Latar Belakang Masalah Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Atas SMA adalah sekolah pendidikan tingkat menengah di mana umumnya siswa Sekolah Menengah Atas berusia 16-18 tahun, ini artinya secara fisik siswa sudah masuk remaja atau dewasa namun secara psikis masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orangtua dan guru. Gambaran siswa yang ada di Kota Bekasi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Kota lainnya di Seluruh NKRI. Bekasi sebagai kota penyangga dari kota Metropolitan akan berimbas pada kota-kota di sampingnya. Secara kultur kota Bekasi adalah kota agamis, dengan indikator banyak sekolah berbasis agama, seperti pesantren dan madrasah. Berdasarkan pada perkembangan global arus informasi yang tidak dapat dibendung, namun hanya dapat memfilterisasi saja, maka sudah menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk Pemda Kota Bekasi. Penyimpangan perilaku siswa yang dilakukan siswa-siswa yang berada di Wilayah Kota Bekasi, khususnya SMA PGRI 1 dan SMA Muhammadiyah merupakan imbas atau dampak dari arus informasi yang terjadi pada belahan dunia lain, artinya siswa melakukan penyimpangan tersebut karena telah ada contoh yang dilihat sehingga seolah-olah perbuatan tersebut menjadi trendi atau sedang disukai oelh anak-anak remaja. Oleh karena itu peran dan perhatian orangtua terhadap anaknya harus benar-benar, mengingat kesibukan orangtua juga yang memiliki waktu sedikit untuk berkomunikasi dengan anaknya. Gambaran sekilas di atas yang dipaparkan penulis mengenai SMA yang berada di Kota Bekasi tidak lepas dari faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi emosi dan perilakunya, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perialku yang dianggap tidak wajar atau menyimpang. Untuk itu penulis akan menjelaskan secara rinci melalui latar belakang masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan sejumlah perubahan dan perkembangan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik pola pikir, cara pandang, gaya hidup, sistem berkomunikasi, aplikasi interaksi, model bergaul, dan sebagainya. Demikian pula dengan kondisi tatanan kehidupan masyarakat telah bergeser dari sistem tradisional ke sistem modern. Melirik kondisi realitas yang semakin hari semakin berubah, maka tak seorang pun dapat menahan lajunya arus perkembangan globalisasi dan modernisasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Upaya yang dapat dilakukan manusia terhadap kemajuan globalisasi ini adalah dengan cara menyaring atau memfilterisasi segala macam suguhan dunia modern agar tidak terlena, terbawa arus dan salah kaprah. Bagi generasi tua, problema globalisasi dan modernisasi bukan persoalan mendasar lagi, karena telah cukup merasakannya. Namun, bagi generasi muda; khususnya remaja, masalah kemajuan IPTEK, globalisasi atau modernisasi merupakan suatu problem atau persoalan tersendiri di alam modern. 1 Secara umum remaja dapat dilihat dan diamati sebagai suatu fase dalam siklus pembentukan kepribadian manusia. Fase remaja ini mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri-ciri yang menonjol dari fase remaja yang tertuang dalam pola-pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, di antaranya kemurnian idealismenya, keberanian, dan keterbukaan dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru, memiliki semangat pengabdian, spontanitas, dinamis, inovatif serta kreatif. Umumnya para remaja menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif yang berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada dari sebagian remaja yang sikap dan perilakunya mengarah pada perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut biasa berwujud perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma hukum, sosial dan agama seperti; perkelahian antara pelajar tawuran, penyalahgunaan obat- obatan terlarang, membolos dari sekolah, penodongan, dan melakukan berbagai tindak pidana lainnya. Perbuatan yang demikian jelas menimbulkan masalah dan kerugian bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Istilah penyimpangan perilaku remaja dalam hal ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas SMA lebih kepada istilah kenakalan remajasiswa. Kenakalan remaja merupakan penyimpangan perilaku remaja terhadap kaidah, norma, atau aturan agama, sosial dan masyarakat, artinya apabila remaja tersebut telah melanggar norma atau kaidah di atas, maka dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja atau telah melakukan penyimpangan perilaku. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku antara lain kesalahan sistem pengajaran di sekolah yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi kultural, kurangnya perhatian orangtua, dan kurangnya kepedulian masyarakat pada masalah remaja. Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu dilakukan secara sistemik dan komprehensip melalui lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan melalui kebijakan pemerintah. Mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara terintegrasi sehingga permasalahan yang dihadapi para remaja dapat ditanggulangi secara tuntas. Salah satu penyebab anak usia sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman dalam kehidupannya. Dengan demikian, siswa sangat mudah untuk mengadopsi sesuatu yang ada di masyarakat tanpa menyaring terlebih dahulu. Untuk itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif, ke sistem pengajaran yang seimbang antara kognitif, afektif dan psikomotor. Perpaduan ketiga aspek tersebut akan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek afektif sikap, minat, sistem nilai, apresiasi akan berdampak positif terhadap perilaku siswa. Setiap siswa pada dasarnya memiliki sistem nilai, jika sistem nilai ini diklarifikasikan maka akan mempengaruhi perilaku siswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Penanaman sistem nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan berbagai strategi dengan melibatkan semua guru bidang studi. Menanggulangi masalah kenakalan remaja khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru Agama, guru Pendidikan Moralbudi pekerti, dan guru Bimbingan Konseling BK. Guru agama dalam menjelaskan masalah kenakalan remaja perilaku menyimpang, misalnya; penggunaan narkotik, minuman keras, sex bebas, dll. bisa dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mencari ayat Al-Quran dan hadist nabi yang berkaitan dengan masalah tersebut, sehingga siswa akan memahami betul isi dari ajaran agama yang diyakininya berkaitan dengan permasalahan. Strategi pemberian tugas tersebut diharapkan siswa akan mengerti, menyadari, dan memahami dengan penuh makna apa yang dipelajari sehingga siswa taat akan agamanya, serta mengetahui akibat jika melakukan tindakan yang salah. Dalam hal ini agama Islam dengan tegas melarang umatnya minum minuman keras. Agama Islam menganjurkan pada umatnya agar sesama manusia untuk saling mengenal, menolong, dan bekerjasama bukan untuk saling berkelahi, karena dengan saling tolong menolong dan bekerjasama akan mendatangkan suatu keuntungan. Guru Bimbingan Konseling BK sangat berperan dalam menangani masalah siswa remaja, melaui guru BK diharapkan siswa mau menyampaikan masalah yang dihadapinya, karena BK memiliki keahlian khusus dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan haruslah humanis melalui sentuhan jiwa rohani. Dengan demikian, diharapkan BK dapat dijadikan tempat berdialog para siswa dalam mengahadapi suatu persoalan. Dengan pendekatan personal ini maka siswa merasa dilindungi diperhatikan. Keluarga sebagai tempat pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai, norma yang berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut orangtua harus menanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak sedini mungkin, Agamalah yang dapat mengendalikan perilaku manusia, jika melakukan ajaran agama dengan baik maka baiklah perilakunya tersebut. Orangtua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan anaknya dalam rangka memahami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik serta permasalahan yang dihadapi anaknya, memecahkan permasalahan yang dihadapi anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh anggota keluarga, orangtua juga harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat lebih mudah mengontrol anaknya, apakah temanya tersebut baik atau tidak. Kehadiran anak adalah anugerah dari sang pencipta, orangtua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orangtua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orangtua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orangtuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut. Tidak hanya karena faktor organ akan tetapi usia sangat mempengaruhi terhadap tindakan seorang remaja untuk melakukan penyimpangan. Berdasarkan laporan BKKBN bahwa meningkatnya jumlah kasus seks bebas menyebabkan makin tingginya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan KTD. Kehamilan yang tidak diinginkan KTD pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun. Bahkan beberapa survei yang dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah pelajar. Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Menurut Hurlock 2011:206 masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya. Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orangtua. Orangtua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya, karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku yang negatif. Penyimpangan perilaku remaja dalam kehidupan sehari-hari, banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti perhatian orangtua terhadap anaknya, mengingat di zaman modern sekarang ini, baik ayah atau ibunya sudah sama- sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di kantor, sehingga kesempatan anak untuk kumpul bareng dengan ayah dan ibu sudah jarang, hal inilah yang menyebabkan anak akan kehilangan tempat pengaduan dan keluhkesahnya dalam menjalani hidup ini, yang pada akhirnya anak akan mengisi kekosongan hidupnya dengan berkumpul atau berteman dengan anak yang sebaya atau bahkan lebih tua. Dari sinilah awal terjadinya penyimpangan perilaku remaja, karena remaja butuh perhatian sehingga ia melakukan sesuatu yang kurang baik misalnya: terlibat tawuran, narkoba, pergaulan bebas, bahkan kasus kriminal seperti pencurian. Anak melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan agama, maupun hukum, semata-mata agar orangtuanya memperhatikan dirinya secara utuh. Berdasarkan laporan beberapa media cetak seperti yang dilaporkan harian koran kompas 15 April 2013 bahwa kasus-kasus kenakalan anak dan remaja sering menimbulkan pro dan kontra di antara pihak penegak hukum dan pemerhati dunia anak. Lihat saja kasus Pemerkosaan dengan tipu daya terhadap remaja putri oleh kenalannya di media sosial yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya kian mengkhawatirkan. Kejahatan yang terindikasi muncul pada 2010 ini jumlahnya bertambah setiap tahun. Belakangan, kejahatan itu dilakukan oleh geng. Kualitasnya pun meningkat, dari biasanya dilakukan satu pelaku, menjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh geng remaja. Kasus pemerkosaan yang dilakukan kelompok atau geng ini terjadi pada bulan Maret di wilayah Jakarta Timur, sebanyak dua kasus. Satu kasus menimpa siswi SMP berinisial ES 13 dan kasus lainnya menimpa siswi SMK berinisial NR 15. Keduanya diperkosa lantaran bertemu teman laki-laki yang dikenalnya melalui media sosial Facebook. Menurut kriminolog Universitas Indonesia UI, Adrianus Meliala, baru kali ini muncul pemerkosaan dilakukan oleh geng remaja. Kejahatan geng remaja ataupun pemuda selama ini sebatas terjadi pada kasus narkoba dan tawuran. Berdasarkan catatan Kompas, Pada 2012, SS 15, anak dari keluarga pengusaha, berperawakan tinggi dan berparas oriental, dibawa lari kenalannya di Facebook berinisial BH alias Mika 32. Cita-citanya menjadi model dimanfaatkan Mika dengan menjanjikan SS sebagai model asalkan pergi dengannya. Total 11 hari SS menghilang, dia dibawa pelaku menginap di motel dan indekosnya di Tanjung Duren, Jakarta Barat. SS termakan doktrin pelaku untuk bisa jadi model terkenal. Selama itu, SS difoto bugil dan disetubuhi pelaku. Dari beberapa korban yang ditangani, menurut Liza Marielly Djaprie, psikolog yang menangani beberapa korban pemerkosaan, tak muncul insting survival pada diri mereka, seperti melarikan diri atau berteriak saat bersama pelaku. Kondisi kehidupan di Jakarta yang berorientasi pada konsumsi, kata Liza, juga diperkirakan membuat anak semakin mudah dimanipulasi dengan iming-iming. Sementara itu, Sosiolog UI, Imam B Prasodjo, yang giat membina kelompok pemuda, mengungkapkan, remaja dan pemuda di dalam geng itu tak hanya terfokus pada masalah tawuran dan narkoba. Dalam