V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Produktivitas Faktor-faktor Produksi Industri Pengolahan dan
Pengawetan Daging di Indonesia
Produktivitas merupakan proses produksi fisik yang mentransformasikan berbagai input menjadi output dan dapat memengaruhi proses pencapaian produktivitas
itu sendiri. Produktivitas faktor-faktor produksi dihitung berdasarkan rasio output terhadap salah satu input. Rata-rata produktivitas biaya sewa modal sebesar 1.719,76.
Gambar 5.1 adalah Gambar produktivitas biaya sewa modal. Produktivitas tertinggi pada tahun 1985 sebesar 18.707,24, hal ini disebabkan adanya penggunaan pada biaya
sewa modal oleh produsen lebih kecil dari hasil output sehingga terjadi efisiensi biaya yang lebih tinggi dari sebelumnya, dengan kata lain ada peningkatan produktivitas.
Produktivitas terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 14,92 Lampiran 3. Faktor produksi tenaga kerja memiliki nilai produktivitas rata-rata sebesar
80.560,02, produktivitas tenaga kerja relatif meningkat dikarenakan adanya peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja pada industri ini dan hal ini menunjukkan bahwa
produktivitas tenaga kerja industri pengolahan dan pengawetan daging sudah cukup efisien. Gambar 5.2 adalah produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja
tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 401.968,85, karena pada tahun 2008 terjadi peningkatan output yang cukup tinggi namun jumlah tenaga kerja yang menurun dari
tahun sebelumnya. Produktivitas terendah terjadi pada tahun 1983 yaitu sebesar 13.536,97 Lampiran 3.
Gambar 5.1 Produktivitas Biaya Sewa Modal Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983-2008 diolah
Gambar 5.2 Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983-2008 diolah
Produktivitas rata-rata faktor produksi bahan baku adalah sebesar 1,67. Produktivitas bahan baku dari tahun 1983-2008 memiliki nilai yang cukup berfluktuasi.
Bahan baku lokal untuk industri ini masih terbatas, karena pemerintah masih belum membuka izin untuk impor bahan baku industri ini untuk melindungi produsen bahan
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00
19 83
19 84
19 85
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
Produk ti
v it
as
Tahun
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
19 83
19 84
19 85
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
Produk ti
v it
as
Tahun
baku lokal industri ini, sehingga jumlah dan harga bahan baku masih berfluktuatif. Gambar 5.3 adalah Gambar produktivitas bahan baku di industri pengolahan dan
pengawetan daging di Indonesia yang mempunyai produktivitas tertinggi pada tahun 2001 sebesar 2,11 dan terendah pada tahun 1991 sebesar 1,30 Lampiran 3. Nilai
produktivitas bahan baku mempunyai nilai yang paling kecil diantara nilai produktivitas input yang lainnya, karena bahan baku adalah input yang sangat penting atau bisa
disebut input utama yang digunakan untuk mengeluarkan output industri sehingga bahan baku mempunyai nilai yang paling besar dibandingkan input yang lainnya.
Gambar 5.3 Produktivitas Bahan Baku Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983-2008 diolah
Faktor produksi energi memiliki nilai produktivitas rata-rata sebesar 44,82. Produktivitas energi pada industri pengolahan dan pengawetan daging terlihat cukup
stabil. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 sebesar 94,89 karena pada tahun 2008 terjadi peningkatan output yang sangat tinggi dibandingkan dengan peningkatan input
energi yang digunakan dari tahun sebelumnya dan produktivitas terendah terjadi pada
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80
19 83
19 84
19 85
19 86
19 87
19 88
19 89
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
Produk ti
v it
as
Tahun
tahun 1985 sebesar 27,37. Produktivitas terendah pada tahun tinggi nilai produktivitas maka nilai input yang digunakan semakin efisien Lampiran 3.
Gambar 5.4 Produktivitas Energi Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983-2008 diolah
5.2. Analisis