Uji Statistik Analisis Ekonomi

d. Uji Kenormalan Uji kenormalan dapat dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Pada Lampiran 6 dapat dilihat bahwa nilai p-value sebesar 0,150 dimana nilai ini lebih besar dari tafar nyata α 5 persen maka terima H . Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada model ini galat menyebar normal terpenuhi.

5.3.2. Uji Statistik

a. Uji Secara Parsial uji-t Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai t-statistic dari masing-masing variabel bebas tersebut. Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa semua faktor produksi biaya sewa modal K, tenaga kerja L, bahan baku B, energi E dan TFP berpengaruh nyata terhadap produksi. Hal tersebut disebabkan nilai t-statistic dari semua faktor produksi tersebut lebih besar dari nilai t- tabel pada taraf nyata α 5 persen t-tabel = 1,753 maka tolak H , artinya semua faktor produksi tersebut signifikan. b. Uji Secara Serempak uji-F Uji ini dilakukan dengan melihat nilai F-statistic dari model tersebut. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 5.3 diperoleh nilai F-statistic sebesar 182,43 yang ternyata lebih besar dari F- tabel pada taraf nyata α 5 persen F-tabel = 2,63. Jadi, dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel bebas yang berepengaruh nyata terhadap produksi pada taraf nyata α 5 persen. d. Uji Koefisien Determinasi R 2 Uji ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Berdasarkan estimasi pada Tabel 5.3 diperoleh nilai R-squared sebesar 0,943, yang artinya faktor-faktor produksi biaya sewa modal K, tenaga kerja L, bahan baku B, energi E dan pertumbuhan TFP yang terdapat dalam model dapat menjelaskan keragaman sebesar 94,3 persen dan sisanya 5,7 persen dijelaskan oleh faktor produksi lain yang tidak dimasukkan ke dalam model fungsi produksi tersebut.

5.3.3. Analisis Ekonomi

Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 5.3 diperoleh persamaan fungsi Cobb-Douglas, yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: LnQ = 2,568 + 0,141 LnX1 + 0,701 LnX2 + 0,265 LnX3 + 0,275 LnX4 + 0,009 LnX5 Persamaan di atas menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja L, memiliki pengaruh terbesar, kemudian diikuti energi E, bahan baku B, biaya sewa modal K dan TFP. Pengaruh variabel tersebut memiliki pengaruh nyata bagi variabel tak bebasnya Q, kecuali faktor produksi biaya sewa modal. Pengaruh yang diberikan terhadap variabel tak bebasnya Q, semuanya bernilai positif. Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi menunjukkan nilai estimasi produksi dari masing-masing faktor tersebut. Persamaan di atas memperlihatkan faktor produksi tenaga kerja, bahan baku, energi dan TFP memiliki nilai estimasi positif lebih dari nol dan kurang dari satu. Hal ini berarti faktor-faktor produksi tersebut berada pada daerah yang rasional dimana penggunaannya sudah cukup optimal atau terletak pada daerah II 0 E p 1 Gambar 2.1. Artinya, setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan meningkatkan produksi antara nol sampai satu persen. Pada suatu tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut akan memberikan keuntungan yang maksimum yaitu pada saat pertambahan output sama dengan pertambahan biaya produksinya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi biaya sewa modal, tenaga kerja, bahan baku, energi dan TFP sudah optimal karena penggunaan faktor produksi tersebut berada pada daerah produksi yang rasional yaitu daerah dimana kenaikan faktor produksi secara terus menerus akan meningkatkan output dalam jumlah yang semakin menurun, cateris paribus. Biaya sewa modal merupakan faktor produksi yang mempunyai nilai estimasi sebesar 0,141 persen, artinya jika biaya sewa modal meningkat sebesar satu persen, maka output industri pengolahan dan pengawetan daging akan mengalami peningkatan 0,141 persen, cateris paribus. Faktor produksi biaya sewa modal dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang positif dan tidak nyata terhadap output industri pengolahan dan pengawetan daging. Hal ini disebabkan biaya sewa modal yang digunakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa modal tetap gedung, mesin, dan alat-alat dalam proses produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Modal tetap tersebut merupakan aset jangka panjang sehingga penambahan biaya sewa modal dalam jangka pendek tidak berarti akan meningkatkan output melainkan akan meningkatkan biaya produksi yang menyebabkan ketidakefisienan dalam berproduksi. Nilai dugaan faktor produksi tenaga kerja yang didapat dari hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan nyata terhadap output industri pengolahan dan pengawetan daging. Tenaga kerja memiliki nilai estimasi sebesar 0,701 persen, artinya setiap penambahan faktor produksi tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan output sebesar 0,701 persen, cateris paribus. Nilai estimasi tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan nilai estimasi faktor- faktor produksi lainnya mengindikasikan bahwa produksi daging olahan dan awetan lebih peka terhadap perubahan tenaga kerja daripada perubahan faktor produksi lain selain tenaga kerja. Hal ini diduga mesin-mesin berteknologi tinggi di Indonesia untuk industri ini masih kurang sehingga industri ini masih banyak menggunakan tenaga kerja. Adanya peningkatan upah tenaga kerja akan mengakibatkan industri kurang produktif karena biaya produksi yang dikeluarkan akan meningkat bila dibandingkan dengan sebelum terjadi kenaikan upah tenaga kerja. Hal ini mempertegas bahwa keberadaan industri pengolahan dan pengawetan daging di Indonesia tergantung besar terhadap variabel tenaga kerja. Jika produsen ingin melakukan peningkatan output riil dalam jumlah besar. Peningkatan faktor produksi tenaga kerja salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan, keterampilan dan kinerja tenaga kerja sehingga para pekerja dapat bekerja lebih baik dan cepat. Nilai estimasi faktor produksi bahan baku adalah sebesar 0,265 persen, artinya setiap kenaikan bahan baku sebesar satu persen akan meningkatkan output sebesar 0,265 persen, cateris paribus. Bahan baku berpengaruh nyata dan positif terhadap output industri. Faktor produksi energi memiliki nilai estimasi sebesar 0,275 persen yang berarti kenaikan dalam penggunaan energi sebesar satu persen akan meningkatkan output sebesar 0,275 persen, cateris paribus. Energi memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap output industri. Energi yang terdiri dari BBM dan listrik merupakan salah satu faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi. Kenaikan harga BBM dan listrik akan berdampak buruk pada kinerja industri pengolahan dan pengawetan daging, karena nilai estimasi energi adalah nilai estimasi terbesar kedua setelah tenaga kerja, artinya energi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap output industri pengolahan dan pengawetan daging. TFP memiliki nilai koefisien sebesar 0,009 persen. Hal ini berarti setiap kenaikan TFP satu persen akan meningkatkan output sebesar 0,009 persen. TFP mempunyai nilai positif dan memberikan pengaruh nyata. Nilai estimasi TFP memiliki pengaruh yang sangat kecil karena nilainya TFP merupakan nilai terkecil diantara nilai estimasi faktor produksi biaya sewa modal K, tenaga kerja L, bahan baku B dan energi E. Peningkatan output riil dalam jumlah besar pada industri pengolahan dan pengawetan daging salah satunya dengan cara penambahan faktor produksi tenaga kerja. Hal ini yang paling efisien dilakukan karena faktor produksi tenaga kerja yang memiliki nilai estimasi yang paling tinggi, sehingga dapat memberikan pengaruh besar dalam peningkatan output dibandingkan faktor produksi lainnya. Industri pengolahan dan pengawetan daging dapat terus menambah faktor produksi tenaga kerja selama pertambahan output yang dihasilkan masih lebih besar dari pertambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi tersebut PM MC. Beberapa cara untuk meningkatkan produksi, misalnya penggunaan teknologi baru, peningkatan teknologi informasi, inovasi dalam penciptaan bahan baku, efisiensi dalam penggunaan energi, teknik manajemen dan peningkatan pendidikan dan keterampilan pekerja.

5.3.4. Skala Hasil Usaha Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging