Pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar, dan jumlah tenaga kerja terhadap output industri tekstil di Indonesia periode 1983 – 2012

(1)

PENGARUH NILAI BAHAN BAKU, BAHAN BAKAR, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP OUTPUT INDUSTRI TEKSTIL DI

INDONESIA PERIODE 1983–2012

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun oleh Aldila Hapsari

NIM 1111084000037

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH NILAI BAHAN BAKU, BAHAN BAKAR, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP OUTPUT INDUSTRI TEKSTIL DI

INDONESIA PERIODE 1983–2012

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat–Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: Aldila Hapsari 1111084000037 Dibawah Bimbingan

Pheni Chalid, Ph.D Tony S. Chendrawan, M.Si

NIP:195605052000121001 NIP.

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN ASLI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Aldila Hapsari

NIM : 1111084000037

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mampu mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Aldila Hapsari

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Januari 1993

3. Alamat : Jalan Tangkas Permai IX Blok A No.5 Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Madya Jakarta Selatan 12270

4. Telepon : 089608487929

5. E-mail : dilaabba@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDI Annajah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Tahun 1999–2005 2. SMP Negeri 177 Bintaro, Jakarta Selatan Tahun 2005–2008 3. SMA Negeri 90 Jakarta Selatan Tahun 2008–2011 4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011–2015 III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Kursus Bahasa Inggris di ELC (English Language Centre), Petukangan Selatan, Jakarta Selatan Tahun 2007–2009

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. MPK/OSIS SMAN 90 Jakarta Selatan, 2009–2010


(7)

V. PENGALAMAN KERJA

1. Pengajar (Tutor) Pengganti di Lembaga Kursus ELC (English Language Centre) for Elementary School, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan

VI. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Workshop Presentation about Germany (facts about Germany; The German Academic Exchange Service (DAAD)) ; The German University System; Studying in Germany; Doctoral Program in Germany; Additional information on where to apply for a Scholarship With CATHERINE LAVEFRE, FEB UIN Jakarta, 2012

2. Seminar : ”Semiotics; Analyzing Signs in Internatioanl Culture Festival (ICFest) of Foreign Language Assosiation”.“Bridging Unity to The Beauty

Diversity”, FLAT UIN Jakarta,2012

3. Workshop: ” Trik Menaklukan The Paper Test”, HMJ Pendidikan IPA -Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta,2012

4. Seminar Nasional & Call for Papers dengan tema : “Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, antara Peluang dan Tantangan”, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, Tangerang Selatan

5. International Workshop On The Soft Launching Faculty Of Natural

Resources and Environment: ”Optimizing Indonesia’s Wealth Of Natural

Resources For The People”, UIN Jakarta, 2013

6. Workshop Entrepreneur LDK Syahid:”Moslem Billionaire”, UIN Jakarta,


(8)

7. International Workshop tentang : ‘Be Entrepneur in Silicon Valley’,

atamerica (@amerika), Pasific Place Mall Jakarta,2012

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Achmad Arifin

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 17 Agustus 1957

3. Ibu : Kundarianingsih

4. Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 11 Mei 1965

5. Alamat : Jalan Tangkas Permai IX Blok A No.5 Kelurahan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12270

6. Telepon : 088212160175


(9)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of raw material, fuel, and labour on textile industry output in Indonesia from 1983 - 2012.

Ordinary Least Square was used analytical tools in this results. The result of this research shows that textile industry output in Indonesia are caused by raw material, fuel, and labour can be explaied by R 2(R Squared) about 96%. Then textile industry output influenced by raw material, fuel, and labour simultanously about 1957,6 (F statistic). But Partially can explained by coefficient in each variable; 1. textile industry output was influenced by Raw material significantly and positive about 0,947, 2. textile industry output was influenced by fuel significantly and positive about 0,247 3. textile industry output was influenced by labour unsignificantly and negative about 5,18.


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja terhadap industri tekstil di Indonesia periode 1983 -2012.

Ordinary Least Square (OLS) digunakan sebagai alat analisa pada penelitian ini output industri tekstil di Indonesia dipengaruhi oleh nilai bahan baku, nilai bahan bakar, dan tenaga kerja yang dijelskan oleh R2sebesar 96%. Secara simultan output industri tekstil di Indoneisa dipengaruhi oleh nilai bahan baku, bahan bakar, dan jumlah tenaga kerja sebesar 1957,6 (F statistik). Sedangkan secara parsial, 1. Output industri tekstil dipengaruhi oleh nilai bahan baku secara parsial sebesar 0,947 yang berpengaruh positif dan signifikan, 2. Output Industri Tekstil dipengaruhi oleh nilai bahan bakar sebesar 0,247 yang secara positif dan signifikan, dan 3. Output Industri Tekstil dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja sebesar 5,18 yang tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan.

Kata kunci : Output Industry Tekstil, Nilai Bahan Baku, Nilai Bahan Bakar, dan Jumlah Tenaga Kerja.


(11)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat, serta hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,”Pengaruh Nilai Bahan Baku, Bahan Bakar, dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Output Industri Tekstil di Indonesia Periode 1983 – 2012”. Shalawat serta Salam tak lupa penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang.

Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan skripsi ini bukanlah merupakan satu hasil dari usaha segelintir orang, karena manusia adalah makhluk sosial yang pastinya akan membutuhkan bantuan dari orang – orang lain, begitu juga dengan penulis terselesaikannya skripsi ini tentunya berkat bantuan, dorongan, dan doa dari kerabat ataupun orang – orang terdekat penulis. Dengan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, karena tanpa kehendakNya dan ridhoNya selama ini penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima Kasih ya Allah atas segala rahmat, kekuatan dan ridhoMu selama ini sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala banyak ujian yang dihadapi.

2. Keluarga yang terkasih dan tersayang yang selalu mensuport dan memberikan dukungan baik moril, finansial, dan doa yang tiada hentinya


(12)

diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai, yakni Papa dan Mama. Terima kasih Papa dan Mama kalian segalanya sekaligus motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan segala rintangan apapun yang harus dihadapi.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama perkuliahan.

4. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si selaku ketua Jurusan IESP Periode 2015 yang telah memberikan bimbingan sekaligus sebagai tempat konsultasi dan pemberi saran yang membangun disaat penulis memiliki kesulitan dalam hal teknis maupun pemikiran pada saat penulisan skripsi ini.

5. Bapak Pheni Chalid, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan rendah hati meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai, serta memberikan ilmu yang sangat berharga dan semangat yang tiada henti kepada penulis selama pembuatan skripsi ini berlangsung. Terima Kasih Bapak, semoga ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan dapat menjadi amalan baik dan tidak akan terputus di dunia dan akhirat.

6. Bapak Tony S. Chendrawan, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing, mengoreksi kesalahan materi – materi yang ada di skripsi serta selalu memberikan ilmu yang bermanfaat terkait hal teknis secara detail selama penulian skripsi ini berlangsung. Semoga ilmu yang bermanfaat dari Bapak tidak akan terputus dan diberkahi oleh Allah SWT. 7. Teman – teman baik yang saya miliki selama ini di bangku kuliah yang saling mensupport dan menghibur saya di kala saya letih, bingung, dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni Revi Kurniasari, Ayu Hardiyanti, Fajar Mauliani, dan Indri Filiyana Sari, Rahma Khairunnisa, Feristi Irza Rolis dan Yusuf Muhammad, Thanks


(13)

saya dalam memberikan contoh arahan dalam mengembangkan skripsi ini secara teknis, yakni Ella Dhanila Kartika, dan Rudi Suwardi, serta teman–

teman yang mau berangkat bersama untuk bimbingan dan ke lembaga tertentu dalam rangka penelitian bersama dikala tempat jauh, dan saling mensupport pula tak lupa terima kasih terucap kepada; Vina Refriana, dan Dwi Nuni. Terima kasih teman – teman semoga kemurahan hati kalian dalam membantu saya dibalas oleh Allah SWT.

8. Teman – teman seperjuangan jurusan IESP angkatan 2011 yang selalu bersama – sama dalam perjuangannya menyelesaikan skripsi di tahun ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga jalinan silaturahmi jurusan ini akan selalu terikat sepanjang waktu, Teman - teman.

9. Teman – Teman dan Kakak – Kakak HMJ IESP yang telah memperkenalkan saya dalam kegiatan yang ada dalam kegiatan intra jurusan IESP sekaligus menambah pengalaman saya dalam hal akademik maupun non akademik. Semoga segala kegiatan–kegiatan yang telah saya peroleh dari kalian menjadi sebuah pengalaman berarti dalam menempuh kehidupan lainnya di masa depan.

10. Teman – Teman KKN Dedikasi Seribu Tangan yang selalu menjadi kenangan terindah dan keluarga selama kegiatan KKN berlangsung. Semoga kita bertemu lagi di lain waktu dengan kegiatan lainnya, Kawan. 11. Kakak – Kakak jurusan IESP yang telah membantu saya dalam proses

menyelesaikan skripsi ini, yang selalu menjawab segala pertanyaan walaupun dalam keadaan sibuk, jikalau saya mengalami kesulitan terkait hal apapun dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman – teman SMA yang selalu saling mensupport, menghibur dan menyemangati dalam hal pembuatan skripsi ini berlangsung, walau tidak satu perguruan tinggi, yakni Umi Budiarti, Aulia Ramadhani, Mediyarina Kurniasih, Nurlaila dan teman – teman grup ‘PAIR AS’ SMA kelas XI


(14)

memperjuangkan tugas akhir masing – masing yang harus ditempuh

hingga selesai, “Terima Kasih Teman – Teman Ku”.

Penulis menyadari masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, serta masih kurangnya ilmu pengetahuan, dan wawasan untuk menyempurnakan skripsi ini. Saran dan Kritik yang membangun diharapkan penulis dalam menyempurnakan skripsi ini dari berbagai pihak.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Jakarta, 31 Juni 2015


(15)

DAFTAR ISI Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup... . i

Abstract... iv

Abstrak... v

Kata Pengantar... ... vi

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian ... 17


(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ... 19

1. Teori Industrialisasi... 19

a. Pengertian Industri... 19

b. Macam–Macam Industri... 21

c. Konsep Industrialisasi... 26

d. Ciri–Ciri Keberhasilan Industri ... 33

e. Prasyarat Industrialisasi ... 34

2. Teori mengenai Output dan Input ... 35

a. Teori Output dan Input ... 35

b. Teori Nilai Bahan Baku... 37

c. Teori Nilai Bahan Bakar ... 39

d. Teori Jumlah Tenaga Kerja ... 40

3. Hubungan antara Input dengan Output Industri Tekstil... 41

a. Hubungan antara Nilai Bahan Baku dengan Output Industri Tekstil... 41

b. Hubungan antara Nilai Bahan Bakar dengan Output Industri tekstil ... 42

c. Hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Output Industri Tekstil... 43

B. Penelitian Terdahulu ... 44


(17)

D. Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian ... 60

B. Teknik Pengumpulan Data ... 60

C. Teknik Analisis Data ... 61

D. Operasional Variabel Penelitian ... 77

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 78

B. Penemuan dan Pembahasan ... 80

1. Analisis Deskriptif ... 80

a. Analisis Deskriptif Output Industri Tekstil di Indonesia ... 80

b. Analisis Deskriptif Nilai Bahan Baku ... 82

c. Analisis Deskriptif Nilai Bahan Bakar ... 84

d. Analisis Deskriptif Jumlah Tenaga Kerja... 86

2. Uji Asumsi Klasik... 88

a. Uji Normalitas ... 88

b. Uji Multikolinieritas ... 89

c. Uji Heterokedastisitas ... 90

d. Uji Autokorelasi ... 91

3. Pengujian Hipotesis ... 94

a. Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ... 96

b. Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ... 101


(18)

5. Analisa Ekonomi... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 117

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA... 120


(19)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.1 Kontribusi Masing Masing Industri Manufaktur Terhadap PDB Pada Tahun 2007–2011 ( dalam %)

3

1.2 Perkembangan Ekspor Sektor Industri Manufaktur di indonesia Pada Tahun 2009–2012 (dalam % ) USD)

4

1.3 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Industri manufaktur menurut Subsektor Pada Tahun 2009–2010

6

1.4 Hasil Kinerja Industri tekstil di Indonesia Pada Tahun 2006–2010

9

1.5 Ekspor komoditas Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia menurut negara tujuan pada tahun 2012

11

1.6 Nilai Bahan Baku Industri Tekstil di Indonesia Pada tahun 2008–2012

13

1.7 Nilai bahan Bakar industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008– 2012

14

1.8 Jumlah Tenaga Kerja Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008–2012

15

2.1 Penelitian Terdahulu 51

4.1 Output Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008–2012

60

4.6 Correlation Matriks 90

4.9 Uji Breusch Godfrey LM Test 93


(20)

No Keterangan Halaman

4.1 Uji t 97


(21)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 51

2.2 Kerangka Penelitian 58

4.1 Normalitas 89

4.12 Trend Nilai Bahan Baku

Beberapa Tahun Periode 1987–2012


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1 Data 126

2 Data 127

3 Ordinary Least Square 129

4 Uji Normalitas 130

4 Uji Multikolinieritas 130

5 Uji Heterokedastisitas 131


(23)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Untuk dapat menghasilkan output yang merupakan hasil produksi demi menunjang pertumbuhan ekonomi, sektor industri merupakan sektor yang tidak akan terlepas perannya dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sehingga sektor industri merupakan sektor utama yang perannya perlu dianalisis demi menghasilkan output yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, khususnya pada industri manufaktur dengan increasing return to scale yang tinggi. Itulah salah satu indikator dalam produksi yang diharapkan lebih dinamis sebagai motor penggerak dalam menunjang pertumbuhan industri (Weiss dalam Tambunan,2009:62).

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam kontribusinya pada PDB Indonesia. Kegiatan pembangunan industri bertujuan untuk menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan kemakmuran bangsa, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyediakan lapangan kerja, menaikkan devisa negara serta mengangkat prestise nasional. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat baragam dan mampu memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis


(24)

(produsen, penyalur pedagang dan investor) lebih suka bergerak dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik (Hidayat, 2004:13).

Pertumbuhan output industri dalam suatu negara tentunya tergantung pada permintaan internal (domestik) dan permintaan eksternal (ekspor). Perkembangan output industri manufaktur dari permintaan internal dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto, sedangkan untuk permintaan eksternal dapat dilihat dari perkembangan ekspornya dari masing masing jenis industri tersebut. Pada Intinya dengan mengetahui output sektor industri tersebut, hal tersebut sudah menggambarkan kondisi sektor industri di Indonesia.

Dengan kontribusi hampir 30 persen pada tahun 2009 terhadap Produk Domestik Bruto, industri manufaktur merupakan salah satu kelompok sektor industri utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain kontribusi sektor industri tersebut, besarnya pangsa ekspor pada industri manufaktur, penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut juga menempati urutan atas. Sehingga membaik atau tidaknya industri manufaktur memberikan dampak yang nyata terhadap penyerapan tenaga kerja, ekspor, maupun ekonomi secara keseluruhan (Laporan Kinerja Makro Sektor Industri KEMENPERIN,2013:12).

Setelah mengetahui kontribusi dari sektor industri manufaktur terhadap PDB, untuk mengetahui lebih jauh kondisi sektor industri tersebut di


(25)

Indonesia, terdapat pula kontribusi dari masing– masing jenis sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Berikut ini adalah kontribusi dari masing–masing sektor industri terhadap PDB pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Kontribusi Masing–Masing Industri Manufaktur Terhadap PDB di Indonesia Tahun 2007–2011

( dalam %)

Sumber : BPS, 2012 (data diolah)

Dari tabel 1.1 menjelaskan tentang kontribusi dari masing–masing industri di Indonesia terhadap produk domestik bruto. Kontribusi terbesar dari tahun 2007 – 2011 ada pada industri makanan, minuman, dan tembakau. Kontribusi pada kelompok industri tersebut tinggi karena banyaknya jumlah unit usaha kecil dan perusahaan besar – menengah yang memproduksi outputdari jenis industri tersebut. Kontribusi terbesar dalam data di tabel 1.2 tahun 2007 – 2011 ada pada industri makanan,

Tahun Jenis Industri

Makanan, minuman,dan tembakau

Tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki

Kertas dan barang cetakan

Alat angkutan, dan mesin perlengkapan Pupuk, kimia, dan barang dari karet

2007 29,8 10,56 5,12 28,69 12,5

2008 30,40 9,21 4,56 28,97 13,53

2009 33,16 9,19 4,82 27,33 12,85

2010 33,6 8,97 4,75 28,14 12,73


(26)

minuman, dan tembakau. Perkembangan tertinggi tercatat pada tahun 2011 sebesar 35,2%, sempat terjadi penurunan pada tahun sebelumnya, yakni 33,6% . Disusul oleh jenis industri selanjutnya yakni alat angkutan dan mesin perlengkapan yang sempat tercatat mencapai perkembangan kontribusi terhadap PDB pada tahun 2008 sebesar 28,97%, dan yang terakhir adalah industri pupuk kimia memiliki kontribusi tertinggi pada tahun 2008 sebesar 13,53% (Laporan Kinerja Makro Sektor Industri KEMENPERIN, 2012:17-18).

Kondisi sektor industri di Indonesia secara makro juga terlihat pula pada perkembangan ekspornya. Perkembangan ekspor sektor industri di Indonesia juga ikut menentukan kinerja dari sektor industri tersebut. berikut ini adalah kontribusi ekspor sektor industri pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Perkembangan Ekspor Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2009–2011 (USD Juta)

Tahun

2009 2010 2011

Jenis Industri Nilai Ekspor (USD Juta)

Jenis Industri Nilsi Ekspor (USD Juta)

Jenis Industri Nilsi Ekspor (USD Juta) Pengolahan

Kelapa Sawit

10.476,8 Pengolahan Kelapa Sawit

17.253,8 Pengolahan

Kelapa Sawit

23.179,2

Tekstil 9.790,1 Tekstil 11.205,5 Tekstil 13.324,1

Besi, Baja, dan Mesin Otomotif

9.606,9 Besi, Baja, dan Mesin Otomotif

10.840,0 Besi, Baja, dan Mesin Otomotif

13.194,4

Pengolahan Karet 6.179,9 Pengolahan Karet 9.522,6 Pengolahan Karet 14.540,4


(27)

Sumber : BPS, 2012 (data diolah)

Data pada tabel 1.2 menjelaskan tentang perkembangan ekspor pada 12 sektor industri yang berorientasi pada ekspor. Dalam data tersebut pada tiga tahun terakhir, yakni tahun 2009 – 2011, urutan pertama industri pengolahan atau manufaktur yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah industri pengolahan kelapa sawit. Industri tersebut mengalami nilai ekspor tertinggi pada tahun 2011, sebesar 23.179,2 juta USD. Selanjutnya pada urutan kedua dalam 2 tahun terakhir hingga tahun 2011 nilai ekspor sebesar 11.205,5 Juta USD. Pada tahun berikutnya di tahun 2011 industri tekstil mengalami peningkatan nilai ekspor dari tahun sebelumnya sebesar 13.324,1 juta USD. Penurunan yang terjadi pada industri tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan negara – negara tujuan ekspor utama, sebagai dampak krisis ekonomi khususnya di Amerika dan Eropa. Selain itu penurunan nilai ekspor juga terjadi di negara – negara kawasan ASEAN dan negara asia lainnya. Hal ini dapat dikatakan terjadinya penurunan ekspor yang merata di

Pengolahan Tembaga dan Timah 6.156,0 Pengolahan Tembaga dan timah 6.506,0 Pengolahan Tembaga dan timah 7.501,0

Pulp dan Kertas 4.440,5 Pulp dan Kertas 5.708,2 Pulp dan kertas 5.769,0

Kimia Dasar 4.492,5 Kimia Dasar 4.577,7 Kimia Dasar 6.119,8

Pengolahan Kayu 4.485,1 Pengolahan kayu 4.280,3 Pengolahan

kayu

4.474,7

Makanan dan Minuman

2.3748 Makanan dan

Minuman

3.219,6 Makanan dan

Minuman

4.504,0

Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu

2.006,6 Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu

2.665,6 Kulit, Barang Kulit, dan

Sepatu

3.450,9

Alat–alat Listrik 2.148,9 Alat–Alat listrik 2.657,9 Alat–Alat Listrik


(28)

negara tujuan ekspor, sehingga diperlukan alternatif pasar baru di wilayah lainnya (Laporan Kinerja Makro Sektor Industri KEMENPERIN, 2012: 19-20).

Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu ukuran seberapa besar jumlah tenaga kerja yang terserap dalam masing – masing jenis industri di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri tersebut ada pada tabel 1.3 berikut

Tabel 1.3

Jumlah Tenaga Kerja Industri Manufaktur Menurut Subsektor di Indonesia Tahun 2009–2010

Tahun 2009 2010 Jenis Industri Manufaktur Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa) Jenis Industri Manufaktur

Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa)

Makanan dan Minuman 714.550 Makanan dan Minuman

745.618

Tembakau 336.178 Tembakau 327.865

Tekstil dan Pakaian Jadi

962.782 Tekstil dan Pakaian Jadi

1.0069.940

Kulit dan Barang dari Kulit

227. 204 Kulit dan Barang dari Kulit

225.481

Kertas dan Barang dari Kertas

121.500 Kertas dan Barang dari Kertas

126.379

Penerbitan, Percetakan, dan reproduksi

41.663 Penerbitan, Percetakan, dan reproduksi

44.915

Mesin dan

Perlengkapannya

37.738 Mesin dan Perlengkapannya

74.751

Peralatan Alat Tulis Kantor

2. 892 Peralatan Alat Tulis Kantor


(29)

Sumber:BPS,2012 (data diolah)

Pada tabel 1.3 tahun 2009 – 2010 menjelaskan tentang penyerapan jumlah tenaga kerja pada industri tekstil dan pakaian jadi. Pada tahun 2009 penyerapan jumlah tenaga kerja pada industri tekstil dan pakaian jadi adalah 962.782 jiwa dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan cukup tinggi pada penyerapan jumlah tenaga kerja sebesar 9.108.872 jiwa dari tahun sebelumnya. Selanjutnya subsektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja tinggi setelah industri tekstil dan pakaian jadi adalah industri makanan dan minuman. Pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut adalah 714.550 jiwa dan pada tahun 2010 adalah 745.618 jiwa. Selisih dari dua industri tersebut tidaklah sangat jauh yaitu sebesar 31.068 jiwa.

Salah satu komoditas dalam industri manufaktur yang menjadi komoditas pilihan dalam hal daya saing adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Indikator utama pada industri tersebut adalah dari penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dapat dikatakan karena TPT adalah salah satu subsektor yang paling tinggi dalam hal penyerapan tenaga kerja dibanding subsektor lainnya (Saidi,2013:271).

Mesin Listrik dan Perkembangan Lainnya

100.442 Mesin Listrik dan Perkembangan Lainnya

8.0611

Radio, Televisi, dan peralatan Komunikasi

130.173 Radio, Televisi, dan peralatan

Komunikasi

134.414

Peralatan Kedokteran, Alat Ukur, dan navigasi

19.938 Peralatan

Kedokteran, Alat Ukur, dan navigasi

20.805

Kendaraan Bermotor 85.362 Kendaraan Bermotor

92.999

Alat angkutan dan peralatan lainnya

81.761 Alat angkutan dan peralatan lainnya


(30)

Secara umum, Industri tekstil diklasifikasikan dalam KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Industri) atau dalam klasifikasi internasional ISIC (International Standard Industry Classification) ada pada nomor 321 dan 322 (kode tiga digit) hingga pada tahun 1999. Pembaruan terus terjadi seiring dengan permintaan jenis industri tekstil yang bertambah sehingga terakhir di tahun 2009 hingga saat ini kode industri tekstil berada pada nomor 17 dan 18 dengan berbagai jenisnya. Proses penyempurnaan tekstil ada pada tiga tahapan, diantaranya yaitu; Weaving (Pertenunan), Knitting (Perajutan), dan Finishing (Penyelesaian). Sejak itu kemajuan tekstil terus berkembang setelahnya dipengaruhi oleh negara– negara lain, seperti Belanda, China dan India. Awal mulanya industri tekstil skala kecil menggunakan alat tenun tradisional, namun seiring dengan berkembangnya teknologi dan munculnya perusahaan –perusahaan besar, kini tekstil sudah menggunakan mesin tenun industri.

Kualitas produksi tekstil yang bagus dan memiliki harga yang tinggi adalah produk tekstil yang terbuat dari sutra, berasal dari ulat sutera. Jenis ini memiliki daya jual yang tinggi karena memiliki kilau dan kehalusan yang tidak dimiliki oleh jenis lain dan dapat menyesuaikan dengan temperatur udara. Selanjutnya, zat pewarnaan tektil yang memiliki daya jual tinggi apabila menggunakan zat pewarnaan yang alami dibanding zat kimia buatan, seperti daun Mangga dan bunga Rosela, dan buah – buahan (BPS dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2011).


(31)

Setelah ditelusuri, kapas yang digunakan sebagai bahan baku utama oleh industri tekstil di indonesia, hingga tahun 2012 Indonesia masih mengimpor kapas sebesar 99,2% per tahun untuk kebutuhan nasional industri tekstil di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kualitas tekstil tidak dapat tumbuh dengan baik di Indonesia karena bahan baku kapas masih diimpor dari China, sehingga biaya input untuk memproduksi produk tersebut akan sangat tinggi. Dari permasalahan di atas, kelangkaan input masih menjadi kendala utama dalam menghasilkan output yang baik bagi Industi tekstil di Indonesia (www.kemenperin.go.id, 2013).

Kondisi Pertekstilan di Indonesia dapat dilihat dari hasil kinerja industri tersebut. Bagaimana peningkatan dari indikator yang ada pada hasil kinerja sektor industri di Indonesia. Berikut ini adalah data hasil kinerja tekstil di Indonesia dari tahun 2006–2010.

Tabel 1.4

Hasil Kinerja Industri Tekstil Pada Komoditas Barang Jadi Tekstil di Indonesia Tahun 2006 -2010

Sumber : Kemenperin,2010

Tahun JumlahPerusahaan (Unit) Nilai Produksi (Ribu Rupiah) Utilisasi (%) Nilai Input

(Ribu Rupiah) Nilai Output (Ribu Rupiah) Nilai Tambah (Ribu Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja Trend Output 2006 224 4.275.019.000 76,6 2.850.503.000 4.342.083.000 1.491.579.000 22.040 -2007 217 4.044.133.000 73,1 2.749.893.000 4.133.323.083 1.383.429.000 3.020 -4,81% 2008 216 1.689.606.000 72,5 1.236.862.900 1.827.944.000 591.081.000 2.060 -55,77% 2009 192 85.799.6201 68,7 549.925.300 931.847.000 38.192.1650 15.091 -49,02% 2010 188 973.509.000 76,9 692.552.100 1.070.393.000 377.841.000 15.217 14,87%


(32)

Dilihat dari hasil kinerja industri tekstil di Indonesia pada tabel 1.4, kelompok komoditas barang jadi dari Tekstil hasil tersebut menunjukkan bahwa unit perusahaan industri tekstil dalam mengahsilkan outputnya dari tahun 2006 hingga tahun 2008 selalu mengalami penurunan. Terlihat dari Trend perkembangannya dari tahun 2006 – 2007 hanya sebesar -4,81%, penurunan secara drastis terjadi pada tahun 2007 – 2008 hingga mencapai -55,77% . Trend kembali stabil setelah krisis global di tahun 2009, sehingga kenaikan trend dari tahun 2008 – 2009 menjadi -49,02%, dan meningkat hingga tahun 2010 menjadi 14,87%. Output industri tersebut mengalami penurunan, karena banyaknya alat atau mesin tekstil di indonesia dalam industri besar yang kurang menunjang, hal tersebut terlihat permesinan yang sudah tua dan seharusnya diganti yang menyebabkan tenaga kerja mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008, yaitu 3.020 jiwa dan 2.60 jiwa tenaga kerja. Selain itu masuknya produk–produk tekstil dari China dengan kualitas yang baik dan lebih murah, mengakibatkan daya saing perusahaan lebih rendah dan mengakibatkan perusahaan tersebut gulung tikar. Terlihat dari jumlah unit perusahaan barang jadi tekstil yang tertera pada tabel 1.4 dari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami penurunan terus menerus (www.kemenperin.go.id).

Dari pemaparan sebelumnya mengenai daya saing ekspor, telah dibahas nilai ekspor masing – masing jenis industri, dan industri tekstil merupakan salah satu komoditas yang berorientasi pada ekspornya. Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) cukup membaik pada tahun


(33)

2010 dengan nilai ekspor mencapai 11.205,5 juta USD. Pasar Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) bagi Indonesia adalah Amerika Serikat. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase masing masing negara tujuan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (Saidi;272,2013). Pada tabel 1.5 berikut akan dijelaskan pula ekspor komoditas TPT pada negara tujuan.

Tabel 1.5

Ekspor Komoditas Tekstil dan Produksi tekstil (TPT) Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2012

Nilai Ekspor Komoditas tekstil di Indonesia Negara tujuan ekspor komoditas tekstil Ekspor Komoditas tekstil pada negara tujuan (dalam%) Nilai Ekspor Komoditas Tekstil Menurut negara Tujuan

11.205,5 juta USD

United States 34% 3.809,87 Juta USD

Japan 9% 10.08,495 Juta USD

Germany 5% 560,275 Juta USD

Turkey 5% 560,275 Juta USD

Koreas, republic, Of

5% 560,275 Juta USD

China 4% 448,22 Juta USD

United Arab Emirates

3% 336,165 Juta USD United Kingdom 3% 336,165 Juta USD

Brazil 3% 336,165 Juta USD

Negara–negara Lainnya

29% 324,945

Juta USD


(34)

Pada negara Amerika Serikat dapat menyerap hasil produksi Tekstil dan Produksi Tekstil (TPT) adalah sebesar 34%, yakni dengan nilai ekspor komoditas Indonesia sebesar 3.809,87 Juta USD . Sementara negara Korea, China, dan Inggris adalah tiga negara dengan persentase terkecil yang dapat menyerap hasil produksi ekspor sebesar 3%, yakni 336,165 juta USD. Negara

– negara tersebut terlihat pada tabel 1.6. Semenjak tanggal 1 Januari 2005 semua hambatan yang ada dalam Agreement on Textile and Clothing (ATC) sudah tidak diberlakukan. Semua bentuk pembatasan dan kuota yang berada diluar peraturan WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) tidak berlaku. Sejak saat itu juga bentuk hambatan berupa kuota yang diberlakukan oleh Amerika Serikat sudah tidak berlaku lagi. Dengan dihapuskannya kuota perdagangan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) AS tentu akan menyebabkan banyaknya komoditas dan pemain baru di pasar utama TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Dengan demikian iklim persaingan untuk komoditas TPT di AS akan semakin ketat (Saidi,2013:272).

Lebih dari 85 persen kebutuhan kapas untuk industri tekstil Indonesia diimpor dari Australia, Amerika Serikat, Cina, India, Pakistan, Tanzania, dan lainnya. Hal ini karena tanaman kapas belum dapat dibudidayakan secara maksimal di dalam negeri, atau dapat dikatakan kelangkaan sumber daya alam berupa kapas, menjadi kendala dalam menghasilkan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang berkualitas (Hermawan,2011:388).


(35)

Maka dapat dikatakan apabila harga kapas yang menjadi bahan baku kapas tinggi, maka nilai bahan baku untuk memproduksi tekstil tersebut akan tinggi pula, karena masih impornya bahan baku berupa kapas pada beberapa negara, walaupun bahan baku ada sedikit yang didapat dari dalam negeri (lokal). Pada tabel 1.6 merupakan data mengenai nilai bahan baku pada tahun 2008 -2012.

Tabel 1.6

Nilai Bahan Baku Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008 - 2012

Sumber : BPS, 2012 (data diolah)

Pada tabel 1.6 fluktuasi kenaikan nilai bahan baku terus tinggi seiring bertambahnya tahun, data tersebut tercatat nilai bahan baku tertinggi adapada tahun 2012 yaitu Rp 28.907.954.456.000, dan sempat mengalami penurunan nilai bahan baku pada tahun 2010, yakni dengan nilai Rp 24.937.371.734.000. Sehingga tingginya nilai bahan baku menyebabkan inefisiensi (tidak efisien) karena ketidaksesuaian alokatif inputnya dalam menghasilkan outputnya (Pradana,2013:124).

Tahun Nilai bahan Baku (Rp) 2008 18.387.291 .306. 000 2009 18.630.873 .497 .000 2010 12.570.757 .313 .000 2011 24.937.371 .734 .000


(36)

Pada data pada tabel 1.7 merupakan Nilai Bahan Bakar pada tahun 2008 – 2012, yang akan menggambarkan ketersediaan bahan bakar sesuai dengan nilai bahan bakar dari tahun tersebut.

Tabel 1.7

Nilai Bahan Bakar Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008 - 2012

Tahun Nilai Bahan Bakar (Rupiah)

2008 1.813.593.409 .000

2009 2.006.763.182. 000

2010 1.462.175.879 .000

2011 2.790.862.638 .000

2012 3.367.709.408.000

Sumber : BPS, 2012 (data diolah)

Pada data tabel 1.7 menjelaskan tentang nilai bahan bakar dari tahun 2008 – 2012 dari tahun – tahun tersebut nilainya selalu naik. Penurunan sempat terjadi pada tahun 2010, yakni Rp 1.462.175.879 .000, setelah itu terjadi kenaikan kembali hingga tahun 2012. Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi dan tidak kalah pentingnya adalah tenaga kerja.

Berikut ini adalah data jumlah tenaga kerja pada industri tektil yang berkontribusi dalam hal produksi outputtersebut. Data tersebut ada pada tabel 1.8.


(37)

Tabel 1.8

Jumlah Tenaga Kerja Industri Tekstil di Indonesia Pada Tahun 2008 - 2012

Tahun

Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa)

2008 495.221

2009 473.070

2010 578.595

2011 612.668

2012 593.932

Sumber : BPS, 2012 (data diolah)

Pada data tabel 1.9 tercatat bahwa jumlah tenaga kerja terjadi kenaikan pada tahun 2011, yakni 612.668 jiwa, namun pada tahun 2012 terjadi penurunan kembali yaitu menjadi 593.932 jiwa. Tenaga kerja yang ada dalam data tersebut adalah tenaga kerja produksi, dan sangat berpengaruh positif dalam menghasilkan output. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Stigler, menjelaskan bahwa labour (tenaga kerja) memiliki pengaruh positif dalam menghasilkan produksi output, sekaligus skala pengembalian dalam tingkat efisiensinya. Namun, bagaimanapun tenaga kerja ahli juga berpengaruh dalam menghasilkan output dalam hal kualitasnya (Stigler, 2014:3).

Berdasarkan pemaparan dari fenomena- fenomena latar belakang

tersebut, maka penulis akan meneliti dengan judul “ Pengaruh Nilai Bahan baku, Bahan Bakar dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Output Industri Tekstil di Indonesia Periode 1983– 2012”.


(38)

B. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang, industri tekstil dan produk tekstil memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, hal tersebut diyakini karena kontribusi industri manufaktur yang tertinggi dari komponen industri lainnya adalah industri tekstil dan produk tekstil. Di sisi lain pula daya saing industri pada nilai ekspor sudah masuk pada jajaran komoditas yang berorientasi ekspor di Indonesia, dan merupakan salah satu industri yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja teringgi di Indonesia.

Namun, Permasalahannya adalah ketidaksesuaian alokasi input yang dihadapi karena berkaitan dengan teori dalam hal pengambilan sumber daya dan faktor lain yang terdapat dalam input industri tersebut. Sumber daya yang terbatas seperti, bahan baku yang masih langka karena tingginya tingkat impor, tenaga kerja, serta tingkat efisiensi output yang baik untuk mendapatkan nilai tambah masih menjadi masalah utama dalam berjalannya kinerja industri tekstil di Indonesia.

Penurunan jumlah perusahaan dalam industri tekstil tinggi yang disebabkan oleh kebijakan – kebijakan pemerintah seperti kenaikan BBM, dan tarif dasar listrik sebagai komponen input utama yang dapat menyebabkan biaya produksi tinggi, dan membuat perusahaan menghadapi harga tekstil yang kurang kompetitif dan mengakibatkan perusahaan bangkrut (gulung tikar).


(39)

Rumusan Masalah : Output industri tekstil khususnya di Indonesia dipengaruhi ketersediaan bahan bakar yang dibutuhkan, fluktuasi bahan baku, dan ketersediaan tenaga kerja ahli yang ada pada industri tersebut.

Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat disimpulkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh nilai bahan baku secara parsial terhadap output industri tekstil di Indonesia?

2. Berapa besar pengaruh nilai bahan bakar secara parsial terhadap output industri tekstil di Indonesia?

3. Berapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja secara parsial terhadap output industri tekstil di Indonesia?

4. Berapa besar pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar dan jumlah tenaga kerja terhadap industri tekstil di Indonesia secara simultan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai bahan baku secara parsial terhadap output industri tekstil di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai bahan bakar secara parsial terhadap industri tekstil di Indonesia.


(40)

3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja secara parsial terhadap industri tekstil di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh nilai bahan baku, bahan bakar, dan jumlah tenaga kerja terhadap industri tekstil di Indonesia secara simultan.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan kontribusi sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan industri dalam menetapkan kebijakan untuk memajukan sektor industri tekstil di Indonesia.

2. Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap industri tekstil di Indonesia.

3. Sebagai wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan industri tekstil di Indonesia.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori industrialisasi a) Pengertian Industri

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengubah barang jadi dan barang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya (BPS dalam Hidayat,2011;20).

Istilah industri memiliki dua arti. Pertama, Industri bisa berarti himpunan perusahaan – perusahaan yang sejenis. Kedua, Industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri, bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual (Dumairy dalam Agustineu, 2004;25).

Selanjutnya, menurut G. Kartasapoetra (dalam Hidayat,2011) pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah baha baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang memiliki nilai lebih untuk penggunannya.


(42)

Pengertian industri dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian industri secara umum. Dalam pengertian industri secara umum adalah perusahaan yang menjalankan operasi dalam bidang kegiatan ekonomi yang tergolong ke dalam sektor sekunder. Kegiatan tersebut antara lain contohnya adalah pabrik tekstil, pabrik perakit atau pembuat mobil, dan pabrik pembuat minuman ringan. Dalam teori ekonomi istilah industri pada hakikatnya berarti kumpulan firma

– firma yang menghasilkan barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. Sebagai contoh bila ada industri mobil, maka yang dimaksud adalah berbagai perusahaan mobil yang ada dalam pasar yang dianalisis (Sukirno;194,2010).

Sektor industri pengolahan yakni, mencakup semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang tinggi nilainya. Termasuk dalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling) dari suatu industri (BPS,2007). Perusahaan adalah setiap organisasi yang mengubah masukan menjadi keluaran (Nicholson;215,1995).

Sektor industri pengolahan dikelompokkan ke dalam empat golongan yang disasarkan pada banyaknya pekerja, yaitu (BPS, 2007):


(43)

2. Industri sedang bertenaga kerja 20-99 orang 3. Industri kecil bertenaga kerja 5-19 orang

4. Industri rumah tangga bertenaga kerja 1-4 orang. b) Macam–Macam Industri

Dari pengertian industri tersebut maka dapat diklasifikasikan pula jenis – jenis industri berdasarkan beberapa kriteria yang ada. Menurut SK Menteri Perindustrian no 19/M/SK/I/1986, tanggal 24 Januari 1986, jenis – jenis kegiatan industri dapat diklasifikasikan berdasarkan; bahan baku, jumlah tenaga kerja, produkstifitas per orangan, pemilihan lokasi, dan lain–lain.

1. Macam – Macam Industri Berdasarkan Besar atau Kecilnya modal

a. Industri Padat Modal

Industri Padat Modal adalah Industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.

b. Industri Padat Karya

Industri padat karya adalah industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan dan pengoperasiannya.

2. Jenis – Jenis Industri Berdasarkan Klasifikasi atau penjenisannya


(44)

a. Industri Kimia Dasar

Industri Kimia dasar adalah suatu bagian dari kimia terapan yang berhubungan dengan optimasi, pengembangan dan pengetahuan kimia dasar proses yang digunakan dalam industri untuk memproduksi bahan kimia atau produk kimia. Contoh Industri Kimia, meliputi: industri semen, obat – obatan, pupuk, dan kertas.

b. Industri Mesin dan Logam Dasar

Industri Mesin dan Logam Dasar merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin berat atau rekayasa mesin perakitan, contohnya meliputi; pesawat terbang, radio, televisi, kulkas, dan lain- lain.

c. Industri Kecil

Industri kecil merupakan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah sekitar 5 hingga 19 orang, dan industri tersebut memiliki modal yang relatif kecil. Bisanya tenaga kerja yang ada masih dalam lingkungan tempat tinggal ataupun saudara. Contoh industri kecil diantaranyaindustri roti, kompor


(45)

minyak, industri batu- bata, dan industri makanan ringan.

d. Aneka Industri

Aneka industri merupakan industri yang tujuannya untuk menghasilkan barang – barang untuk kehidupan sehari hari. Contoh dari aneka industri diantaranya;industri tekstil, industri alat listrik, industri pangan, dan industri bahan–bahan bangunan.

3. Jenis–jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

a. Industri Rumah Tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.

c. Industri Sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih.

4. Pembagian atau Penggolongan industri berdasarkan pemilihan lokasi


(46)

a. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry)

Industri yang berorientasi pada pasar adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri ini akan mendekati kantong –

kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat dengan pasar maka semakin baik.

b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (Labour Oriented Industry)

Industri yang berorientasi pada tenaga kerja adalah Industri yang dekat dengan pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja untuk lebih efektif dan efisien.

c. Industri yang menitikberatkan pada bahan baku (Supply Oriented Industry)

Industri yang berorientasi pada bahan baku adalah industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

d. Industri yang tidak terkait dengan persyarata lain

Industri yang tidak terkait oleh persyaratan lain adalah industri yang didirikan tidak terkait oleh syarat syarat


(47)

jenis industri sebelumnya. Industri dapat didirikan dimana saja , karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja. Contoh dari industri tersebut adalah industri elektronik, industri lokomotif, dan indutri transportasi.

5. Jenis–jenis Industri berdasarkan Proses Produksi

a. Industri Hulu

Industri hulu adalah industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan bakuuntuk kegiatan industri yang lain. Contoh industri tersebut diantaranya, industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

b. Industri Hilir

Industri yang mengolah barang setengah jadi sehingga barang yang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati konsumen. Contoh industri tersebu diantaranya adalah industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel.


(48)

6. Macam–Macam Industri berdasarkan produktivitas perorang

a. Industri primer adalah industri yang berang – barang produksinya bukan hasil barang olahanlangsung atau tanpa diolah terebh dahulu. Contoh dari industri tersebut adalah produksi pertanian, produksi peternakan, perikanan dan sebagainya.

b. Industri Sekunder adalah industri yang mengolah bahan mentah, dan bahan mentah tersebut dapat diolah kembali (barang setengah jadi). Contoh dari industri tersebut diantaranya adalah pemintalan benagn sutera, komponen elektronik, dan sebagainya.

c. Industri Tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh dari industri tersebut adalah telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan sebagainya.

c) Konsep Industrialisasi

Dari pengertian industri dan ruang lingkupnya, adapun beberapa konsep industrialisasi secara definitif, yang menjelaskan pola hubungan perekonomian dengan industrialisasi secara umum dalam ruang lingkup ekonomi pembangunan, yang berawal dari transformasi struktural. Sehingga pola hubungan jangka panjang dalam sektor perekonomian


(49)

dalam menghasilkan output dapat terukur melalui modernisasi dan produktivitasnya.

Industrialisasi adalah mekanisme yang memungkinkan perekonomian negara terbelakang mentransformasi struktur peekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang berat, seperti pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri, kepada suatu perekonomian yang lebih modern, mengarah ke kota, dan beraneka di bidang industri dan jasa–jasa (Todaro,1997:75).

Peran industrialisasi bagi perekonomian nasional yaitu dapat terlihat dari sumbangan sektor industri terhadap PDB cukup besar dan menunjukkan peningkatan dalam 27 tahun terakhir (BPS,2011).

Dalam sejarahnya, seluruh industri yang ada di Indonesia saat ini bukanlah industri yang dapat berdiri sendiri sesuai dengan kebutuhan ekonomi dalam negeri, melainkan karena permintaan dan kebutuhan ekspansi modal asing. Sampai saat ini Indonesia masih harus membeli bahan mentah ataupun setengah jadi dari teknologi luar. Industri di Indonesia pada awalnya hanya menyentuh sektor primer (Pertanian), dengan teknologi yang minim, sehingga produktivitas dan upah yang diterima oleh buruh sangatlah rendah. Hal tersebut terjadi di Indonesia pada masa kolonial dalam UU Agraria tahun 1980, karena sejak saat itu pemodal – pemodal asing berlomba – lomba untuk menanamkan


(50)

modal asingnya terutama pada industri manufaktur (Basundro,2001:133).

Selanjutnya, Kurtowidjoyo berpendapat, bahwa industri merupakan suatu variabel pendorong perubahan sosial dalam abad –abad terakhir. Sehingga dengan hadirnya industri tersebut dapat membedakan antara masyarakat modern dengan masyarakat agraris. Menurutnya transformasi sosial merupakan hal yang tak mungkin terelakkan lagi untuk menciptakan masyarakat industri, namun perlu pembatasan bahwa industrialisasi bukanlah merupakan sistem yang unineal,

melainkan suatu evolusi yang multineal

(Kurtowijoyo,1991;Basundro;133,2001).

Proses pertumbuhan ekonomi juga dikemukakan oleh Rostow yang meliputi proses peekembangan industrialisasi di negara – negara berkembang, diantaranya masyarakat tradisional, prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, dewasa (maturity), dan masa konsumsi massal. Perkembangan industri secara meluas dapat terlihat pada tinggal landas, dimana Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan radikal secara langsung dengan perubahan pesat di dalam metode produksi dalam jangka waktu singkat menimbulkan konsekuensi yang menentukan. Perkembangan lainnya terdapat pada sektor – sektor penting sebagai tulang punggung analitis, dalam sektor perekonomian.


(51)

Sektor tersebut diantaranya, pertumbuhan sektor primer; kemungkinan inoasi atau menggarap sumber baru atau yang belum tergarap menghasilkan laju pertumbuhan tinggi dari sektor perekonian lainnya. Tekstil katun di Britania dan Inggris baru pada tahap awal pertumbuhannya masuk dalam kategori ini. Sektor Pertumbuhan Suplementer; pertumbuhan pesat yang terjadi sebagai konsekuensi perkembangan sektor pertumbuhan primer tersebut. Pembangunan kereta api merupakan sektor primer, perluasan industri besi, batu bara dan baja dianggap pertumbuhan seplementer. Sektor Pertumbuhan

turunan; Pertumbuhan yang terjadi “ dalam kaitan yang agak tetap

dengan pertumbuhan di bidang pendapatan nasional, produksi industri, atau beberapa variabel lain yang agak cepat, contohnya produksi makanan dan pembangunan perumahan dalam hubungannya dengan penduduk (Jhingan,2004:142 - 143).

Rostow menjelaskan kembali, bahwa pertumbuhan cepat sektor –

sektor utama tergantung pada adanya 4 faktor dasar diantarnya; Pertama, adanya kenaikan permintaan efektif terhadap produk sektor

sektor tersebut, yang biasanya dicapai melalui pengurangan konsumsi, impor modal atau melalui peningkatan tajam secara nyata. Kedua, pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan kapasitas sektor tersebut. Ketiga, Sektor – Sektor Penting harus mendorong perluasan output di sektor lain melalui transformasi tekhnik (Jhingan,2004:147).


