b. Wuryati 2012; Persepsi Masyarakat Terhadap Perilaku Menyimpang Remaja. Perilaku menyimpang remaja sebagai
bagian dari kemerosotan moral dan merupakan peristiwa minimnya pembenaran yang dilakukan remaja terhadap norma-
norma moral, hukum, dan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang
tidak dikehendaki masyarakat, sekolah dan negara seperti berbohong, mengendari kendaraan dengan klakson yang keras,
membolos sekolah, mencuri, mabuk-mabukan, hamil di luar nikah dan lainnya. Norma kesusilaan mengendaki agar tidak
berbuat sesuatu yang menjerumusan diri sendiri sebagai manusia yang jelek, hina dan tercela, sebaliknya agar tiap-tiap orang
untuk bersikap dan berbuat lebih baik dalam batinnya maupun dalam tindakannya. Selain melanggar norma susila, perilaku
penyimpangan juga tidak sesuai dengan norma hukum.Tindakan pencurian juga merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan
norma agama. Hasil temuan di lapangan bahwa bentuk-bentuk Perilaku
Menyimpang Remaja di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, diklasifikasikan terdapat perilaku menyimpang yang
masih dapat diterima masyarakat merupakan penyimpangan primer Primary Deviation dan terdapat perilaku menyimpang
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat penyimpangan sekunder Secundary Deviation. Tindakan merokok merupakan
suatu pemandangan yang sangat tidak asing bagi remaja di Kecamatan Rowosari.
Kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja biasanya di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya
karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan penulis, bahwa ada penyimpangan perilaku yang dianggap tidak melanggar
normatif, karena semua warga sudah memakluminya bukan suatu penyimpangan, di mana anak dapat merokok, baik di
depan kelaurga maupun di depan kelompoknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dan yang dilakukan oleh penulis, pada dasarnya variabel-variabel bebas
memberikan kontribusi terhadap variabel terikat, sehingga dalam hal ini, apa yang dilakukan penelitian oleh penulis, hasil yang diperoleh
mendekati dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti lain.
B. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Perhatian Orangtua terhadap Penyimpangan Perilaku
Peranan orangtua dalam dunia pendidikan sangatlah dibutuhkan sebagai penunjang prestasi akademik anak di sekolah. Seperti diketahui
banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seorang anak,
salah satunya adalah dukungan orangtua, yaitu suatu bentuk perlakuan orangtua dalam memberikan perhatian serta bantuan dalam masalah-
masalah dibidang pendidikan guna mencapai prestasi akademik yang dihadapi anaknya. Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kesadaran orangtua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung
jawab orangtua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Konteknya dengan tanggung jawab orangtua dalam pendidikan, maka
orangtua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak orangtua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model
seharusnya orangtua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang
mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka.
Fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan dimana antara orangtua dan anak terjalin komunikasi edukatif, dalam mencapai keberhasilan proses
pendidikannya. Sebab peranan orangtua sangat bersifat menentukan. Dan cara praktis lebih mengenal anak, lebih leluasa, lebih dekat yang tanpa
formalitas-formalitas, hal itu lebih berperan dalam menentukan kegiatan belajar anaknya. Sehubungan dengan itu, banyak para ahli pendidikan
mengemukakan tentang perhatian orangtua terhadap kegiatan pendidikan anaknya yang diantaranya menyoroti; orangtua sebagai pengawas kegiatan
belajar anak, pendorong semangat belajar, membangkitkan minat, memberi fasilitas, menentukan waktu dan disiplin belajar, memberi bantuan belajar,
memperhatikan kesehatan dan menciptakan iklim belajar di rumah.
Kaitan antara perhatian orangtua dan penyimpangan perilaku adalah kasus-kasus keriminal yang terjadi salah satunya, karena perhatian orangtua
yang kurang terhadap anak, sehingga anak akan mencari sesuatu agar mendapat perhatian dari orangtuanya. Sesuatu yang dicari oleh anak
terkadang hal yang bertentangan dengan norma atau kaidah yang berlaku seperti penggunaan obat terlarang, melakukan sex bebas, dll.
Berdasarkan uraian di atas diduga terdapat pengaruh negatif perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku.
2. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku
Suatu kenyataan yang terjadi dalam kehidupan pembelajaran dewasa ini bahwa hasil pembelajaran banyak dipengaruhi oleh proses
pembelajaran siswa, perencanaan pembelajaran, dan penataan lingkungan, khususnya lingkungan belajar. Lingkungan belajar siswa di
sekolah baik di kelas maupun di lingkungan kelas kurang ditata sedemikian rupa yang mendukung proses pembelajaran di kelas, dan para
guru dalam mengajar menggunakan model atau pendekatan pembelajaran
mengikuti yang sedang dikembangkan namun tidak dibarengi dengan setting
kelas yang dituntut oleh model atau pendekatan yang digunakan tersebut.
Lingkungan sekolah merupakan situasi atau suasana yang muncul karena adanya hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan
guru, guru dengan peserta didik atau hubungan antara peserta didik yang menjadi ciri khas sekolah yang ikut mempengaruhi proses belajar
mengajar di sekolah.
Kepala sekolah memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan sekolah, baik fisik maupun non fisik yang kondusif
akademik, karena keadaan ini merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman,
nyaman dan tertib, optimisme dan ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa adalah contoh-
contoh iklim yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Suasana sekolah yang efektif dirasakan, sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat
praktis, dan penuh kejujuran. Sekolah selalu beranggapan, bahwa lingkungan sekolah yang baik merupakan prioritas utama untuk
pencapaian kemajuan.
Lingkungan sekolah yang positif adanya hubungan yang harmonis atau akrab antara personel sekolah, adanya hubungan kekeluargaan,
adanya saling percaya diantara para guru yang menyebabkan suasana menjadi nyaman, para guru memiliki sifat antusiasme dalam bekerja,
adanya komitmen yang tinggi para guru terhadap sekolahnya, dan para guru merasa bangga terhadap sekolah mereka. Sedangkan lingkungan
sekolah yang negatif adalah tidak adanya hubungan yang harmonis atau akrab antara personil sekolah, tidak adanya hubungan kekeluargaan,
tidak adanya saling percaya antara para guru yang menyebabkan suasana sekolah tidak nyaman, para guru tidak memiliki sifat antusiasme dalam
bekerja, tidak adanya komitmen yang tinggi terhadap sekolahnya, dan para guru tidak merasa bangga dengan sekolah mereka, sehingga
perhatian kepada siswa menjadi tidak maksimal yang menyebabkan terjadinya kejenuhan yang berakibat siswa akan melawan terhadap
gurunya.
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku
menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan adanya
kesempatan untuk berperilaku menyimpang. Masalah sosial dalam perspektif perilaku menyimpang terjadi karena terdapat penyimpangan
perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai
sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung
makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut berarti telah menyimpang.
Disorganisasi sosial pada masyarakat, seringkali terjadi bukan sekedar ketidakpastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial,
tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar. Perilaku
menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam batas-batas tertentu kenakalan
adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut
tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja.
Kaitan antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah dengan penyimpangan perilaku, bahwa penyimpangan perilaku tidak lepas dari
perhatian orangtua yang memiliki peran utama dalam terbentuknya akhlak, moral yang baik, sehingga anak akan siap untuk mengaruhngi
kehidupan dunia ini, apalagi untuk masa sekarang ini pengaruh lingkungan sangat dominan sekali terhadap perkembangan mental anak,
bahkan yang lebih mempengaruhi akhlak anak adalah pengaruh media khususnya tayangan televisi, film, majalah dan jaring sosial Facebook.
Berdasarkan uraian di atas diduga lingkungan sekolah tidak berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku.
Berdasarkan pada kerangka pikir di atas, maka penelitian ini telah didesain dengan model penelitian seperti di bawah ini:
Perhatian Orangtua: 1. Kontrol dan pemantauan
2. dukungan dan
keterlibatan 3. komunikasi dan
pendisiplinan
Sri Lestari, 2012 Kathryn Geldard dan David
Geldard, 2011
Lingkungan Sekolah: 1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial 3. Lingkungan akademis
Sukmadinata, 2005
Penyimpangan Perilaku:
1. Kenakalan yang
menimbulkan korban fisik dan
materi
2. Kenakalan yang melawan status dan
sosial
Jensen dalam Sarlito Wirawan Sarwono; 211
C. Hipotesis Penelitian