© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
‘…hubungannya dengan Surya dibahasakan bertabur pulut, …’ Frasa kumepyur pulut dalam ekspresi 59 merupakan ranah sumber yang
mengkonseptualkan hubungan yang sangat dekat seseorang dengan orang lain. Secara literal kumepyur pulut berarti berlumur cairan alami tumbuhanbuah yang bertekstur
lengket. Dalam bahasa Jawa, pulut merupakan getah pohon atau buah yang lengket biasanya terdapat pada pohon nangka, buah sukun, dan pohon karet. Jika pulut
mengenai tangan atau benda dapat menjadikan tangan kita atau benda itu menempel. Berdasar pengalaman tersebut, penulis menggunakan konsep yang dimiliki kata pulut
untuk menjelaskan hubungan seseorang dengan orang lain yang terjalin sangat dekat. Berdasar konseptual itu, peneliti menginferensikan HUBUNGAN SESEORANG
DENGAN ORANG LAIN YANG TERJALIN SANGAT DEKAT ADALAH ENTITAS YANG BERLUMUR PULUT.
4.1.9 Metafora tanaman
Jenis metafora tanaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ungkapan metaforis yang menggunakan tanaman atau bagiannya serta kegiatan yang
berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan menanam sebagai ranah sumber untuk mengkonseptualkan ranah target.
Pada penelitian ini, ungkapan metaforis yang termasuk ke dalam jenis metafora tanaman ditunjukkan oleh ekspresi,
35 Cahaya kita ora nate culika Bab mau wis wola-wali ditandhesake dening Pak
Broto Kusumo, yen a Cahaya Kita didhedher saka wiji mung siji, disiram kanthi luh lan kringet tangan prakosa, b rabuke pamikir kang kebak
idealisme, awit diajab bisa aweh uwoh kang murakabi : cerdhas lan
manusiawi
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
PS44hal. 453 nopember 2012.
‘Cahaya Kita tidak pernah curang Bab itu sudah sering ditandaskan oleh Pak Broto Kusumo, kalau Cahaya Kita ditanam dari satu biji, disiram dengan air mata
dan keringat tangan kuat, pupuknya pemikiran yang penuh idealisme, karena diharapkan bisa memberikan buah yang bermanfaat: cerdas dan manusiawi’
... Cahaya Kita didhedher … … Cahaya Kita pref.+dhedher …
‘… Cahaya Kita ditanam …’
Kata didhedher disandingkan dengan Cahaya kita menjadikan ungkapan 35a metaforis. Hal itu menandakan adanya proses konseptual yang ditunjukkan oleh ranah
sumber untuk menjelaskan ranah target. Ranah sumber 35a yaitu didhedher, sedangkan perintisan mendirikan perusahaan cahaya kita adalah ranah target. Secara
literal, kata didhedher berarti ditebar, pada bibitbenih tanaman dari biji-bijian. Dalam konteks ungkapan 35a, perintisanmendirikan sebuah perusahaan dikonseptualkan
dengan menanam sebuah tanaman yang benihnya dari biji-bijian. Konseptual itu terjadi karena berkembangnya perusahaan hingga dapat memberikan hasil serta
manfaatnya bagi kehidupan manusia tidak terwujud secara instan, tetapi dalam penyelenggaraannya dibutuhkan kerja keras, pemikiran cemerlang, dan usaha-usaha
lainnya. Hal itu sama halnya dengan menanam tanaman yang bibitnya berasal dari biji-bijian, agar dapat berkembang dengan baik maka biji yang didhedher harus
diberikan perawatan yang baik agar tumbuh menjadi tanaman sempurna yang pada akhirnya dapat menghasilkan buah yang berkualitas dan bermanfaat. Dengan
demikian, dapat diinferensikan bahwa CAHAYA KITA ADALAH TANAMAN.
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
Ungkapan berikutnya yang termasuk ke dalam jenis metafora tanaman pada penelitian ini ditunjukkan oleh ekspresi metaforis,
54 Tut, kowe kudu ngerti, Suryo mono wong julig, yen dadi pucuk pimpinan
tartamtu mbebayani
PS4hal. 1926 Januari 2013.
‘Tut, kamu harus tau, Suryo itu orang pintar, kalau menjadi pucuk pimpinan tertentu membahayakan’
… pucuk pimpinan … … nom. pimpin+suf. …
‘… pucuk pimpinan …’
Secara literal kata pucuk berarti bagian ujung pada puncak pohon, sedangkan kata pimpinan berarti bimbingan, tuntunan. Ungkapan 54 dapat dimengerti manusia
dengan makna metaforis. Berdasar pengalaman manusia sehari-hari kata pucuk digunakan untuk menyebutkan bagian tertinggi atau ujung suatu pohon. Pada
ungkapan 54, kata pucuk merupakan ranah sumber yang digunakan untuk mengkonseptualkan ranah target pimpinan. Pimpinan dalam sebuah instansi yaitu
seseorang yang menempati jabatan tertinggi dalam struktur organisasi. Jadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki manusia, pucuk pimpinan dimaksudkan untuk
menyebut seseorang menempati jabatan tertinggi yang membawahi orang lainnya pada suatu instansi. Dengan demikian, dapat diinferensikan bahwa KEDUDUKAN
JABATAN TERTINGGI DALAM ORGANISASI ADALAH BAGIAN PUCUK SUATU POHON.
Ungkapan selanjutnya yang juga masih tergolong ke dalam jenis metafora tanaman pada penelitian ini adalah ungkapan,
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
56 Nyatane, tresna kang mataun-taun ora kasiram, jebul ora mati.
PS4hal. 2026 Januari 2013.
‘nyatanya, cinta yang bertahun-tahun tidak tersiram, ternyata tidak mati.’
… tresna kang mataun-taun ora kasiram, jebul ora mati. ... tresna p. pref.taun-taun neg. pref.siram, jebul neg. mati.
‘… cinta yang bertahun-tahun tidak tersiram, ternyata tidak mati.’
Ora Kasiram secara literal berarti keadaan tidak tersiram air yang biasanya terjadi pada tanamantumbuhan, tresna adalah perasaan cinta. Frasa ora kasiram yang
disandingkan dengan kata tresna menjadikan ungkapan 56 metaforis karena menunjukkan adanya hal yang dikonseptualkan. Konseptual itu ditunjukkan adanya
ranah sumber ora kasiram dan ranah target yang lebih abstrak yaitu perasaan cinta yang tidak terawatterjaga. Pada ungkapan 56, perasaan cinta dua manusia yang
tidak terawatterjaga dengan kasih sayang dikonseptualkan sebagai tanaman yang hidup tanpa dirawat dengan cara disirami air. Berdasar konseptual itu, dapat
diinferensikan bahwa TRESNA ADALAH TANAMAN.
4.1.10 Metafora Binatang