terjadi pada tahun 1991 sebesar
42,14 persen
dari tahun sebelumnya, karena pada tahun 1991 jumlah perusahaan dan pengolahan daging di Indonesia mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya, akibatnya PHK pun tidak dapat dihindari Lampiran 2.
Gambar 4.3 Jumlah Tenaga Kerja Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983-2008, diolah
Pertumbuhan tenaga kerja industri pengolahan dan pengawetan daging di Indonesia periode 1983-2008 sangat berfluktuasi. Penemuan teknologi baru merupakan
salah satu penyebab fluktuasi pertumbuhan tenaga kerja. Dengan ditemukannya teknologi baru, biaya produksi mengalami penurunan dan produktivitas dapat
meningkat. Selain itu, keadaan ekonomi yang tidak stabil pun dapat menyebabkan fluktuasi pada pertumbuhan tenaga kerja.
4.4. Kondisi Penggunaan Bahan Baku Industri Pengolahan dan Pengawetan
Daging
Bahan baku merupakan faktor mutlak dalam produksi suatu industri. Suplai bahan baku untuk industri pengolahan dan pengawetan daging masih sangat terbatas
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
10,00
19 83
19 84
19 85
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
Jum lah
T ena
g a
K er
ja
Tahun
karena bahan baku produk lokal tidak mempunyai penawaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan industri saat ini. Penggunaan bahan baku impor pun untuk
industri ini tidak dijinkan masuk ke dalam negeri oleh pemerintah karena dapat merugikan pasar bahan baku lokal. Hal ini mengakibatkan juga pada jumlah ouput yang
terbatas. Jumlah bahan baku rata-rata sebesar Rp 210.911.067.000 per tahun. Pada tahun 2008 jumlah bahan baku yang digunakan sebesar Rp 1.300.136.323.000 dan ini
merupakan jumlah bahan baku tertinggi selama periode 1983-2008, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan jumlah output terendah terjadi pada tahun 1983 dan 1984, tetapi
yang paling rendah adalah tahun 1983 sebesar Rp 7.169.928.000. Rata-rata pertumbuhan bahan baku sebesar 31,31 persen per tahun. Pertumbuhan
bahan baku industri pengolahan dan pengawetan daging tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 140,47 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan yang signifikan bahan
baku terjadi pada tahun 2005 sebesar 62.85 persen dari tahun sebelumnya, hal ini juga diikuti penurunan output yang tajam sebesar 59.77 persen dari tahun sebelumnya
Lampiran 2. Implikasinya, pertumbuhan bahan baku akan mempengaruhi pertumbuhan output juga di industri pengolahan dan pengawetan daging.
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
19 83
19 84
19 85
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
Jum lah
B aha
n B
ak u
Tahun
Gambar 4.4 Jumlah Bahan Baku Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983-2008, diolah
4.5. Kondisi Penggunaan Energi Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging