Analisis Impulse Response Function

Jepang, pengaruh terbesar berasal dari variabel nilai tukar riil yaitu sebesar 0,22 persen dan pengaruh terkecil berasal dari variabel harga internasional yaitu sebesar -0,01 persen. Kondisi perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat cenderung berkebalikan dengan perdagangan karet alam ke Jepang. Saat harga ekspor karet alam ke Amerika Serikat mengalami perubahan dalam hal ini meningkat sebesar satu persen, volume ekspor akan menurun sebesar -0,11 persen. Sebaliknya saat harga ekspor karet alam ke Jepang berubah ke arah peningkatan sebesar satu persen, volume ekspor karet alam ke Jepang akan meningkat sebesar 0,06 persen. Derajat pass-through nilai tukar riil rupiah per dolar AS terhadap variabel volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat sebesar -0,003 persen. Kenaikan nilai tukar riil rupiah terhadap dolar AS, dalam hal ini berarti depresiasi sebesar satu persen akan berdampak pada penurunan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 0,003 persen. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang akan berdampak pada peningkatan ekspor karet alam Indonesia ke Jepang sebesar 0,225 persen. Tabel 21 Derajat pass-through Ekspor Karet Alam ke Amerika Serikat dan Jepang No Variabel Shock Derajat pass-through Ekspor Karet Alam ke Amerika Serikat Ekspor Karet Alam ke Jepang 1 Harga Ekspor -0,110 0,060 2 Nilai Tukar Riil -0,003 0,225 3 Harga Internasional 0,009 -0,010 4 Harga Negara Kompetitor 0,170 -0,559 Demikian juga halnya dengan harga internasional dan harga kompetitor, saat harga internasional maupun harga kompetitor meningkat sebesar satu persen, ekspor karet alam ke Amerika Serikat akan meningkat masing-masing sebesar 0,009 persen dan 0,17 persen. Sebaliknya jika harga internasional dan harga kompetitor meningkat satu persen, volume ekspor karet alam ke Jepang akan menurun masing-masing sebesar -0,01 persen dan -0,56 persen. Halaman ini sengaja dikosongkan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi dan pembahasan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada jangka pendek nilai tukar riil pada lag 1 tidak berpengaruh signifikan pada volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang. Pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi daripada pertumbuhan nilai tukar membuat Amerika Serikat dan Jepang akan membeli karet alam Indonesia tanpa melihat terjadinya apresiasi maupun depresiasi nilai tukar riil. Pada jangka pendek variabel yang berpengaruh signifikan terhadap ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga ekspor pada lag 1 dan volume ekspor pada lag 1, sementara ekspor karet alam ke Jepang lebih dipengaruhi oleh volume ekspor karet alam itu sendiri pada lag 1. 2. Pada jangka panjang nilai tukar riil pada 1 triwulan sebelum berpengaruh signifikan pada volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Hubungan yang terjadi antara nilai tukar riil dengan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat adalah negatif, yang berarti apresiasi nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan meningkatkan volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena adanya excess demand yang menyebabkan positifnya impor karet alam Amerika Serikat dari Indonesia. Kondisi ini juga diperjelas oleh pertumbuhan ekspor karet alam ke Amerika Serikat yang lebih tinggi daripada pertumbuhan nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. 3. Harga internasional pada lag 1 dan harga karet alam negara kompetitor pada lag 1 berpengaruh signifikan dan berhubungan positif dengan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat pada jangka panjang. Saat harga internasional meningkat, ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat akan meningkat pula. Tingginya harga internasional pada 1 triwulan sebelum menjadi daya tarik bagi para eksportir karet alam Indonesia untuk meningkatkan ekspor karet alamnya di triwulan berikutnya. Peningkatan harga karet alam negara kompetitor pada 1 triwulan sebelum menyebabkan Amerika Serikat menurunkan pasokan karet alamnya dari Thailand dan meningkatkan volume impor karet alam dari Indonesia. 4. Pada perdagangan karet alam ke Jepang, variabel yang berpengaruh pada jangka panjang adalah harga internasional dan harga negara kompetitor. Jika harga internasional naik satu persen, maka ekspor karet alam Indonesia ke Jepang akan turun. Demikian pula halnya jika harga karet alam negara kompetitor naik sebesar 1 persen maka ekspor karet alam Indonesia ke Jepang juga akan menurun. Hal ini disebabkan karena permintaan karet alam Jepang tidak terlalu tergantung dari Indonesia. Impor karet alam Jepang lebih didominasi oleh pasokan karet alam dari Thailand. Variabel nilai tukar riil pada 1 triwulan sebelum tidak mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke Jepang dalam jangka panjang. 5. Perubahan nilai tukar riil akan membawa dampak negatif pada perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Nilai tukar memiliki efek pass through terkecil pada ekspor karet alam ke Amerika Serikat, dan variabel yang memiliki pass through terbesar adalah harga karet alam negara kompetitor. Sebaliknya, pada perdagangan karet alam Indonesia ke Jepang perubahan nilai tukar riil membawa dampak positif, dan variabel yang memiliki efek pass through adalah harga karet alam negara kompetitor.

