PERMASALAHAN FORMIL GUGATAN.

B. PERMASALAHAN FORMIL GUGATAN.

16. Jika dalam suatu gugatan terabaikan salah satu syarat formal gugatan, mengakibatkan gugat tidak sah. Gugatan seperti itu harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet-onvanklijk) atau Pengadilan menyatakan tidak berwenang mengadili, kapan hakim harus memutus dengan menyatakan tidak berwenang mengadili ?

 Hakim harus menyatakan tidak berwenang mengadili jika gugat yang diajukan telah melanggar competency / kewenangan.

17. Dalam istilah hukum acara perdata dikenal istilah absolute competenscy dan relative competency, apa yang dimaksud dengan istilah absolute competency

 Kewenangan untuk mengadili oleh suatu badan Pengadilan dengan berpatokan kepada Pembatasan Yurisdiksi badan-badan Peradilan

18. Apa pula yang dimaksud dengan relative competency ?

 Kewenangan untuk mengadili oleh suatu Pengadilan berdasarkan daerah / wilayah hukumnya.

19. Dalam relative competency dikenal istilah ACTOR SEQUATUR FORUM REI = FORUM DOMICILI yaitu kewenangan Pengadilan untuk mengadili berdasarkan domisili / wilayah hukum, dalam hal ini domisili siapa yang dimaksud ?

 Domisili atau tempat tinggal Tergugat.

20. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tempat tinggal Tergugat ?

 Yang dimaksud tempat tinggal Tergugat adalah ; tempat kediaman atau tempat alamat tertentu atau tempat kediaman senyatanya.

21. Dalam gugat waris yang pewarisnya beragama Islam, sementara Tergugatnya lebih dari satu orang yang tempat tinggalnya berbeda, PA mana yang berwenang mengadilinya ?

 Ditempat kediaman salah satu dari Tergugat atas pilihan Penggugat.  Jika objek sengketanya adalah benda tetap / tidak bergerak, maka gugat

diajukan di PA yang mewilayahi objek sengketa tersebut berada (143 RBG, 118

a.3 HIR

22. Dalam perkara cerai gugat yang para pihaknya berbeda domisili, PA mana yang berwenang mengadilinya ?

 di PA tempat kediaman Penggugat, jika kepergian Penggugat meninggalkan

tempat tinggal bersama atas ijin Tergugat atau kesalahan Tergugat.

 di PA tempat kediaman Tergugat jika kepergian Penggugat tanpa ijin Tergugat / tanpa alasan.

23. Bagaimana jika permohonan ikrar thalak diajukan oleh Pemohon ke PA ditempat kediamannya / bukan ditempat kediaman Termohon ?

 Jika berbedanya tempat tinggal Pemohon dan Termohon tersebut disebabkan Termohon pergi meninggalkan Pemohon tanpa seijin Pemohon, maka

permohonan tersebut sudah tepat diajukan di tempat kediaman Pemohon.  Jika kepergian Termohon atas seijin Pemohon, maka permohonan seharusnya

diajukan di PA tempat kediaman Termohon.

24. Termohon pergi meninggalkan tempat kediaman bersama atas ijin Pemohon, namun ketika Pemohon mengajukan Permohonan cerai thalak di PA ditempat kediaman Pemohon, Termohon tidak mengajukan eksepsi untuk itu, bagaimana sikap saudara atas hal tersebut ?

 Dalam hal yang menyangkut kewenangan relative, selama tidak ada eksepsi yang diajukan sejak awal (saat mengajukan jawaban) oleh pihak Tergugat / Termohon maka hakim boleh mengabaikan tentang kewenangan relative tersebut

25. Jika dalam hal gugatan yang diajukan di PA yang tidak berwenang untuk mengadilinya (Absulute / relative competency) maka putusannya harus menyatakan tidak berwenang mengadili, bagaimana jika terjadi salah gugat, (error in persona) apa putusan yang harus dijatuhkan oleh seorang hakim ?

 Putusan harus menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet onvanklijk)

26. Dalam hal apa saja suatu gugat dapat dinyatakan Error in persona ?

 Diskualifikasi in person yaitu : o Penggugat bukan persona standi in judicio : o Penggugat belum dewasa o Penggugat bukan orang yang mempunyai hak dan kepentingan. o Penggugat adalah orang yang berada dibawah kuratele. o Apabila Kuasa yang bertindak tidak memenuhi syarat atau surat kuasa

tidak sah. o Gemis aanhoedanig heid.

o Orang yang ditarik sebagai Tergugat tidak tepat, misalnya pengurus yayasan digugat secara pribadi.

 Plurium litis consortium o Orang yang ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap.

27. Apa yang dimaksud dengan obscur libel ?

 Yang dimaksud dengan obcur libel adalah gugatan yang kabur atau gugatan yang tidak jelas

28. Dalam hal apa saja gugatan dinyatakan obcur libel ?

 Suatu gugatan dinyatakan obcur libel apabila : o Posita (fundamentum petendi) tidak menjelaskan Dasar Hukum (rechts ground) dan Kejadian yang mendasari gugat. Atau ada dasar hukum tetapi tidak menjelaskan fakta kejadian atau sebaliknya.

o (Dalil gugat yang demikian tidak memenuhi asas : ( Jelas dan Tegas). o Tidak jelasnya objek yang disengketakan; tidk menyebutkan lokasi, ukuran

luas / batas atau objek sengketa tidak ditemukan. o Penggabungan dua atau beberapa gugat (komulatif) yang masing-masing berdiri sendiri; (komulatif subjektif = digabungnya beberapa orang Tergugat) atau (Komulatif objektif = Penggugat mengajukan beberapa

gugatan terhadap seorang Tergugat. Patokannya :

o Penggabungan gugat diperbolehkan apabila ada hubungan yang sangat erat dan mendasar.

o Terdapat pertentangan antara Posita dengan Petitum o Petitum yang tidak terinci, tapi hanya berupa kompositur atau ex aequo et

bono.

29. Selain Error in persona dan obcur libel, kapan hakim harus memutus suatu perkara itu dengan menyatakan tidak dapat diterima (NO) ?

 Nebis in idem.  Gugat premature.  Rei judicata deductae  Atau apa yang diguat telah dikesampingkan.

30. Apa yang dimaksud dengan nebis in idem ?

 Apa yang digugat perkaranya sudah pernah diperkarakan dan telah ada putusan yang telah BHT yang putusannya positif (menolak, atau mengabulkan), bukan putusan yang negative (NO)

 Objek dan subjeknya sama  Materi pokok perkara sama

31. Kapan suatu gugatan dinyatakan sebagai gugat prematur ?

 Apabila hal hendak digugat belum terbuka karena syarat yang ditentukan UU belum terjadi. 9gugat waris yang pewarisnya belum meninggal dunia)

 Apa yang hendak digugat tertunda oleh factor syarat yang dijanjikan. Misalnya hutang yang belum jatuh tempo.

32. Apa yang dimaksud dengan Rei judicata deduktae ?

 Apa yang digugat masih tergantung pemeriksaannya dalam proses peradilan :  Perkara yang digugat sudah pernah diajukan dan belum putus, atau prosesnya

masih berlangsung ditingkat Banding atai Kasasi. Dengan demikian apa yang digugat sekarang masih tergantung (aanhanging Geding)

C. PERMASALAHAN UPAYA HUKUM:

33. Sebutkan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang merasa tidak puas atas putusan contradiktoir yang telah dijatuhkan ?

 Upaya hukum yang dapat diajukan adalah upaya hukum biasa dalam bentuk Banding atau Kasasi, dan upaya hukum luar biasa dalam bentuk Peninjauan

Kembali.

34. Selain upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang merasa tidak puas atas suatu putusan contradiktoir tersebut, upaya hukum apa lagi yang 34. Selain upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang merasa tidak puas atas suatu putusan contradiktoir tersebut, upaya hukum apa lagi yang

 Upaya Verzet atas putusan Verstek  Upaya Intervensi selama proses pemeriksaan masik berjalan dan  Derden Verzet atau perlawanan bagi pihak ketiga dalam upayanya melawan

eksekusi yang akan dilakukan oleh Pengadilan.

35. Apa yang dimaksud dengan putusan verstek ?

 Putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan tanpa hadirnya Tergugat (Tergugat tidak pernah hadir selama proses pemeriksaan dalam persidangan )

36. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan atas putusan verstek tersebut ?

 Upaya hukum atas putusan verstek adalah : o Upaya hukum bagi pihak Tergugat adalah Verzet. o Bagi Penggugat adalah banding.

37. Jika Tergugat mengajukan perlawanan (verzet), kedudukan Tergugat asal tersebut disebut apa, dan apa pula sebutan untuk kedudukan Penggugat asal ?

 Tergugat asal disebut Pelawan sedangkan Penggugat asal disebut Terlawan.

38. Dalam pemeriksaan verzet apakah diberikan nomor tersendiri?

 Dalam pemeriksaan verzet tetap mamakai no. lama / tidak diberikan nomor tersendiri.

