II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Patin
Ikan patin termasuk golongan ikan catfish yang memiliki ciri khusus yaitu kulit halus, jari-jari punggung dan sirip dada sempurna dengan tujuh jari-jari
bercabang, sebuah sirip lemak berpangkal sempit, sirip dubur panjang dan bersambung dengan sirip ekor, sirip ekor bercagak dalam, letak mulut agak
mengarah ke depan Slembrouck et al. 2005. Slembrouck et al 1968, mengklasifikasikan ikan patin dalam sistematika
sebagai berikut : Kelas
: Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Divisi : Ostariophysi
Ordo :
Siluroidea Family
: Pangasidae Genus
: Pangasius Spesies :
Pangasius hypopthalmus Ikan patin mempunyai sifat omnivora atau golongan ikan pemakan
segalanya. Di alam, makanan ikan ini antara lain adalah ikan-ikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udang kecil dan moluska. Ikan patin
mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan seperti ukurannya besar, fekunditasnya cukup tinggi, serta mutu dagingnya digemari
masyarakat luas Susanto dan Amri 2004.
2.2 Transportasi Ikan
Keberhasilan transportasi ikan hidup selalu dipengaruhi sifat fisiologi ikan sendiri, ukuran ikan, kebugaran atau mutu ikan menjelang transportasi, mutu air
selama transportasi suhu media, DO, pH, CO
2
, dan amoniak, kepadatan ikan dalam wadah, teknik pengangkutan dengan menggunakan suhu rendah atau bahan
kimia serta metabolit alam dan lama pengangkutan Suryaningrum et al. 2000. Peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan mutu kualitas air selama
transportasi. Hal ini terlihat dari kondisi visual air selama pengangkutan dimana air media menjadi agak keruh dan berlendir. Pada saat pengangkutan respon ikan
terhadap perubahan lingkungan baik suhu, oksigen terlarut, serta peningkatan metabolik ikan akan dapat mengakibatkan perubahan perubahan warna pada ikan
Utomo dalam Suryaningrum et al. 2000.
Bose et al. 1991 menyebutkan beberapa hal penyebab kematian ikan dalam transportasi, yaitu; menipisnya persediaan oksigen terlarut di media
pengangkutan, akumulasi dari gas toksik misalnya amoniak, luka fisik akibat dari penanganan sebelum pengangkutan, gerakan ikan yang hiperaktif di awal
pengangkutan, fluktuasi suhu air yang mendadak, dan penyakit ikan. Untuk menghindari hal tersebut, maka ada beberapa langkah yang harus diperhatikan,
yaitu :
Sebelum ikan dimasukkan ke dalam media pengepakan terlebih dahulu ikan disortir sesuai ukuran untuk menghindari sifat kanibalisme sehingga ikan tidak
terluka. Selain disortir ikan juga dipuasakan agar ikan tidak banyak menghasilkan feses.
Media pengepakan harus bebas polusi dimana air diaerasi hingga jenuh untuk
meningkatkan kadar oksigen terlarut dan suhu pengepakan harus dingin untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut.
Lesmana 2001 menyatakan bahwa untuk pengangkutan ikan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah seleksi ikan dan pemuasaan atau
pemberokan ikan. Proses seleksi ini meliputi kualitas, kesehatan, ukuran, dan jenis serta jumlah. Ukuran dan jenis ikan untuk satu kemasan sebaiknya seragam.