(52)

Schumpeter lebih lanjut mengutarakan pola perubahan ekonominya dengan teori ekonom melalui Teori Sirkuler dalam Ekonomi Pembangunan, bahwa Perubahan dalam kehidupan ekonomi yang spontan dan terputus– putus ini tidak dapat dipaksaksan dari luar akan tetapi timbul atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul di atas cakrawala kehidupan perdagangan dan industri. Kombinasi baru peletakan unsur pembangunan memungkinkan membuat kondisi pembangunan semakin mantap. Unsur – unsur tersebut diantaranya adalaha sebagai berikut: Pertama, Inovasi. Pada intinya menurut Schumpeter, pengenalan produk baru dan perbaikan terus – menerus pada produk inilah yang membawa kepada pembangunan. Dalam industrialisasi hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut seperti; Pengenalan barang baru, penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur, dan pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Kedua, Peranan Inovator. Peranan ini menurut Schumpeter bukanlah diberikan kepada kaum kapitalis melainkan kepada pengusaha, lebih lanjut Schumpeter menjelaskan ada dua hal untuk menjalankan fungsi ekonominya untuk para pengusaha , diantaranya; Pertama, adanya pengetahuan teknologi dalam rangka memproduksi barang– barang baru.Kedua,Kemampuan mengatur faktor faktor produksi dalam bentuk pinjaman. Menurut Schumpeter ada banyak pengetahuan seputar teknologi yang belum


(53)

dimanfaatkan, namun pengusaha sudah mulai memanfaatkannya (Schumpeter dalam Jhingan,2004:126).

Keynes mengutarakan jelas pada teori mengenai konsep multiplier yang didasarkan pada empat konsep di negara terbelakang yang tinggi, walaupun banyak dikritisi oleh V.K.R.V. Rao karena belum pernah mendiskusikan tentang relevansinya pada negara terbelakang. Konsep Multiplier Keynes didasarkan pada empat teori diantaranya adalah ; Pengangguran Terpaksa, Suatu Ekonomi Industri dengan kurva penawaran output miring ke kanan – atas dan baru menjadi vertikal setelah melewati interval yang panjang. Kapasitas lebih pada industri barang konsumsi, dan Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan bagi output bersifat elastis. Keynes, melanjutkan penjelasannya bahwa tanpa adanya kondisi kapasitas lebih industri barang konsumsi, dan Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan output bersifat elastis, seperti yang telah diutarakan di atas, maka membuat bekerjanya multiplier menjadi sulit. Tidak adanya kapasitas lebih pada industri barang konsumsi dan sifat penawaran modal kerja yang cukup inelastis menghambat peningkatan volume output industri tersebut dan jumlah pekerjaan yang dihasilkan di dalamnya (Keynes dalam Jhingan,2004:140).

Hirschman mengemukakan kegiatan produksi primer kebanyakan merupakan daerah kantong untuk ekspor mempunyai dampak perkembangan yang kecil pada perekonomian dalam lapangan kerja


(54)

maupun produk nasional bruto. Dalam pendapatan lanjutan Hirschman menganjurkan untuk mengutamakan industri tahap akhir (Last Industries). Alasan tersebut dikemukakan karena dalam pembuatan industri, suatu negara sedang tidak perlu mengusahakan semua tahap

produksi secara serentak, tapi dapat mengimpor pabrik”converting,

assembling, dan mixing” bagi proses akhir produk yang hampir jadi.

Industri tahap akhir disebut dengan industri kantong impor (Import enclave industry). Industri ini lain dengan industri kantong ekspor yang menghadapi kesulitan besar di dalam memecahkan situasi kantong tersebut dan dapat memberikan dampak kaitan mundur yang mendalam. Dampak kaitan mundur adalah penting tidak hanya dari produksi sekunder kembali ke produksi primer tapi juga dari produksi tersier kembali ke produksi sekunder dan produksi primer. Kaitan mundur lahir karena tingginya permintaan. Hirschman menjelaskan kembali tentang bahwa sebenarnya tidak ada pilihan lain dalam pengembangan pola industri, yakni substitusi impor dan promosi ekspor, walaupun pada kenyataannya untuk negara – negara berkembang lebih banyak menggunakan pola subsitusi impor dibandng dengan ekspor yang tidak memberikan peran penting pada pembangunan ekonomi mereka.. Dalam strategi tersebut pembangunan industri akan berlanjut sebagian besar melalui kaitan mundur, yakni

dari industri tahap akhir ke “industri menengah dan industri dasar”


(55)

d) Ciri–Ciri Keberhasilan Industrialisasi

Pada konsep industrialisasi telah dijelaskan pengertian dan pemikiran – pemikiran tentang industrialisasi dari beberapa ahli. Selanjutnya akan diutarakan lebih lanjut, Ciri–ciri keberhasilan proses industrialisasi sebagai tolak ukur atau parameter sejauh mana industrialisasi berkembang dalam suatu negara. Berikut ini ciri – ciri keberhasilan industrialisasi ;

1. Suatu negara industrialisasi dapat dikatakan berhasil jika di dalam suatu negara tersebut terjadi Transformasi dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri (Tambunan,2009:62).

2. Dalam proses industrialisasi, seharusnya pendapatan perkapita masyarakat naik dan produktivitas meningkat (Jhingan,2004:143).

3. Apabila suatu negara mengimpor kebutuhan pangannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, maka akan meningkatkan pendapatan per kapita pada negara tersebut dan terjadi Multiplier effect di luar bukan pada wilayah perekonomian negara tersebut (Kuncoro,2010).


(56)

4. Industrialisasi yang berhasil syarat akan menaikkan produktivitas pertanian karena struktur teknologi yang mulai ke arah yang lebih modern (Jhingan,2004:89).

5. Tolak ukur industrialisasi menurut Rostow (1991:5) adalah apabila tingkat investasi dan tabungan mencapai 10% dari pendapatan nasional.

e) Prasyarat Industrialisasi

Mengutip yang telah dikemukakan oleh Rostow, ada beberapa prasyarat industrialisasi pada tahap tinggal landas, diantaranya adalah sebagai berikut (Jhingan,2004:145):

1. Kenaikan laju investasi produktif, misalnya dari 5 persen atau kurang lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional atau produk nasional netto;

2. Perkembangan salah satu atau beberapa manufaktur penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi;

3. Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern tersebut dan memberikan daya dorong pada pertumbuhan.


(57)

Lewis memberikan penjelasan hal–hal yang perlu dilakukan untuk dapat melakukan industrialisasi, diantaranya adalah sebagai berikut (Lewis dalam Jhingan,2004:156) ;

1. Peningkatan produksi industrialisasi atas pekerja dalam sektor pangan

2. Memperbaiki tingkat upah dan pendapatan

3. Memperluas pasar untuk industri

4. Memperlas jalan untuk industri

2. Teori mengenai Output dan Input a. Teori Output dan Input

1. Teori Output

Setelah mengetahui landasan teori tentang industrialisasi, untuk dapat menghasilkan output tidak akan terlepas dari adanya fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu skedul (tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu set faktor produksi tertentu, dan pada teknologi tertentu pula. Singkatnya fungsi produksi adalah katalog dari kemungkinan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi disebut juga output (Sukirno;193,2010). Pada intinya, Output adalah hasil produksi yang dihasilkan dari


(58)

Menurut Adiningsih, Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi (Adiningsih,1999;3-4). Selanjutnya Nicholson, menjelaskan kembali mengenai output. Output adalah keluaran akhir yang dihsilkan dari serangkaian proses produksi dengan memanfaatkan berbagai masukan (input) (Nicholson,2002:21).

Nilai Output dalam makroekonomi, adalah akumulasi dari nilai tambah yang dihasilkan dan nilai barang setengah jadi pada Gross domestic Product (GDP) (Mankiw,2005:15).

2. Teori Input

Menurut Nicholson, input merupakan faktor – faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan hasil akhir (output) (Nicholson,2005:31).

Adiningsih menambahkan mengenai teori input, proses produksi merupakan proses mengubah input (masukan menjadi output (keluaran). Input dapat berupa barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi (Adiningsih,1999:3-4).

Selanjutnya, Mandala mendefinisikan tentang teori input, variabel – variabel yang besaran nilainya untuk menentukan variabel hasil (output) disebut dengan input, dengan kata lain variabel input merupakan variabel masukan


(59)

yang termasuk dalam variabel bebas dan output merupakan variabel dependen (terikat) (Manurung,1999:30).

Mankiw, dalam teori mikroekonominya menjelaskan kembali, mengenai input. input dapat dijelaskan melalui faktor

– faktor produksi. Faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa (Mankiw,2005:42).

b. Teori Nilai Bahan Baku

Bahan Baku menurut Mulyadi (2004;15), adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian impor atau dari pengolahan sendiri.

Nilai bahan baku atau yang dapat didefinisikan sebagai biaya bahan baku dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dari bahan baku tersebut. Adapun jenis bahan baku menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri (2012:185);

1. Bahan baku Langsung (Direct Metal)

Semua bahan baku yang merupakan bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya atau Nilai yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah langsung


(60)

memiliki hubungan yang erat dengan jumlah barang yang dihasilkan atau output yang dihasilkan.

2. Bahan baku tak langsung (Indirect Metal)

Bahan baku tak langsung adalah semua bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan (output).

Bahan baku yang lazim digunakan untuk dapat memperoleh nilai bahan baku serta ikut berkontribusi dalam proses produksi hingga menjadi hasil jadi (output) adalah bahan baku langsung (direct metal). Dari teori tersebut dapat dikatakan biaya bahan baku adalah harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan atau penyerahan sumber –sumber daya atau ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu di masa mendatang, pembelian bahan baku tersebut dapat berupa impor ataupun barang lokal sendiri. Sehingga interperetasi nilai


(61)

bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku guna mengahasilkan hasil produksi (output) (Sunarto,2002:5).

c. Teori Nilai Bahan Bakar

Bahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang bisa diubah menjadi energi berguna lainnya.bahan bakar dapat terbakar dengan sendirinya karena kalor dari sumber kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran (Wulan,2010:5).