39. Dalam pemeriksaan verzet tersebut apa yang harus diperiksa oleh Majelis Hakim

 Dalam pemeriksaan verzet yang diperiksa adalah gugatan / pokok perkara semula.

40. Jika perlawanan (verzet) ditolak bagaimana bentuk amar / dictum putusannya ?

 Menyatakan pelawan adalah pelawan yang tidak benar.  Menolak perlawanan pelawan.  Menguatkan putusan verstek PA …… No. ……… Tanggal ………  Pembebanan biaya perkara.

41. Bagaimana pula amar putusannya jika perlawanan (verzet) tersebut diterima ?

 Menyatakan pelawan adalah pelawan yang benar.  Mengabulkan perlawanan Pelawan.  Menolak gugatan Penggugat / Terlawan  Menghukum Penggugat / Terlawan untuk membayar biaya yang ditimbulkan

oleh perkara ini yang hingga kini dihitung sebesar Rp. ……

42. Berapa lama tenggang waktu untuk mengajukan verzet ?

 14 hari terhitung dari tanggal pemberitahuan isi putusan verstek, jika pemberitahuan tersebut disampaikan langsung kepada Tergugat inperson. Dalam putusan yang bersifat condemnatoir  Atau sampai hari ke 8 sesudah aanmaning, apabila pemberitahuan isi putusan

tidak disampikan secara langsung kepada Tergugat inperson.  Atau sampai hari ke 8 sesudah eksekusi, apabila aanmaning tidak dihadiri oleh tergugat

 Lewat tenggang waktu tersebut putusan langsung berkekuatan hukum tetap.

43. Jika Penggugat mengajukan banding atas putusan verstek, upaya apa yang dapat dilakukan oleh Tergugat untuk melakukan perlawanannya ?

 Tergugat juga mengajukan banding, jadi perlawanan dijaukan ditingkat banding.

44. Bagaimana jika Tergugat telah mangajukan perlawanan / verzet, kemudian Penggugat mengajukan banding tindakan apa yanga harus dilakukan oleh Pengadilan ?

 Perlawanan oleh Tergugat dirubah menjadi permohonan banding dan Tergugat asal disebut sebagai Pembanding I / Terbanding II.

45. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh Tergugat atas putusan diluar hadirnya yang kedua kali tersebut ?

 Upaya hukumnya adalah banding.

46. Apa yanag dimaksud dengan Derden Verzet ?

 Perlawanan pihak ketiga terhadap eksekusi.

47. Derden Verzet termasuk upaya hukum apa ?

 DV adalah upaya hukum luar biasa.  Sebagai upaya hukum luar biasa maka pada asasnya tidak menangguhkan

eksekusi

48. Kapan Derden verzet dapat diajukan ?

 Pada dasarnya derden verzet adalah ditujukan terhadap eksekusi putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Namun demikian

prinsip ini dikembangkan penrapannya meliputi gugat pihak ketiga terhadap sutu proses perkara yang masih berlangsung. Dengan demikian meskipun putusan belum BHT, telah dimungkinkan untuk mengajukan DV sejak yang dilawan diproses di Pengadilan tingkat pertama, Bandingh atau Kasasi.

49. Berapa lama tenggang waktu / sampai kapan waktunya bagi pihak ketiga untuk mengajukan Derden Verzet tersebut ?

 Sampai dengan akan dilaksanakannya eksekusi / sebelum eksekusi selesai dilaksanakan.

50. Bagaimana jika eksekusi telah dilaksanakan ? upaya apa yang dapat

dilakukan oleh pihak ketiga tersebut untuk membela kepentingannya ?

 Jika eksekusi telah selesai dilaksanakan, tidak dapat lagi dilakukan DV, yang dapat diajukan adalah gugat biasa.

51. Siapa saja yang berhak untuk mengajukan Derden Verzet tersebut ?

 Pada dasarnya yang berhak untuk mengajukan DV adalah pihak ketiga yang memiliki dasar / alas / titel Hak Milik. Berdasarkan putusan rakernas tahun

2007 di Ujung Pandang DV juga dapat diajukan oleh pihak ketiga yang mempunyai dasar Hukum Perjanjian seperti pemegang hipotik.

52. Apakah Pengadilan Agama berwenang untuk memeriksa / mengadili perkara Derden Verzet ?

 Dengan berlakunya UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Pengadilan Agama berhak untuk memeriksa

DV.

53. Apakah Derden Verzet tersebut diberi nomor perkara baru atau menggunakan nomor perkara lama (semula) ?

 Dalam perkara DV diberi nomor baru / nomor tersendiri.

54. Jika Gugatan diajukan di PA Padang, sementara salah satu objek yang akan dieksekusi terletak di PA Bukittinggi, di PA manakah Derden Verzet itu harus diajukan ?