6.2 Saran

1. Dalam jangka pendek, variabel nilai tukar riil, harga internasional, harga negara kompetitor, dan GDP riil tidak berpengaruh pada ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang. Oleh sebab itu, karena hanya variabel volume ekspor dan harga ekspor saja yang berpengaruh, maka perlu adanya campur tangan pemerintah untuk membuka peluang dan kesempatan seluas-luasnya kepada eksportir karet alam untuk mengembangkan potensi ekspor karet alam Indonesia. Pasar Amerika Serikat tetap harus dipertahankan karena Amerika Serikat merupakan importir terbesar karet alam Indonesia. Hal ini diperkuat dengan kondisi perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang yang dipengaruhi secara negatif oleh variabel nilai tukar riil yang menggambarkan terjadinya excess demand karet alam Amerika Serikat dari Indonesia. Pasar karet alam Amerika Serikat tetap merupakan pasar yang berpotensi besar dan tetap prospektif untuk ditingkatkan volume ekspor karet alamnya, walaupun pertumbuhan ekspornya rendah. 2. Rendahnya permintaan Jepang terhadap karet alam Indonesia dan tingginya permintaan Jepang terhadap karet alam Thailand merupakan peringatan bagi eksportir karet alam Indonesia untuk membidik pasar ekspor karet alam ke negara lain, terutama yang memiliki industri barang jadi karet, namun tetap mempertahankan pasar ekspor Jepang. 3. Sebagian besar konsumsi karet alam Jepang berasal dari Thailand, sehingga saat harga karet alam Thailand mengalami peningkatan, Jepang tetap akan mengimpor karet alam dari Thailand. Hal ini terkait dengan jenis mutu karet alam yang diimpor Jepang dari Thailand sebagian besar berjenis RSS. Pangsa ekspor karet alam Indonesia jenis RSS kecil sekali sehingga perlu adanya diversifikasi jenis karet alam Indonesia yang diekspor. Saat ini lebih dari 90 persen ekspor karet alam Indonesia didominasi oleh TSR, sementara ekspor karet alam Thailand memiliki diversifikasi jenis mutu yang cukup beragam. Diversifikasi jenis karet alam Indonesia yang akan diekspor dengan menambah volume ekspor jenis RSS akan mampu menjadi peluang meningkatnya ekspor ke Jepang. Diharapkan dengan adanya penambahan volume ekspor jenis RSS dari Indonesia, saat harga karet alam negara kompetitor mengalami peningkatan, konsumen karet alam Jepang akan memiliki pilihan untuk membeli karet alam jenis RSS dari Indonesia dan tidak terlalu tergantung pada pasokan karet alam dari Thailand saja. Halaman ini sengaja dikosongkan