Sedangkan jumlah ikan dalam satu kemasan sangat bergantung pada ukuran dan besarnya kemasan. Setelah proses seleksi, ikan dipuasakan selama 40-60 jam,
supaya hasil metabolism ikan berkurang seperti feses, CO
2,
dan NH
3
dari urine. Menurut Utomo 2003, pengangkutan ikan dapat dilakukan dengan dua
sistem pengangkutan, yaitu pengangkutan sistem tertutup dan pengangkutan sistem terbuka. Pada sistem terbuka media air di dalam wadah dapat kontak
langsung dengan udara terbuka diluar wadah sedangkan pada sistem tertutup kontak dengan udara luar tidak terjadi karena media terdapat dalam wadah yang
tertutup rapat. Pengangkutan sistem terbuka biasanya digunakan untuk pengangkutan
melalui jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat. Pada pengangkutan
ini, sumber oksigen untuk pernafasan ikan sebagian besar adalah oksigen yang terlarut dalam air, yang lainnya hasil difusi dari udara pada tekanan udara yang
normal. Pada sistem ini perbandingan volume air dengan berat ikan relatif lebih besar. Untuk pengangkutan ikan selama 5 jam, paling tidak 5 liter air diperlukan
untuk mengangkut 1 kg ikan. Makin lama waktu angkut makin tinggi perbandingan volume air dengan berat ikan
. Sedangkan pada pengangkutan sistem tertutup biasanya digunakan untuk
pengangkutan dengan jarak yang ditempuh relatif jauh. Pada pengangkutan sistem ini dimasukkan oksigen murni dan tekanan udara lebih tinggi dibanding di luar
wadah. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi dan kelarutan oksigen di dalam media air cukup tinggi, sehingga perbandingan volume air dengan berat ikan pada
sistem tertutup lebih rendah dibanding sistem terbuka, yang berarti dapat mengurangi ongkos angkut per kg ikan.
Dalam pengangkutan ikan diperlukan media air yang cukup layak kualitasnya untuk mendukung kelangsungan hidup ikan. Kualitas air yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan dalam proses pengangkutan adalah :
1. Oksigen terlarut DO
Piper et al 1982 dalam Arifin 1991 menyatakan bahwa oksigen telarut di dalam media pengangkutan harus tinggi dan lebih kecil dari tingkat jenuh, sebab
kebutuhan oksigen akan meningkat pada saat kadar CO
2
tinggi dan stres penanganan sehingga untuk persiapan disediakan dua kali kebutuhan normal.
Pescod dan Okun 1973 menyatakan bahwa kandungan O
2
terlarut yang baik untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2 ppm. Menurut Huet 1971 kadar
terendah yang dapat ditoleransi oleh ikan dalam pengangkutan adalah 2-3 mgL. Kebutuhan ikan akan oksigen berbeda-beda, bergantung pada spesies, ukuran,
aktivitas, tingkat konsumsi pakan, suhu dan konsentrasi oksigen terlarut Boyd, 1979.
Oksigen masuk ke dalam air melalui difusi langsung antara permukaan udara dan air. Oksigen masuk ke dalam air melalui difusi pasif dari atmosfer,
karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen di udara dan di air Wedemeyer, 1996.
Tingkat kelarutan oksigen dipengaruhi oleh laju produksi oksigen melalui fotosintesis, transfer oksigen dari udara ke dalam air dan laju konsumsi oksigen
karena respirasi Royce 1984. Salah satu cara untuk mempertahankan tingkat kelarutan oksigen dalam air adalah dengan pengaerasian, yaitu penambahan
oksigen atau udara berisi oksigen secara mekanik ke dalam air hingga konsentrasi kelarutannya meningkat. Pada pengepakan tertutup penambahan oksigen dengan
cara menambahkan oksigen murni terlebih dahulu sebelum pengepakan dilakukan.
Pada kenyataan dalam melakukan kegiatan transportasi ikan hidup selalu terjadi kompetisi penggunaan ruang dan pemanfaatan oksigen yang tersedia.
Pengangkutan dengan sistim tertutup menggunakan kantong plastik, nilai oksigen merupakan parameter penentu pada transportasi ikan hidup Berka 1986.
2. Temperatur
Jhingran dan Pullin 1985 dalam Supendi 2006 menyatakan kriteria temperatur yang ideal untuk pengangkutan ikan tropis adalah 20-24
C. peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut,
karena akan meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi oksigen ikan dan suhu air mempengaruhi kelarutan gas. Penurunan suhu air akan menurunkan aktivitas
makan ikan Wedemeyer 1996. Berka 1986 dalam Arifin et al 1991 menyatakan bahwa kandungan
oksigen terlarut bukan merupakan faktor pembatas dalam transportasi ikan hidup apabila suhu air tidak banyak berubah sehingga tidak mempengaruhi aktifitas
metabolisme ikan. Suhu sangat mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen, peningkatan suhu akan meningkatkan laju metabolisme dan menyebabkan
konsumsi oksigen pada jaringan lebih tinggi, sehingga kandungan oksigen terlarut berkurang Berka 1986 dalam Arifin et al. 1991.