 Perlawanan pihak ketiga (DV) diajukan di Pengadilan Agama Bukit Tinggi yang akan melaksanakan eksekusi.

55. Jika Derden verzet diajukan pihak ketiga ke PA yang akan melaksanakan eksekusi, tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh PA yang menerima pendelegasian eksekusi tersebut ?

 Walaupun DV merupakan upaya hukum luar biasa, namun eksekusi dalam hal ini mutlak harus ditangguhkan oleh Ketua Pengadilan yang memimpin eksekusi,

apabila perlawanan tersebut segera tampak bahwa benar-benar beralasan, misalnya pelawan dapat menunjukkan sertifikat tanah yang akan dieksekusi jelas tercatat atas nama pelawan.

56. Apa yang dimaksud dengan intervensi ?

 Upaya yang dilakukan oleh pihak ketiga yang semula tidak turut sebagai pihak dalam suatu perkara yang sedang berjalan dalam proses pemeriksaan disidang

Pengadilan, menerjunkan diri sebagai pihak, terutama untuk membela hak dan kepentingannya sendiri berhadapan dengan Penggugat dan Tergugat semula.

57. Kapan intervensi itu dapat diajukan ?

 Selama proses pemeriksaan masih berlangsung di Pengadilan tingkat pertama sebelum putusan akhir dijatuhkan.

58. Apa yang dimaksud dengan Voeging ?

 Pihak ketiga tersebut melibatkan diri dalam suatu sengketa yang sedang berlangsung, dengan menyertai salah satu pihak untuk melawan pihak lainnya.

59. Apa yang dimaksud dengan Tussenkomst ?

 Pihak ketiga tersebut berdiri sendiri melawan kedua belah pihak untuk mempertahankan kepentingannya.

60. Apa yang dimaksud dengan Vrijwaring ?

 Pihak ketiga ditarik oleh salah satu pihak untuk mempertahankan kepentingan yang menarik.

61. Jika ada intervensi, apa sebutan dari kedudukan pihak ketiga tersebut, dan apa pula kedudukan Penggugat asal dan Tergugat asal ?

 Pihak ketiga tersebut disebut Penggugat Intervensi / Intervenien, sedangkan para pihak semula disebut Tergugat Intervensi.

62. Apakah dalam hal adanya intervensi tersebut perlu diberikan nomor perkara baru ?

 Tidak perlu, tetap memakai nomor yang lama.

63. Bagaimana proses gugat intervensi itu diajukan ?

 Pihak ketiga tersebut mengajukan permohonan secara lisan / tertulis kepada Ketua Pengadilan / Hakim untuk melibatkan diri sebagai pihak dalam sengketa

yang sedang berlangsung, dengan menyebutkan secara rinci alasan / dasar hukum dari permohonannya tersebut.

64. Bagaimana pula proses pemeriksaan dalam persidangan ?

 Hakim yang memeriksa perkara tersebut, untuk sementara menghentikan pemeriksaan pokok perkara, pemeriksaan dialihkan untuk memeriksa

permohonan intervensi tersebut.  Jika permohonan intervensi dikabulkan maka dituangkan dalam putusan sela

tentang pengabulan permohonan untuk melakukan intervensi tersebut, baru selanjutnya kembali memeriksa pokok perkara dengan melibatkan / memeriksa

seluruh dalil-dalil para pihak (Penggugat Intervensi dan para Tergugat Intervensi).

 Pemohonan intervensi ditolak atau dikabulkan dituangkan dalam putusan sela.

65. Apakah gugat intervensi dapat diajukan ditingkat banding ?

 Intervensi tidak dapat diajukan ditingkat banding.

66. Apakah semua putusan akhir (eind vonnis) PA dapat diajukan upaya Banding

 Tidak  Putusan yang dapat diajukan upaya hukum banding hanyalah putusan yang

bersifat contensiosa yang belum BHT. Sedangkan putusan yang bersifat voluntair murni tidak dapat diajukan banding.

67. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh Pemohon yang tidak puas atas putusan PA dalam putusan Volunter murni seperti Wali Adlol ?

 Upaya hukum Kasasi.

68. Apakah orang tua (wali) dalam permohonan Wali Adlol termasuk para pihak ?

 Tidak, ayah (wali) dalam permohonan walo adlol bukan termasuk pihak.

69. Apakah seorang wali (ayah) Pemohon dalam permohonan wali Adlol, dapat mengajukan upaya hukum ?

 Wali (orang tua) pemohon dalam permohonan walo adlol tidak dapat mengajukan upaya hukum, karena ia bukan pihak.

