar sisaan, artinya tidak ada korelasi serial antara error, atau cov e i ,e j = 0, dimana i ≠ j. c. Homoskedastisitas, var ei = σ 2 untuk setiap i, i = 1,2,...n yang artinya ragam dari semua sisaan adalah konstan. d. Tidak terjadi multikolinearitas, artinya tidak adanya hubungan yang sempurna, atau mendekati sempurna di antara beberapa, atau semua peubah bebas yang menjelaskan model regresi. Asumsi-asumsi di atas harus dipenuhi untuk menghasilkan nilai parameter yang BLUE Best Linear Unbiased Estimator. Untuk mengetahui apakah persamaan regresi dalam penelitian ini sudah memenuhi asumsi-asumsi tersebut, maka perlu dilakukan pengujian pada masing-masing asumsi. Pengujian tersebut dilakukan sebagai berikut : a. Uji asumsi normalitas Uji normalitas merupakan uji pada data peubah-peubah yang digunakan dalam model untuk mengetahui apakah error term e i , , pada model terdistribusi normal. Uji ini dilakukan jika contoh yang digunakan kurang dari 30 n 30, karena jika contoh lebih dari 30, e i biasanya terdistribusi secara normal. Pengujian ini dilakukan dengan uji Normalitas One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test dengan hipotesis pengujian : H : α = 0, error term terdistribusi normal H1 : α ≠ 0, error term tidak terdistribusi normal H akan ditolak, jika probabilitas One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test lebih besar dari α. Jika H ditolak, berarti distribusi error term tidak mendekati normal, sedangkan jika H diterima berarti error term terdistribusi normal. b. Uji asumsi non autokorelasi Autokorelasi autocorrelation adalah hubungan antara residual satu observasi e i dengan residual observasi lainnya e j . Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linear dapat dilihat dari nilai uji statistik Durbin-Watson D-W. Nilai d yang diperoleh dari uji ini berkisar antara 0 hingga 4, kisaran nilai tersebut pada tabel D-W akan menentukan ada tidaknya autokorelasi. c. Uji asumsi heteroskedastisitas Heterokedastisitas berarti ada ragam peubah pada model regresi yang tidak sama konstan. Sebaliknya, jika ragam peubah pada model regresi memiliki nilai yang sama konstan, maka disebut dengan homoskedastisitas sebagai hal yang diharapkan. Uji asumsi heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode analisis grafik dengan mengamati scatterplot diagram tebar, di mana sumbu horizontal menggambarkan nilai Predicted Standardized dan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized . Jika scatterplot membentuk pola tertentu, maka ada masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan jika scatterplot menyebar secara acak, maka menunjukkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. d. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi adanya korelasi linear yang mendekati sempurna antar lebih dari dua 2 peubah bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas, atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas, maka model regresi dinyatakan mengandung gejala multikolinear. Penelitian ini menggunakan uji multikolinearitas dengan TOL Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai TOL Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF dari masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas.

3.4.3 Koefisien Determinasi