Ada beberapa jenis bahan bakar yang dikenal di Indonesia, diantaranya :

1. Minyak Tanah Rumah Tangga 2. Minyak Tanah Industri

3. Pertamax 4. Pertamax Plus 5. Premium

6. Solar Transportasi 7. Solar Industri 8. Minyak Diesel 9. Minyak Bakar


(62)

d. Teori Jumlah Tenaga Kerja

Seluruh Jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja jika ada permintaan kerja atau pada intinya hal tersebut dapat dikatakan sebagai Jumlah Tenaga Kerja. Tenaga kerja dapat dilihat dari produktivitasnya. Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antar hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang digunakan per satuan waktu. Definisi kerja ini ini mengandung cara atau metode pengukuran. Walaupun dalam teori dapat dilakukan, namun dalam kenyataannya dalam praktek sangat sukar untuk dilakukan, hal tersebut dikarenakan sumber daya masukan yang dipergunakan umunya dari banyak macam dan dalam proporsi yang berbeda (Payaman;30,1985).

Produktivitas masing – masing faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan bahan mentah, dan SDM (Sumber daya manusia) sendiri, dapat dilakukan secara bersama –

sama maupun secar sendiri – sendiri. Dalam hal ini peningkatan produktivitas manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas faktor – faktor lain sangat tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkaannya (Skill) (Payaman,1985:31).

Dari segi keahliannya dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan kepada tiga golongan berikut;


(63)

1. Tenaga Kerja Kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

2. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan atau dari pengalaman kerja, seperti montirmobil,tukang kayu, dan ahli mereparasi TV radio.

3. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu, seperti dokter, akutan, ahli ekonomi, dan insinyur (Sukirno;7,2003).

3. Hubungan antara Input dengan Output Industri Tekstil

a. Hubungan antara Nilai Bahan Baku dengan Output Industri Tekstil Pada penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2012;48 – 49) bahan baku memiliki pengaruh positif terhadap industri konveksi pada produk tekstil, apabila bahan baku yang didapat langsung dari pabrik bahan baku tekstil, sehingga biaya untuk mendapatkan bahan baku tersebut lebih terjangkau. Selain itu dalam penelitian ini industri konveksi yang menghasilkan perusahaan tekstil harus mencari informasi dimana pemasaran yang potensial, dan menjalin kerjasama dalam hal pemasokan bahan baku yang lebih terjangkau baik di dalam negeri maupun dalam


(64)

pengaruh dari masing masing input yang dijadikan faktor produksi, maka menggunakan pendekatan fungsi Cobb Douglas.

Dalam fungsi Produksi Cobb Douglas bahan baku masuk dalam fungsi produksi resource. Pada hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi sebagai berikut ;

Q = f(R)... (2.1) OUT = f(NBBk)... (2.2) Dimana ;

OUT : Output Industri konveksi pada Produk Tekstil NBBk : Nilai Bahan Baku

Dalam fungsi produksi tersebut nilai bahan baku termasuk dalam sumber daya alam (Resource). Sehingga untuk memiliki keterkaitan variabel ini dapat dilihat dari nilai bahan bakunya yang berupa biaya untuk membeli bahan baku untuk menghasilkan output tersebut .

b. Hubungan antara Nilai Bahan Bakar dengan Output Industri Tekstil Menurut Hermawan, kenaikan BBM berpengaruh positif terhadap Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia. dijelaskan kembali dalam penelitiannya atas hasil simulasinya apabila kenaikan BBM sebesar 8,5% maka akan menaikan produksi tekstil sebesar 12.827 persen, maka pada intinya terdapat hubungan positif antara kenaikan BBM terhadap kenaikan output produksi tekstil di Indonesia (Hermawan,2011:399).


(65)

Diperkuat kembali oleh penelitian yang dilakukan oleh Sultan, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bahan bakar industri, diantaranya, solar, bensin, dan pelumas terhadap industri besar – sedang manufaktur. Pada hasil penelitian tersebut bahan bakar solar, dan bensin berpengaruh positif dan signifikan terhadap sektor industri besar –sedang manufaktur, dan pelumas berpengaruh negatif terhadap sektor industri tersebut (Sultan,2010:214).

Hubungan tersebut dapat dibuat persamaan menggunakan model persamaan dengan pendekatan fungsi produksi Cobb Douglas sebagai berikut:

Q = f(R)... (2.1) OUT = f(NBB)... (2.3) Dimana ;

OUT : Output Industri Tekstil NBB : Nilai Bahan Baku

c. Hubungan antara Jumlah tenaga Kerja dengan Output Industri Tekstil Pada prinsipnya dalam teori produksi pada pendekatan fungsi Cobb Douglas jumlah tenaga kerja memiliki hubungan positif terhadap output industri. untuk hubungan tersebut akan diperkuat kembali dengan penelitian Wibowo (2012:48 - 49), yang mengutarakan jumlah tenaga kerja juga perlu diperhatikan sesuai dengan industri nasional tekstil, hal tersebut perlu diperhatikan untuk menyesuaikan efisiensi dan pengeluaran biaya yang


(66)

diperuntukan untuk tenaga kerja. Dalam penelitian tersebut tunduk pula pada

konsep “Law of Diminishing Return”, dimana apabila input lain tetap, dalam

hal ini akan menambah tenaga kerja akan menurunkan tingkat utilitas produksi.

Secara sistematis dalam hubungannya dapat dijelaskan melalui persamaan berikut :

Q=f(l) ... (2.1)

OUT = f(l)... (2.4)

Dimana :

OUT : Output Industri Tekstil

l : Jumlah Tenaga Kerja (Labour)

B. Penelitian Terdahulu 1. Adebayo Stigler (2013)

Penelitian berjudul “Efficiency Capital – Labour Nigeria’s mining

sector: Cobb Douglas Framework”. Dalam periode 1982 – 2011. Pada penelitian ini menggunakan variabel dependen Output Industri Pertambangan di Nigeria, dan variabel independen, diantaranya : Modal dan Tenaga Kerja dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tingkat efisiensi dan pengembalian skala usaha (Return to Scale) pada perusahaan pertambangan di Nigeria Penelitian ini, menggunakan pendekatan regresi


(67)

linier berganda (Ordinary Least Square) dengan data sekunder. Fungsi model dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Q = f(X1,X2)

Q =β0+ β1X1+ β2X2+ε

Q/L = β0+ β1L+ β2K/L+ε

Ln(Q/L) = β0+ β1L+ β2Ln(K/L)+ε

Dimana:

Ln(Q/L) = Perbandingan Output Industri Pertambangan terhadap Input Tenaga Kerja

L = Tenaga Kerja

Ln(K/L) = Perbandingan Input Modal terhadap Input Tenaga Kerja

β0 = Konstanta (Intercept)

β1,β2 = Koefisien regresi (Parameter) ε = error term

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan modal terhadap tenaga kerja atau dengan kata lain pengalokasian modal dengan penggunaan tenaga kerja dengan teknologi (mesin), dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan memberikan hasil perbandingan output pengembalian usaha terhadap tenaga kerja yang meningkat dari sebelumnya. Oleh karena itu disarankan bahwa pemerintah harus mempertahankan reformasi sektor pertambangan dan terus menempatkan penekanan pada penguatan kelembagaan, transparansi, akuntabilitas, dan perbaikan tata kelola di sektor ini.


(68)

2. Adyarta D. Pradana (2013)

Penelitian ini berjudul,”Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Efisiensi Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di

Kabupaten Blora”. Periode 2012 data bulanan. Penelitian ini bertujuan

menganalisis dari masing masing variabel faktor – faktor produksi yang mempengaruhi produksi tersebut sekaligus menganalisa tingkat efisiensi pada pengembalian usaha. Variabel dalam penelitian ini diantaranya adalah Bahan Baku, Jumlah Tenaga Kerja ,Modal, dan Teknologi. Penelitian ini menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi berganda. Fungsi model dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Q = f(X1, X2, X3, X4)

Q = β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ε

Prod = β0+ β1BB+ β2TK+ β3Modal+ β4TEKN+ε

Dimana :

Prod = Produksi Keripik Tempe (Output) dalam satu bulan (Bungkus) BB = Bahan Baku dalam satu kali proses produksi dalam satu bulan(Kg) TK = Jumlah Tenaga Kerja satu kali proses produksi dalam satu kali

produksi selama satu bulan (Jiwa)

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi (Parameter) β0 = Konstanta (intercept)

ε = error term

Hasil dari penelitian ini adalah dari semua variabel yang telah diuji berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil produksi tersebut, dan


(69)

efisiensi dari seluruh variabel faktor – faktor produksi mencapai tingkat efisiensi ekonomi.

3. Sultan (2010)

Penelitian ini berjudul, “Analisis Bahan Bakar Bensin, Solar, dan Pelumas Terhadap Produksi Industri Besar dan Sedang Furniture dan

Industri Lainnya di Provinsi DIY Yogyakarta”. Periode 2002 –2009 dan menggunakan data sekunder. Variabel dependen yang digunakan adalah Output Industri Furniture dan industri besar – sedang lainnya di D.I Yogyakarta, dan variabel independennya adalah Bahan Bakar Bensin, Solar, dan Pelumas. Pada penelitian ini menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi berganda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari masing – masing jenis bahan bakar tersebut terhadap industri Besar – Sedang Furniture di Provinsi DI Yogyakarta. Fungsi model dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Q = f(BS, SL, PL)

Q = β0+ β1BS+ β2SL+ β3PL +µ

Log Q = log β0+ β1logBS+ β2 log SL+ β3 log PL + µ

Dimana:

Q = Hasil Produksi (Output) (Rupiah) BS = Bahan Bakar Bensin (Liter) SL = Bahan Bakar Solar (Liter) PL = Bahan Bakar Pelumas (Liter)

β0 = Konstanta (Intercept)


(70)

µ = error term

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa bahan bakar Solar dan bensin untuk diesel berpengaruh positive terhadap Industri Furniture di Yogyakarta, dan bahan bakar pelumas berpengaruh negatif terhadap hasil produksi industri furniture di provinsi D.I Yogyakarta.