70. Apakah putusan sela dapat diajukan upaya hukum Banding ?

 Putusan sela hanya dapat diajukan banding bersama-sama putusan akhir.  Putusan sela tidak dapat diajukan secara tersendiri / terpisah, sebelum putusan

akhir.

71. Sebutkan tenggang waktu untuk mengajukan upaya hukum Banding.

 14 hari sejak putusan diucapkan jika Pemohon hadir secara in person atau kuasanya pada saat putusan diucapkan.  14 hari sejak tanggal pemberitahuan isi putusan disampikan oleh jurusita pengganti, jika pemohon atau kuasanya tidak hadir disaat putusan diucapkan.  Jika perkara prodeo, 14 hari sejak tanggal pemberitahuan isi penetapan PTA tentang penetapan penolakan permohonan prodeo tersebut diberitahukan. (ps

7 a.3 UU No. 20 tahun 1947).

72. Siapa saja yang berhak untuk mengajukan upaya hukum Banding ?

 Pihak yang berperkara secara in person atau kuasanya yang berdasarkan kuasa khusus.  Atau ahli waris dari para pihak jika ia meninggal dunia.

73. Apa yang dimaksud dengan Inzage ?

 Pemeriksaan / mempelajari berkas perkara ( bundel A ) yang dilakukan oleh para pihak (Pemohon dan Termohon banding)

74. Kapan pemberitahuan untuk melakukan inzage itu dilakukan oleh jurusita Pengganti kepada para pihak ?

 Selambat-lambatnya 14 hari setelah permohonan banding diajukan.

75. Berapa lama kesempatan untuk melakukan inzage tersebut dapat dilakukan oleh para pihak ?

 14 hari dari tanggal pemberitahuan untuk melakukan inzage tersebut.

76. Apa tujuan dari pemberian kesempatan untuk melakukan inzage tersebut ?

 Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada para pihak untuk mempelajari berkas dan putusan sebagai dasar penyusuan Memori dan Kontra Memori Banding.

77. Berapa lama tenggang waktu bagi Pembanding untuk menyampaikan memori banding ?

 Tidak ada batasan waktu karena memori banding bukan suatu kewajiban

melainkan merupakan hak bagi pemohon banding untuk membuatnya.

78. Jika Pembanding tidak mengajukan memori banding, apa yang akan diperiksa oleh PTA ?

 Tanpa memori banding PTA wajib memeriksa ulang perkara secara keseluruhan.

79. Jika Pembanding mengajukan memori banding, apakah PTA wajib merinci alasan yang diajukan dalam memori banding tersebut secara rinci ?

 PTA tidak wajib merinci alasan yang dikemukakan satu persatu sebagaimana diutarakan pemohon dalam memori banding.

80. Jika PTA memerlukan pemeriksaan tambahan, apa yang dapat dilakukan oleh PTA ?

 Membuat putusan sela yang berisikan rincian perintah kepada Pengadilan tingkat pertama untuk melakukan pemeriksaan tambahan yang diperlukan.

 PTA dapat pula melakukan pemeriksaan sendiri, namun untuk pemanggilan para pihak oleh PA untuk diperiksa langsung oleh PTA juga harus dituangkan

dalam putusan sela.

81. Putusan manakah yang dapat diajukan upaya hukum Kasasi ?

 Putusan yang dapat diajukan upaya kasasi adalah Outusan akhir yang dijatuhkan Pengadilan Tingkat Banding, dan belum BHT.  Putusan lain yang tidak dapat diajukan upaya hukum banding.

82. Apakah memori kasasi itu suatu keharusan atau hak bagi Pemohon kasasi ?

 Memori Kasasi merupakan syarat formil dalam pengajuan kasasi.  Penyampaian memori kasasi merupakan syarat imperative atau bersifat

compulsory  Pengajuan kasasi wajib (syarat mutlak) disertai dengan memori kasasi,

permohonan kasasi tanpa disertai memori kasasi mengakibatkan permohonan kasasi tidak dapat diterima.

83. Apa yang harus dimuat oleh pemohon dalam memori kasasi tersebut ?

 Memori kasasi harus memuat alasan sebagaimana ditentukan dalam ps 30 UU No. 14 tahun 1985 adalah sebagai berikut :

 Putusan melampaui batas kewenangan (transgression)  Terdapat kesalahan dalam penerapan hukum (mis judge)  Lalai melaksanakan tata cara mengadili yang ditentukan UU (negligence)

84. Berapa lama tenggang waktu untuk mengajukan memori kasasi ?

 14 hari dari tanggal pengajuan permohonan kasasi.

