Teori Produksi Keterbatasan Penelitian

biasanya disajikan sebagai sandwich yaitu diletakkan diantara tangkup roti atau digoreng. 5. Daging Asap Pengasapan daging atau ikan terutama ditujukan untuk mengawetkan atau menambah citarasa. Selain itu citarasa pengasapan juga dapat menghambat oksidasi lemak dalam bahan pangan tersebut. Pengasapan biasanya dilakukan dengan menggunakan kayu keras atau bahan lain yang mengandung selulosa dan lignin, seperti serbuk kayu, sekam, sabut kelapa, tongkol jagung, dan sebagainya. Bahan-bahan sumber asap ini mengandung banyak pengawet kimia yaitu formaldehid, asetaldehid, asam format, asam asetat, asam butirat, fenol, kresol, alkohol, keton dan lain-lain. Zat-zat ini merupakan bakteriostatik penghambat pertumbuhan bakteri. 6. Sosis Sosis adalah bahan pangan yang berasal dari potongan-potongan daging yang digiling dan diberi bumbu dan dimasukkan ke dalam selongsong casing menjadi bentuk simetris. Beberapa tahapan dalam pembuatan sosis antara lain curing pengawetan daging dengan natrium nitrit, pembuatan adonan, pengisian ke selongsong, pengasapan, dan perebusan.