4. Iwan Hermawan (2011)

Penelitian ini berjudul,”Analisis Dampak Kebijakan

Makroekonomi Terhadap Perkembangan Industri Tekstil dan Produk

Tekstil Indonesia”. simulasi dalam penelitian tersebut pada periode 2007

– 2012. Data yang digunakan adalah data sekunder dan menggunakan variabel pengubah endogen dan eksogen. Penelitian tersebut menggunakan model persamaan simultan sebagai berikut :

PTDt=a0+a1HTDRt-1+a2HGWRt-1+a3(IRRt-IRRt-1)+a4UTKTRt--1+a5BBMRt1+a6T+a7PTDt-1+ U1

Tanda parameter yang dugaan dalam penelitian ini adalah a1,a6>0;a2,a3,a4,a5,a6>0 dan a0<a7<1

Dimana :

PTDt = Produksi Tekstil Indonesia (1000 ton) HTDRt = Harga Tekstil Indonesia (USD/ton) HGWRt = Harga garmen Dunia (USD/ton)

UTKRt-1 = Upah riil tenaga Kerja industri tekstil tahun t-1 (Ribu Rupiah)

BBMRt-1 = Harga BBM tahun t-1 (Rupiah/Liter) PTDt = Produksi Tekstil Indonesia (1000 Ton)


(71)

T = Tren Waktu

PTDt-1 = Produksi Tekstil Indonesia tahun t-1 U1 = Error term

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa simulasi dampak dari kebijakan makroekonomi terhadap produksi tekstil Indonesia, secara keseluruhan, kesimpulan ini memberikan implikasi, diantaranya, Produksi Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia meningkat dapat mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja, dan Produk Tekstil Indonesia dapat meningkatkan penerimaan devisa negara,Pengembangan Tanaman kapas di Indonesia perlu diwujudkan pelestariannya di Indonesia, karena ketergantungan impor kapas dapat menurunkan daya saing TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) di Indonesia.

5. Rudi Wibowo (2012)

Penelitian ini berjudul,”Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Bahan

Baku, dan Mesin Terhadap Industri Kecil Konveksi Desa Padurenan

Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus”. Periode 2007 – 2009 , menggunakan metode wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal, tenaga kerja, bahan baku, dan mesin. Penelitian ini menggunakan metode analisis OLS (Ordinary Least Square), adapun fungsi model dari penelitian ini sebagai berikut:

Y = f(X1,X2,X3,X4)


(72)

Dimana :

X1= Modal (Ribu Rupiah) X2= Tenaga Kerja (Jiwa) X3 = Bahan Baku (Rupiah) X4 = Mesin (Unit)

β0 = Konstanta (Intercept)

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi (Parameter)

Dengan Hasil Penelitian sebagai berikut :

Y= -0,293+(0,372)X1+(0,31)X2+(0,131)X3+(0,166)X4+ε

Hasil penelitian ini adalah setiap kenaikan Rp 1.000 akan menaikan output industri tekstil sebesar 0,372 ribu rupiah, dan setiap kenaikan satu jiwa tenaga kerja akan menaikan hsil industri tersebut sebesar 0,31 ribu rupiah, begitu juga pada bahan baku dan mesin yang masing – masing akan menaikan hasil output sebesar 0,131 ribu rupiah, dan 0,166 ribu rupiah, setiap kenaikan Rp 1.000 nilai bahan baku dan 1 unit mesin. Maka, kesimpulan keseluruhan terdapat pengaruh positif dan signifikan pada Modal, Tenaga Kerja, Bahan Baku, dan Mesin terhadap Industri Konveksi Desa Padurenan, yang hasil produksinya berupa komoditas tekstil.


(1)

127

Lampiran 2

Tahun

LnNBBk

LnNBB

JTK

LnOut

1983

20,3599596

18,3504164

224545

20,94948

1984

20,6702008

18,8410817

241447

21,32721

1985

21,0930835

19,1944039

322807

21,72936

1986

21,2780323

19,1966503

327503

21,96231

1987

21,6617754

19,2211138

356330

22,09707

1988

21,9974195

19,4266094

404361

22,48854

1989

22,2808387

19,7668547

462324

22,85338

1990

22,4975846

19,8088999

580148

23,04985

1991

22,7847034

20,2465204

667300

23,31093

1992

23,0677503

20,4936402

758951

23,61289

1993

23,1610798

20,6789122

828100

23,80089

1994

23,3111451

20,8763399

844391

23,99786

1995

23,5010475

21,0077249

879312

24,12456

1996

23,710375

21,2034732

884091

24,32605

1997

23,7793534

21,1773909

909479

24,39708

1998

23,1731075

19,2439413

366121

23,62227

1999

23,8604198

19,3623438

468704

24,31898

2000

23,4344485

18,588976

388210

24,11737

2001

23,5662413

20,5216795

506036

24,14125

2002

23,4087586

20,4437995

472933

24,14922

2003

23,5978327

20,9044263

458858

24,30217

2004

23,6173799

20,8999763

454620

24,29722

2005

23,8706319

21,4640671

457929

24,47583

2006

23,8990602

21,1170325

611510

24,64499


(2)

128

2009

23,6480859

21,4197889

473070

24,70456

2010

23,2546391

21,1031915

578595

25,11807

2011

23,9396334

21,7496166

612668

25,29019


(3)

129

Lampiran 3

Ordinary Least Square

Dependent Variable: LNOUT Method: Least Squares Date: 06/23/15 Time: 13:14 Sample: 1983 2012

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.792617 1.240181 -2.251781 0.0331 LNNBBK 0.946516 0.073260 12.91993 0.0000 LNNBB 0.246532 0.077253 3.191236 0.0037 JTK -5.18E-07 3.17E-07 -1.631066 0.1149 R-squared 0.957975 Mean dependent var 30.63178 Adjusted R-squared 0.953126 S.D. dependent var 1.166042 S.E. of regression 0.252453 Akaike info criterion 0.208380 Sum squared resid 1.657041 Schwarz criterion 0.395206 Log likelihood 0.874298 Hannan-Quinn criter. 0.268147 F-statistic 197.5603 Durbin-Watson stat 1.209630 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

130

Uji Normalitas

0 2 4 6 8 10 12

27.5 28.0 28.5 29.0 29.5 30.0 30.5 31.0 31.5 32.0 32.5

Series: LNOUT Sample 1983 2012 Observations 30 Mean 30.63178 Median 31.04066 Maximum 32.19795 Minimum 27.85724 Std. Dev. 1.166042 Skewness -0.898771 Kurtosis 2.838983 Jarque-Bera 4.071353 Probability 0.130592

Uji Multikolinieritas

LNNBBK LNNBB JTK LNNBBK 1.000000 0.782047 0.572209

LNNBB 0.782047 1.000000 0.616332 JTK 0.572209 0.616332 1.000000


(5)

131

Lampiran 5

Uji Heterokedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.661398 Prob. F(9,20) 0.1648 Obs*R-squared 12.83388 Prob. Chi-Square(9) 0.1703 Scaled explained SS 10.93879 Prob. Chi-Square(9) 0.2799

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/26/15 Time: 13:12 Sample: 1983 2012

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -79.79739 4890.635 -0.016316 0.9871 LNNBBK -617.2600 461.9153 -1.336306 0.1965 LNNBBK^2 21.98782 9.433919 2.330720 0.0303 LNNBBK*LNNBB -24.04957 8.812357 -2.729073 0.0129 LNNBBK*JTK -0.000107 0.000107 -1.001863 0.3284 LNNBB 663.7234 336.2812 1.973716 0.0624 LNNBB^2 0.498648 6.286408 0.079322 0.9376 LNNBB*JTK 8.23E-05 9.46E-05 0.870513 0.3943 JTK 0.001021 0.001420 0.718975 0.4805 JTK^2 -4.40E-11 1.20E-10 -0.365734 0.7184 R-squared 0.427796 Mean dependent var 6.146711 Adjusted R-squared 0.170304 S.D. dependent var 9.418307 S.E. of regression 8.578913 Akaike info criterion 7.397693 Sum squared resid 1471.955 Schwarz criterion 7.864759 Log likelihood -100.9654 Hannan-Quinn criter. 7.547111 F-statistic 1.661398 Durbin-Watson stat 2.561006 Prob(F-statistic) 0.164796


(6)

132

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.357382 Prob. F(2,24) 0.1162 Obs*R-squared 4.925791 Prob. Chi-Square(2) 0.0852

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/26/15 Time: 13:20 Sample: 1983 2012

Included observations: 30

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.539638 1.599915 0.337291 0.7388 LNNBBK 0.014762 0.070083 0.210634 0.8350 LNNBB -0.037252 0.075560 -0.493007 0.6265 JTK 7.04E-08 3.04E-07 0.231799 0.8187 RESID(-1) 0.395462 0.206655 1.913637 0.0677 RESID(-2) 0.057771 0.213443 0.270664 0.7890 R-squared 0.164193 Mean dependent var 1.17E-14 Adjusted R-squared -0.009933 S.D. dependent var 0.239038 S.E. of regression 0.240223 Akaike info criterion 0.162356 Sum squared resid 1.384967 Schwarz criterion 0.442595 Log likelihood 3.564662 Hannan-Quinn criter. 0.252007 F-statistic 0.942953 Durbin-Watson stat 1.908713 Prob(F-statistic) 0.471440