85. Apakah Termohon kasasi wajib menyampaikan kontra memori kasasi ?

 Pengajuan kontra memori kasasi adalah hak termohon kasasi bukan merupakan kewajiban.

86. Berapa lama tenggang waktu untuk mengajukan kontra memori kasasi ?

 14 hari dari tanggal penerimaan salinan memori kasasi.

87. Bagaimana jika Termohon kasasi dalam menyerahkan kontra memori kasasi telah melewati tenggang waktunya ?

 Lewat tenggang waktu tersebut Kontra Memori Kasasi tidak mempunyai Nilai.

88. Apakah permohonan kasasi dapat dicabut ?

 Pemohon Kasasi berhak untuk mencabut permohonan Kasasi yang diajukannya

89. Kapan batas waktu untuk pencabutan kasasi tersebut ?

 Batas waktu pencabutan kasasi adalam sebelum berkas dikirim ke MA atau jika telah dikirimkan waktunya hingga putusan dijatuhkan.

90. Jika sebelum berkas dikirim ke MA, pemohon mencabut permohonan kasasinya, dan masih dalam tenggang waktu kasasi Pemohon kembali mengajukan kasasi, apakah permohonan tersebut dapat dilakukan ?

 Tidak boleh karena permohonan kasasi hanya dapat dilakukan satu kali.

91. Jika suatu putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, jika ada pihak yang tidak puas terhadap putusan tersebut apakah masih ada upaya hukum yang dapat dilakukan ?

 Upaya hukum yang dapat dilakujkan adalah Peninjauan Kembali (PK)

92. Apakah semua pihak yang merasa tidak puas terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum, dapat mengajukan PK ?

 Ya asalkan beralasan.

93. Apa saja alasan untuk mengajukan PK ?

 Putusan berdasarkan kebohonan, Tipu Muslihatatau bukti-bukti yang kemudian oleh putusan pidana dinyatakan palsu.

 Diktemukannya Novum (bukti baru) yang tidak diajukan selama proses dan baru diketemukan setelah putusan BHT.  Putusan melanggar asas Ultra Petitum Partium (Mengabulkan yang tidak dituntut)  Putusan lalai memutus seluruh perkara atau masih ada bagian yang belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.  Terdapat putusan yang saling bertentangan, padahal pihaknya sama.

 Putusan mengandung kekhilafan yang nyata.

94. Berapa lama tenggang waktu untuk mengajukan PK ?

 Prinsipnya adalah 180 hari  180 hari dari tanggal diketahuinya terjadinya kebohongan dll.  180 sejak ditemukannya novum, dan penemuannya dibarengi dengan sumpah

yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.  180 hari sejak putusan BHT apabila alasannya ; putusan Ultra Petitum,

kelalaian dll.

D. MASALAH GUGATAN

95. Jika seorang ingin mengajukan suatu gugatan, ke PA manakah gugatan tersebut akan diajukannya jika gugatan tersebut menyangkut masalah : Cerai Gugat ?

 Di PA tempat tinggal Penggugat kecuali Penggugat pergi meninggalkan Tempat kediaman bersama dengan Tergugat tanpa ijin Tergugat, atau tanpa alasan yang sah.

Cerai Thalak ?

 Di PA tempat kediaman Termohon.

Gugat harta bersama ?

 Ditempat tinggal Tergugat, atau ditempat objek sengketa yang berupa benda tidak bergerak berada,

Gugat waris ?

 Di Pengadilan Agama tempat objek sengketa (benda tidak bergerak) berada.  Atau ditempat kediaman Tergugat / para Tergugat.  Atau ditempat kediaman salah satu dari Tergugat atas pilihan Penggugat.

96. Seorang yang tidak bisa baca tulis, bagaimanakah jika ia akan mengajukan gugatan di Pengadilan Agama ? (ps 144 R.BG)

 Gugatan dapat diajukan secara lisan yang disampaikan kepada KPA, selanjutnya KPA atau Hakim yang ditunjuk untuk itu mencatat semua

keterangan Penggugat tersebut yang dituangkan dalam bentuk surat dan ditanda tangan oleh KPA / Hakim tersebut.

97. Setelah gugatan diterima oleh petugas meja I, berapa lama proses yang

diperlukan hingga berkas perkara tersebut disampaikan kepada KPA ?

 Tiga hari

98. Berapa lama bagi KPA untuk mempelajari berkas perkara kemudian menunjuk Majelis hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara tersebut ?

 Tiga hari

99. Apa yang harus segera dilakukan oleh majelis hakim setelah menerima berkas perkara (PMH) dari KPA ?

 Setelah menerima berkas perkara Hakim / majelis hakim yang bersangkutan harus segera melakukan hal-hal sebagai berikut:  Mempelajari berkas perkara.