2.1.2. Teori Produksi

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan input, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa output atau produk Beattie Robert, 1994. Produksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor produksi adalah sumber-sumber ekonomi yang harus diolah oleh perusahaan untuk dijadikan barang atau jasa untuk kepuasan konsumen dan sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Mankiw 2003, tingkat teknologi produksi yang ada menentukan berapa banyak output atau keluaran yang diproduksi dari penggunaan jumlah modal dan tenaga kerja tertentu. Teknologi digambarkan dengan menggunakan fungsi produksi production function, dengan Y menunjukkan output, maka persamaan fungsi produksi adalah : Y = f K, L 2.1 Persamaaan ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari sejumlah modal K dan tenaga kerja L. Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Teknologi yang semakin maju, memungkinkan bertambahnya output yang dihasilkan dari sisi modal maupun tenaga kerja. Jadi, perubahan teknologi memengaruhi fungsi produksi. Banyak fungsi produksi memiliki suatu sifat yang disebut skala hasil konstan constan returns to scale. Fungsi produksi yang memiliki skala hasil konstan mencirikan, jika adanya peningkatan persentase yang sama pada faktor-faktor produksinya, maka akan menyebabkan peningkatan output dalam persentase yang sama pula. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: zY = f zK, zL 2.2 Persamaan ini menyatakan bahwa jika jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dikalikan dengan z, maka output juga dikalikan dengan z. Produk Total PT adalah output yang diproduksi dengan menggunakan kuantitas yang berbeda untuk satu input sedangkan kuantitas yang lainnya tetap Salvatore, 2005. Menurut Nicholson 1994, Fungsi produksi sebuah perusahaan untuk sebuah barang tertentu secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: 2.3 Persamaan 2.3 memperlihatkan jumlah sebuah barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara modal K dan tenaga kerja L. Produk marjinal dari sebuah masukan adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut sambil mempertahankan semua masukan lain tetap konstan. Secara matematis, dapat ditulis: Produk Marjinal Kapital = PM K = = f k 2.4 Produk Marjinal Tenaga Kerja = PM L = = f L 2.5 Produk marjinal untuk definisi matematis menggunakan derivatif parsial, sehingga mencerminkan fakta bahwa semua penggunaan masukan lainnya tetap konstan sementara masukan yang diminati divariasikan. Ketika input-input yang digunakan masih sedikit, biasanya produk marginal sangat tinggi. Tetapi semakin banyak input tersebut digunakan, sementara input lain akan dibiarkan konstan, maka produk marjinal tersebut akan semakin berkurang Nicholson, 1994. Produktivitas input biasanya dimaksudkan sebagai produktivitas rata-rata per input. Apabila produktivitas industri tertentu naik, maksudnya adalah output per input mengalami peningkatan. Karena mudah diukur, konsep ini sangat sering digunakan sebagai ukuran efisiensi. Definisi produk rata-rata adalah produk total dibagi jumlah unit faktor variabel yang digunakan untuk memproduksinya. PR K = 2.6 PR L = 2.7 Pada Gambar 2.1.a kurva produk total PT mencerminkan hubungan antara faktor produksi tenaga kerja T dengan output total. Ketika jumlah T masih sedikit, maka jumlah output akan meningkat jika penggunaan T ditingkatkan. Tetapi karena faktor lain dianggap konstan, maka kemampuan tenaga kerja tambahan untuk menghasilkan output tambahan semakin berkurang. Output akan mencapai maksimum pada saat T. Jika penggunaan tenaga kerja ditambah setelah T maka output yang dihasilkan berkurang. Kurva produk marjinal PM dan produk rata-rata PR diturunkan dari kurva produk total PT. Pada Gambar 2.1.b terlihat bahwa PM T terus meningkat dan mencapai maksimum pada saat T. Tingkat output dimana produk marjinal mencapai maksimum dinamakan titik berkurangnya produktivitas marjinal point of diminishing marginal productivity. Jika penggunaan tenaga kerja terus ditambah setelah T, maka PM T akan menurun. PM T akan bernilai nol pada saat T yaitu pada saat PT T mencapai maksimum. Sedangkan PR T akan mencapai maksimum pada saat T dimana PR T = PM T . Tingkat output dimana produk rata-rata mencapai maksimum disebut titik berkurangnya produktivitas rata-rata point of diminishing average productivity. Pada kondisi PM T PR T , produktivitas tenaga kerja secara rata-rata akan meningkat seiring dengan penambahan jumlah tenaga kerja, sebab penambahan output akibat tambahan tenaga kerja ini lebih besar dari produksi rata-rata sebelumnya. a Kurva Produk Total Tenaga kerja b Kurva Produk Marjinal dan Produk Rata-rata Tenaga Kerja Gambar 2.1. Penurunan Kurva Produk Rata-rata dan Kurva Produk Marjinal dari Produk Total Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa terdapat tiga daerah produksi berdasarkan elastisitas produksi yaitu: 1. Daerah I Ep 1 Daerah I merupakan daerah produksi dengan elastisitas produksi yang lebih besar dari satu Ep 1. Elastisitas produksi lebih besar dari satu berarti setiap penambahan faktor produksi sebanyak satu persen akan meningkatkan output T T T Daerah III Daerah II Daerah I T T T PM T , PR T Produk Total Tenaga Kerja E p 1 0 Ep 1 E p PT T PR T PM T Tenaga Kerja selalu lebih besar dari satu persen. Daerah I terletak antara titik asal dan T. Pada daerah ini produk marjinal PM mencapai titik maksimum pada saat T dan kemudian mengalami penurunan, namun produk marjinal PM masih lebih besar dari produk rata-rata PR. Pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai, karena output masih selalu dapat ditingkatkan dengan penambahan faktor produksi. Jadi daerah ini merupakan daerah irrasional irrational region. 2. Daerah II 0 Ep 1 Daerah II merupakan daerah produksi yang terletak antara T dan T dengan nilai elastisitas produksi antara nol dan satu 0 Ep 1. Artinya, setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar antara nol dan satu persen. Pada daerah ini kenaikan faktor produksi secara terus menerus akan meningkatkan output dalam jumlah yang semakin kecil. Pada suatu tingkat tertentu dari penggunaan faktor produksi akan memberikan keuntungan yang maksimum yaitu pada saat nilai produk marjinal untuk faktor produksi sama dengan biaya korbanan marjinal. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi pada daerah ini sudah optimal. Jadi, daerah II ini merupakan daerah produksi yang rasional rational region. 3. Daerah III Ep 0 Daerah III merupakan daerah produksi yang terletak pada daerah yang lebih besar dari T dengan nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol Ep 0. Pada daerah ini produk total yang dihasilkan akan mengalami penurunan jika terdapat penambahan faktor produksi dalam berproduksi. Jadi, daerah ini disebut daerah irrasional irrational region.

2.1.3 Fungsi Produksi Cobb-Douglas