Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

karet untuk mengeluarkan lateks atau getah lebih banyak tanpa merusak kondisi tanaman. Akibatnya, produksi karet di negara-negara Amerika Latin yang merupakan asal tanaman karet dapat dilampaui. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya karet ditanam di Kebun Raya Bogor untuk dikoleksi. Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut di daerah Pamanukan dan Ciase Jawa Barat. Jenis karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus Elastica. Jenis karet Hevea Hevea Brasiliensis baru ditanam tahun 1902 di daerah Sumatera Timur. Jenis ini ditanam di Pulau Jawa pada tahun 1906. Pada masa sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956 Indonesia menjadi penghasil karet alam terbesar di dunia. Kebutuhan karet alam dunia yang besar waktu itu sebagian besar dipasok oleh Indonesia. Pengelolaan kebun karet, perluasan perkebunan karet, peremajaan tanaman-tanaman karet tua tidak dilakukan oleh Indonesia sehingga terjadi penurunan produksi. Oleh karena itu, sejak tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia. Pada tahun 1963-1973 produktivitas perkebunan karet Indonesia mulai membaik. Peremajaan tanaman, penggunaan pupuk sesuai kebutuhan, pemakaian pestisida, dan penggunaan zat pemacu produksi merupakan penunjang terjadinya peningkatan produksi pada periode ini. Pada tahun 1978 produksi karet kembali meningkat. Pada periode ini, faktor yang memengaruhi peningkatan produksi adalah meluasnya penggunaan klon unggul tanaman karet dan peningkatan harga karet alam yang turut dirasakan sampai ke tingkat petani. Pada periode 80-an hingga sekarang, permasalahan yang ada dalam perkaretan Indonesia adalah rendahnya mutu karet alam Indonesia, sehingga walaupun produksi karet Indonesia tergolong besar namun tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perkaretan dunia. Rendahnya mutu karet alam Indonesia membuat harga jual karet alam di pasaran luar negeri menjadi rendah. Walaupun demikian, bagi perekonomian Indonesia karet alam tetap memberi sumbangan ekonomi yang besar Tim Penulis PS, 2008.

4.2 Produksi Karet Alam

Pada dasarnya, industri karet terbagi atas dua jenis yakni karet alam dan karet sintetis. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah bahan olah karet, karet konvensional, lateks pekat, karet bongkah block rubber, karet spesifikasi teknis crumb rubber, karet siap olah tyre rubber dan karet reklim reclaimed rubber . Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet sintetis adalah 1:2, yang artinya jumlah produksi karet alam hanya setengah daripada karet sintetis. Hal ini dikarenakan sejak PD II beberapa penelitian mengenai karet sintetis dilakukan secara intensif oleh beberapa negara maju dan selanjutnya karet buatan ini diproduksi secara besar-besaran. Lambat laun permintaan terhadap karet sintetis meningkat pesat sehingga mengurangi permintaan karet alam. Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku lapisan minyak bumi. Biasanya karet sintetis akan memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas. Karet sintetis memiliki kelebihan antara lain tahan terhadap zat kimia dan harganya cenderung dapat dipertahankan. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam, karena harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Walaupun jumlah produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis, sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis karena karet alam memiliki keunggulan-keunggulan yang sulit ditandingi oleh karet sintetis. Keunggulan karet alam antara lain memiliki daya elastis sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, mempunyai daya aus yang tinggi, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet alam memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnis dibanding karet alam, namun karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, salah satunya adalah industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti ban radial