Forecast Error Variance Decomposition FEVD
tahun. Thailand sebagai kompetitor utama karet alam Indonesia memiliki pertumbuhan yang cukup rendah yaitu 2,27 persen per tahun, dan Malaysia
memiliki pertumbuhan produksi karet alam terendah yaitu 1,2 persen per tahun. Rendahnya pertumbuhan produksi Malaysia disebabkan karena banyaknya
tanaman karet yang sudah tidak produktif dan terbatasnya lahan untuk pengembangan karet. Walaupun memiliki pertumbuhan yang lebih rendah
daripada Indonesia, Thailand memiliki pangsa produksi yang terbesar dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 pangsa produksi Thailand sebesar 34,7 persen,
Indonesia sebesar 22,2 persen, dan Malaysia sebesar 13,7 persen dari total produksi dunia. Pada tahun 2010 pangsa produksi karet alam Thailand menurun
menjadi 31,6 persen dan Indonesia meningkat menjadi 26,9 persen dari total produksi dunia.
Tabel 5 Produksi Karet Alam Negara Produsen Utama dan Dunia, 2000-2010
Tahun Produksi 000 ton
Thailand Indonesia
Malaysia Dunia
1 2
3 4
5 2000
2.346 1.501
928 6.762
2001 2.320
1.607 882
7.332 2002
2.615 1.632
890 7.326
2003 2.876
1.798 986
8.005 2004
2.984 2.066
1.169 8.744
2005 2.937
2.271 1.126
8.896 2006
3.137 2.637
1.284 9.706
2007 3.056
2.755 1.200
9.833 2008
3.090 2.751
1.072 10.042
2009 3.164
2.595 857
9.662 2010
3.252 2.770
939 10.291
Pertumbuhan per tahun 2,27
5,65 1,20
3,55
Sumber : International Rubber Study Group IRSG
Saat ini Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara produsen karet alam terbesar di dunia. Peringkat pertama ditempati Thailand, sedangkan
Malaysia di posisi ketiga. Dari segi areal perkebunannya, Indonesia memiliki hamparan kebun karet terluas di dunia. Menurut catatan Ditjen Perkebunan,
Departemen Pertanian, sampai tahun 2008 lalu luas areal perkebunan karet Indonesia mencapai sekitar 3,47 juta ha dengan total produksi karet alam
sebanyak 2.921.872 ton. Rasio antara volume produksi karet dengan luas areal perkebunan yang ada menunjukkan produktivitas yang masih rendah. Hal ini
disebabkan sekitar 85 persen dari total perkebunan karet di Indonesia merupakan perkebunan rakyat Tabel 7. Menurut beberapa hasil penelitian, produktivitas
perkebunan karet rakyat masih sangat rendah, yaitu sekitar 600 - 800 kg per hektar per tahun. Perkebunan rakyat umumnya belum menggunakan bibit karet
dari klon-klon unggul, pemeliharaannya masih sederhana, serta banyak tanaman karet yang sudah tua dan rusak. Padahal, di Thailand dengan menggunakan bibit
karet dari klon unggul disertai pemeliharaan yang baik, produktivitasnya dapat mencapai 1.500 - 2.000 kg per hektar per tahun.
Tabel 6 Produksi Karet Alam Indonesia menurut Jenis Produsen, 2005-2010
Produsen
Produksi 000 ton
2005 2006
2007 2008
2009 2010
1 2
3 4
5 6
7 Perkebunan Rakyat
1.839 2.083
2.190 2.176
2.065 2.207
Perkebunan Pemerintah 210
266 277
294 254
270 Perkebunan Swasta
222 289
288 320
276 293
Total Produksi 2.271
2.638 2.755
2.751 3.040 2.770
Sumber : http:www.gapkindo.orgindex.phpencomponentcontentarticle1-artikel152- perkebunan-karet-alam-eng.html diunduh tanggal 21 Juli 2011
Di tahun 2005 produksi karet alam dari perkebunan rakyat sebesar 1,8 juta ton meningkat menjadi 2,2 juta ton di tahun 2010, walaupun sempat mengalami
penurunan di periode tahun 2007 sampai 2009. Peningkatan produksi karet alam Indonesia disebabkan karena adanya program revitalisasi perkebunan karet alam
yang sudah tidak produktif digantikan dengan bibit unggul. Target utama program revitalisasi perkebunan karet adalah melaksanakan peremajaan perkebunan karet
uta dan perluasan perkebunan karet rakyat sekitar 60.000-85.000 hektar. Program revitalisasi ini sudah dimulai sejak tahun 2004 dengan fokus utamanya adalah
perkebunan karet rakyat. Pasar karet dunia yang semakin baik dengan mulai