© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
transportasi kendaraan yang mampu mengantarkan fisik manusia dari tempat asal ke suatu tempat lain yang menjadi tujuan. Hal itu terjadi karena perusahaan Cahaya Kita
digunakan seorang karyawan biasa sebagai alat untuk mendapatkan karir cemerlang sehingga menjadi seorang karyawan yang memiliki jabatan tertentu pada perusahaan
yang bergerak di bidang mediajurnalistik. Jadi, dengan kesamaan fungsi ranah sumber dan fungsi ranah target tersebut yaitu sama-sama dapat mengantarkan
seseorang ke sebuah tempatkedudukan yang lain mendasari penulis cerita menungkapkannya dengan ungkapan metaforis 52. Dengan demikian, peneliti dapat
menginferensikan bahwa, cahaya kita adalah alat transportasi.
4.1.5 Metafora Transaksi Ekonomi
Jenis metafora ini, kemunculannya didasarkan dari ranah sumber yang menggunakan berbagai jenis kegiatan komersial atau transaksi ekonomi, yang mana
melibatkan penggunaan uang dan komoditas. Data penelitian ini yang termasuk jenis metafora transaksi ekonomi ditunjukkan
oleh ungkapan metaforis,
46 Kajaba iku, brayate Surtikanthi mono kondhang a wong atos, wong disiplin
b Jujur ndlujur, c ora kena dituku PS49hal. 198 Desember 2012.
‘selain itu, Surtikanthi itu terkenal orang keras, orang disiplin Sangat jujur, tidak bisa dibeli’
Jujur ndlujur, ora kena dituku Jujur ndlujur, neg. Adj. dituku
‘Sangat jujur, tidak bisa dibeli
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
Ungkapan metaforis pada data 46c, yaitu: jujur … ora kena dituku. Frasa ora kena dituku berfungsi sebagai ranah sumber menjadikan sifat jujur lebih mudah
dipahami pembaca melalui konsep lain yang lebih kongkrit. Sifat sangat jujur yang dimiliki manusia dikonseptualkan sebagai barangkomoditas yang tidak bisa dibeli.
Konseptual itu menandakan bahwa kejujuran merupakan sifat manusia yang nilainya melebihi suatu bendauang yang menjadi kebutuhan bagi manusia. Dengan demikian,
ekspresi 46c, dapat diinferensikan bahwa KEJUJURAN ADALAH ENTITAS YANG TIDAK DAPAT DIBELIDIPERDAGANGKAN.
4.1.6 Metafora Konstruksi Bangunan
Jenis metafora konstruksi bangunan yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu: jenis metafora yang ranah sumbernya memanfaatkan struktur dan fungsi rumah atau
konstruksi bangunan. Dari keseluruhan data penelitian ini, ungkapan metaforis yang termasuk ke dalam
jenis atau kategori metafora konstruksi bangunan adalah ungkapan 8, 14, dan 25. Berikut analisis dan penjelasannya.
8 “Investigasi penyelidikan kok golek bocah polos? Mengko yen kecenthok
tembok kekuwasaan
piye? Mesthine rak yo sing wis pengalaman ta?
PS38hal. 1922 september 2012.
‘investigasi penyelidikan kok mencari anak polos? Nanti kalau tiba-tiba bertemu tembok kekuasaan bagaimana?
... Mengko yen kecenthok tembok kekuwasaan piye? … mengko p. kecenthok tembok kuwasa+konfiks ke- -an pron.?
‘... nanti kalau tiba-tiba bertemu tembok kekuasaan bagaimana?’
25 Aku yakin Mbak Tuti ora ngadhep-ngadhepi a tembok panguwasa
PS41hal. 1913 oktober 2012.
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
‘aku yakin Mbak Tuti tidak berhadapan dengan kepentingan orang yang berkuasa
… tembok panguwasa … tembok pref.-kuwasa
… tembok orang yang berkuasa
Ungkapan 8 dan 25a merupakan salah satu ungkapan metaforis yang menggunakan ranah sumber konstruksi bangunan, yaitu tembok. Secara harfiah,
tembok berarti dinding dari bata merah, batako, yang direkatkan dengan adukan campuran pasir, air, dan semen, yang memiliki fungsi sebagai penutup, penyekat,
pembatas suatu ruang sehingga tubuh manusia tidak bisa menembusnya. Ranah sumber tembok digunakan penulis cerita untuk mengonseptualkan ranah target, yakni
konflik kepentingan seorang pejabat. Kata tembok dipilih penulis cerita karena ada kesamaan fitur yang dimiliki ranah sumber dan target ungkapan metaforis 8 dan
25a. Konflik kepentingan merupakan sebuah tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menguntungkan diri sendiri dengan cara mempengaruhi
tujuan dan pelaksanaan dari tugas atau kebijakan kantor, instansi atau organisasinya Williamson, 2002. Dalam kehidupan sehari-hari, hal yang demikian sangat susah
untuk diungkap karena bersifat kompleks seiring sejalan dalam tujuan dan pelaksanaan dari tugas atau kebijakan kantor, instansi atau organisasinya. Hal itu
dikonseptualkan sebagai tembok karena susah untuk ditembus tubuh manusia. Berdasar hal itu peneliti menginferensikan bahwa KONFLIK KEPENTINGAN
ADALAH TEMBOK.
© Master Program in Linguistics, Diponegoro University www.eprints.undip.ac.id
14 Eman ya Yun, wong bagus, pidegsa, pinter, sugih, yagene durung duwe sisihan?
Kowe ki piye ta Bas, mou wis ngadhep ngono ra gelem takon pisan? “Lha yen kowe takon aku, ya cetha ra ngerti” lha yen ngono mbok openana bae ta Yun,
timbang keliya? “Emangnya gue panti asuhan? Ngawur bae”
PS39hal. 1929 september 2012.
‘sayang ya Yun, pria ganteng, tinggi besar, pintar, kaya, kenapa belum punya pasangan? Kamu ini bagaimana sih Bas, tadi sudah menghadap tidak mau
bertanya sekalian? “lha kalau kamu Tanya saya, saya ya jelas tidak tau” lha kalau begitu rawat saja Yun, daripada dirawat orang lain? Memangnya saya panti
asuhan? Ngawur saja’
“Emangnya Gue panti asuhan? Ngawur bae” “Adv. pron.1 panti asuhan? Adj. bae”
‘memangnya saya panti asuhan? Ngawur saja
Ranah sumber panti asuhan menunjukkan adanya hal yang dikonseptualkan pada ungkapan metaforis 14. Gue ‘saya’ ranah target yang mempunyai sifat untuk
merawat orang lain dikonseptualkan sebagai bangunan panti asuhan yaitu sebuah bangunan yang dijadikan tempat untuk menampung, mengasuh dan mendidik anak-
anak yang kurang beruntung misalnya anak yatim piatu. Berdasar konseptual tersebut, seolah-olah kata gue merupakan bangunan panti asuhan karena memiliki ciri
dan fungsi yang sama. Dengan demikian, maka dapat diinferensikan bahwa GUE ADALAH PANTI ASUHAN.
4.1.7 Metafora MasakanMakanan