 Menentukan waktu persidangan dengan membuat PHS.

100. Berapa lama setelah menerima berkas perkara, hakim / majelis hakim harus menentukan waktu sidang ?

 Satu minggu

101. Setelah dibuat PHS oleh oleh ketua majelis tindakan apa lagi yang harus dilakukan oleh majelis hakim ?

 Memerintahkan kepada jurusita / JSP melalui Panitera Pengganti

(menggunakan instrument) agar memanggil para pihak secara sah / resmi dan patut.

102. Dalam memanggil pihak tergugat untuk persidangan yang pertama, apa saja yang harus diserahkan dan dijelaskan oleh JSP kepada Tergugat ?

 Dalam surat panggilan kepada pihak tergugat untuk sidang pertama harus

menyebutkan; adanya penyerahan sehelai salinan surat gugat dan pemberitahuan kepada pihak tergugat, bahwa ia boleh mengajukan jawaban secara tertulis yang diajukan dalam persidangan.

103. Dalam persidangan pertama, apa yang harus dilakukan oleh hakim / majelis hakim jika : Para pihak semuanya hadir dipersidangan.

 Hakim wajib mendamaikan para pihak, dan memerintahkan para pihak untuk melakukan proses mediasi.

Penggugat tidak hadir sementara Tergugat hadir, walaupun telah dipanggil secara patut, dan ketidak hadirannya tersebut tanpa alasan.

 Jika Tergugat meminta putusan maka perkara diputus gugur, kecuali ketidak hadiran Penggugat tersebut beralasan.

Tergugat tidak hadir, Penggugat hadir.

 Tergugat dipanggil sekali lagi.

Persidangan kedua Penggugat tetap tidak hadir, dan Tergugat hadir.

 Perkara diputus gugur.

Persidangan kedua Tergugat tidak hadir, dan Penggugat hadir.

 Perkara diputus verstek, kecuali gugatan melawan hak atau tidak beralasan.

104. Apakah dalam perkara cerai gugat dengan alasan Tergugat murtad, upaya perdamaian tetap harus dilakukan oleh majelis hakim ?

 Ya upaya untuk memdamaikan dan mediasi tetap wajib dilaksanakan.

105. Apakah dalam perkara pembatalan nikah usaha perdamaian juga wajib dilakukan ?

o Upaya perdamaian wajib dilaksanakan oleh hakim dalam persidangan maupun dengan mediasi (perma No. 1 tahun 2008) dalam semua perkara.

Termasuk dalam hal Tergugat ghaib.

106. Apabila majelis hakim telah berusaha untuk mendamaikan para pihak, apakah masih diperlukan bagi majelis hakim untuk memerintahkan kepada para pihak agar melakukan mediasi ?

 Mediasi adalah suatu kewajiban / keharusan yang mutlak dilaksanakan,

demikian pula dengan usaha dama oleh hakim juga wajib dilaksanakan.

107. Apa akibat hukumnya jika upaya perdamaian oleh hakim dan proses mediasi tersebut tidak dilaksanakan ?

 Putusan dapat batal demi hukum

108. Jika gugatan digugurkan oleh majelis hakim, apakah Penggugat dapat melakukan upaya hukum banding ?

 Putusan gugur tidak dapat diajukan banding.

109. Jika Penggugat pada sidang pertama tidak datang, meski ia telah dipanggil secara patut, tetapi pada hari persidangan kedua ia hadir / datang , dan pada hari persidangan ketiga Penggugat kembali tidak datang, apakah perkaranya bisa digugurkan ?

 Perkara seperti itu tidak bisa digugurkan.

110. Jika pada hari persidangan pertama dan pada hari persidangan kedua tergugat atau semua Tergugat tidak datang menghadap padahal telah dipanggil secara patut sementara Penggugat selalu hadir, tindakan apa yang harus dilakukan oleh majelis Hakim ?

 Perkara dapat dikabulkan dan diputus dengan verstek, kecuali jika gugatan tersebut melawan hak atau tidak beralasan.

111. Jika seorang hakim ditunjuk oleh KPA untuk memeriksa suatu perkara, ternyata salah satu dari pihak yang berperkara tersebut adalah saudara kandungnya, apa yang harus dilakukan oleh hakim tersebut ?

 Hakim tersebut wajib mengundurkan diri.

112. Dalam hal untuk menjamin peradilan yang objektif dan tidak memihak kapan seorang hakim baik diminta atau tanpa diminta harus mengundurkan diri dari tugas memeriksa suatu perkara ?

 Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari sutu perkara dalam hal :  ia secara pribadi mempunyai kepentingan, langsung maupun tidak langsung

dalam perkara itu.

 Suami / isteri, keluarga atau semenda dalam garis lurus keatas, atau sampai derajat ke 4 ke samping, tersangkut dalam perkara itu.

113. Apakah gugatan dapat dicabut oleh Penggugat ?

 Gugatan dapat dicabut secara sepihak jika perkara belum diperiksa.  Jika perkara sudah diperiksa dan tergugat telah memberi jawabannya, maka

pencabutan perkara harus mendapat persetujuan Tergugat.

114. Apakah sugat gugat dapat dilakukan perubahan dan atau penambahan gugatan

 Perubahan dan atau penambahan gugatan diperkenankan, asal diajukan pada hari sidang pertama dimana para pihak hadir, tetapi harus ditanyakan pada pihak lawan guna pembel;aan kepentingannya.

 Perubahan dan atau penambahan gugatan tidak diperkenankan dilakukan sedemikian rupa sehingga merubah dasar pokok gugatan, Dalam hal terjadi hal yang demikian maka surat gugat harus dicabut.

115. Jika dalam usaha damai yang dilakukan oleh hakim berhasil dilakukan, sehingga para pihak sepakat untuk damai, apa yang harus dilakukan jika : Perkaranya adalah masalah perceraian ?

 Perkara tersebut harus dicabut.

Perkaranya menyangkut masalah benda ?

 Dibuatkan akta perdamaian, dan para pihak dihukum / diperintahkan untuk melaksanakan isi perdamaian tersebut.

116. Jika perdamaian diperoleh setelah proses mediasi, apa yang harus

dilakukan oleh mediator terkait dengan proses persidangan / hakim ?

 Mediator membuatkan berita acara tentang kesepakatan yang dibuat oleh para pihak tersebut untuk diserahkan kepada majelis hakim oleh para pihak

117. Setelah mediator menyampaikan hasil kesepakatan para pihak untuk berdamai (secara tertulis) kepada majelis hakim, apa produk putusan hakim selanjutnya ?

 Dibuatkan akta perdamaian, dan para pihak dihukum / diperintahkan untuk melaksanakan isi perdamaian tersebut.

118. Jika Akta perdamaian tidak dipenuhi oleh salah satu pihak, apakah akta perdamaian dapat dieksekusi ?

 Akta perdamaian dapat langsung dieksekusi.

119. Apakah Akta Perdamaian dapat dimintakan upaya banding ?

 Akta Perdamaian tidak dapat dimohonkan Banding, karena sejak putusan dibacakan akta perdamaian tersebut langsung inkrach / BHT.

120. Jika usaha perdamaian oleh hakim maupun mediasi tidak berhasil, disebabkan Penggugat yang tidak mau hadir saat dilakukan mediasi, apakah tindakan hakim selanjutnya dalam pemeriksaan perkara tersebut ?

 Mediator menyampaikan secara tertulis kepada majelis hakim bahwa mediasi gagal dilaksanakan, karena Penggugat tidak hadir saat akan dilakukan mediasi, selanjutnya hakim melanjutkan pemeriksaan perkara tersebut dan memutus dengan menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

121. Jika saat usaha perdamaian telah diupayakan dengan proses mediasi, namn selama proses Tergugat tidak pernah hadir. Apa tindakan mediator dan bagaimana proses persidangan selanjutnya ?

 Mediator menyampaikan secara tertulis kepada majelis hakim bahwa mediasi gagal dilaksanakan, karena Tergugat tidak tidak hadir, selanjutnya hakim melanjutkan persidangan sebagaimana mestinya.

122. Jika usaha damai tidak berhasil, apa tindakan hakim / majelis selanjutnya?

 Membacakan surat gugatan.

123. Apa yang dimaksud dengan kumulasi gugatan ?

 Penggabungan beberapa gugatan baik subjek atau objek yang dilakukan dalam satu surat gugat.

124. Kumulasi dapat dibedakan yaitu kumulasi subjektif dan kumu lasi objektif,

apa yang di maksud dengan kumulasi subjektif ? berikan contohnya.

 Kumulasi subjektif adalah suatu perkara perdata dimana seorang Penggugat melawan beberapa orang Tergugat, atau sebaliknya.  Contohnya dalam perkara sengketa waris.

125. Apa yang dimaksud dengan kumulasi objektif, berikan contohnya.

 Kumulasi objektif penggabungan beberapa tuntutan terhadap satu orang tergugat dalam satu perkara.  Contohnya : perceraian dikumulasikan dengan pembagian harta bersama.