3. Derajat Keasaman
Kriteria pH yang ideal dalam pengangkutan ikan menurut Pescod et al 1973 adalah 6,5-8,5. Derajat keasaman memepengaruhi proses dan kecepatan
reaksi kimiawi dalam air dan biokimiawi dalam tubuh ikan Royce 1984. Nilai pH mempengaruhi daya racun bahan atau faktor kimia lain, misalnya amoniak
meningkat dengan naiknya nilai pH. Emerson 1975 dalam Anwar 1989
mengemukakan bahwa jika nilai pH air meningkat, maka amoniak tak terionisasi terhadap amoniak total akan meningkat pula. Prosesnya adalah apabila terjadi
penurunan terhadap nilai pH air, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi H
+
di dalam air sehingga NH
3
-N dapat berubah menjadi NH
4 +
. Apabila nilai pH air meningkat maka konsentrasi OH
-
dominan di dalam air dan NH
3
-N dapat masuk ke dalam jaringan. Hal ini ditunjukkan pada persamaan reaksi sebagai berikut :
NH
3
+ H
2
O NH
4 +
+ OH
-
dengan K = 10
-4,74
4. Amoniak
Sisa-sisa metablisme pada ikan berupa senyawa nitrogen yang merupakan unsur utama dalam hasil buangan metabolisme adalah urea dan diikuti amoniak
yang dapat menyebabkan kematian pada ikan apabila terdapat banyak atau melewati batas toleransi Royce 1984.
Peningkatan amoniak di atas konsentrasi 0,3 ppm akan mengurangi kandungan oksigen dan meningkatkan kandungan CO
2
dalam darah Brockway dalam
Gerbhards 1965. Kenaikan kadar NH
3
hingga 1 ppm dapat menurunkan kadar O
2
dalam darah hingga 17 kali konsentrasi normal dan CO
2
dalam darah naik 15 . Sebaliknya jika kadar O
2
rendah maka daya racun NH
3
akan meningkat Waterman 1960.
Meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat berasal dari hasil metabolisme pemecahan protein menjadi amoniak oleh bakteri. Tingginya
kandungan amoniak dalam air menyebabkan pengeluaran amoniak dalam darah dan jaringan tinggi dan dapat menyebabkan pH dalam darah naik. Keadaan ini
menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh ikan, sementara kelarutan oksigen dalam media semakin menurun, sehingga akhirnya menyebabkan
kematian ikan. 5.
Karbondioksida CO
2
Hasil ekskresi yang dihasilkan oleh ikan yang sangat signifikan adalah CO
2
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kondisi ikan. Jumlah karbondioksida yang terlalu banyak akan bersifat racun bagi ikan Jhingran dan Pullin, 1985.
Secara umum, ikan memproduksi 1,4 mg CO
2
untuk setiap 1 mg O
2
yang dikonsumsi Colt dan chobanoglous 1981 dalam Wedemeyer 1996.
Untuk mempertahankan ikan agar tetap hidup sampai ke tangan konsumen, maka dalam proses pengepakan pengemasan harus memenuhi persyaratan.
Teknik pengemasan dengan air di dalam kantung plastik yang diisi oksigen adalah cara terbaik. Keberhasilannya erat kaitannya dengan kondisi kimia medium
pengangkutan, terutama kandungan oksigen terlarut, NH
3,
CO
2,
pH, dan suhu Lesmana 2001.
Garbhards 1965 menyatakan bahwa penggunaan wadah plastik untuk
pengemasan yang diletakkan pada kotak styrofoam dapat meningkatkan kelangsungan hidup sebesar 99,9 dan sebaiknya dalam pengangkutan, ikan
diletakkan dalam keadaan tertutup sehingga ikan berada dalam kondisi gelap agar ikan tidak mudah stres.
2.3 Zeolit