kehidupannya, mereka juga dekat dengan seks. Oleh karena itu, pemerintah tidak bisa tutup mata. Kedua orangtua yaitu Ayah dan Ibu adalah guru juga, yang sama penting peranannya di lingkungan keluarga. Dalam mendidik, hendaknya orangtua menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang. Peranan orangtua sama pentingnya harus mendukung dalam sebuah pendidikan di sekolah, orangtua sama layaknya seperti guru-guru dalam sekolah yang digugu dan ditiru. Dalam sebuah proses pendidikan dan perkembangan siswa dalam sebuah akademi pendidikan orangtualah yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap keberhasilan anaknya, karena waktu siswa di sekolah lebih sedikit dari pada waktu siswa dalam lingkungan keluarga. Sebagai orangtua yang cerdas dan dapat mengemban amanat seharusnya orangtua dapat membagi waktu dengan seimbang antara mencari materi dengan memperhatikan perkembangan pendidikan anak. Namun terkadang kedua orangtua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga anak akan diasuh dan dididik oleh seorang pembantu rumah tangga. Orangtua di mata anak adalah model yang harus ditiru dan diteladani, sebagai model seharusnya orangtua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anaknya. Kurangnya perhatian dan dukungan dari orangtua dapat menyebabkan anak malas, acuh tak acuh dan kurang minat dalam belajar. Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kontrol dan bimbingan terhadap anak dalam sangat kurang dapat menyebabkan anak kurang bergairah dalam belajar. Anak membutuhkan rangsangan, motivasi, bimbingan atau dukungan dari orangtua. Untuk memberikan dukungan ini hendaknya orangtua melakukan berbagi usaha, di antaranya membimbing anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimiliki, memberikan pujian dan kasih sayang. Dukungan dari orangtua sangat penting dalam membangkitkan minat dan rangsanagn anak untuk belajar. Kasus-kasus yang terjadi di berbagai daerah khususnya di kota metropolitan, salah satu faktor penyebabnya adalah kesibukan orangtua terhadap pekerjaannya, yang menyebabkan sulitnya anak untuk berkomunikasi yang pada akhirnya anak akan mencari sesuatu sebagai pengganti dari orangtunya tersebut, maka anak akan berkenalan dengan orang yang lebih memperhatikan dirinya ketimbang ibunya. salah satu contoh penggunaan obat narkotika, psikotropika, dan zat adiktif napza. Berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya yang dilaporkan Koran KompasKamis, 07 Maret 2013 jumlah pengguna napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik. Pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Menurut Kepala Bagian Pengawasan dan Pengendalian Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Sri Hastuti mengatakan, kerentanan remaja dipengaruhi faktor lingkungan. Kondisi mental remaja yang biasanya ingin tahu dan labil, jika ditambah pergaulan yang tidak sehat, bisa menjerumuskan mereka ke praktik penyalahgunaan napza. Situasinya lebih parah kalau keluarga tidak memperhatikan anak-anak, ujar Sri. Orangtua memegang peranan penting sebagai penyambung dan penafsir kehidupan masyarakat dan kebudayaan terhadap anaknya. Anak mempelajari status sosial dalam lingkungan keluarga melalui perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orangtuanya. Ketidakberdayaan anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak bergantung pada orang di sekitarnya. Pada saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja, lingkungan keluarga tetap memegang peranan penting, sebagai pembentuk karakter, moral, akhlak, dan kepribadian anak. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang siswa adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial sekolah menyangkut hubungan siswa dengan kawan- kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya. Lingkungan sekolah pada latar penelitian yang dilakukan penulis di SMA Kota Bekasi, sangat kompleks mengingat sekolah tersebut berdekatan dengan pusat keramaian yaitu pasar, sehingga memudahkan terjadinya berbagai penyimpangan perilaku, seperti merokok, bergaul dengan anak-anak pasar yang tidak bersekolah, membolos. Gambaran selintas bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan beragam, namun yang perlu diwaspadai bahwa dari berkumpulnya banyak orang dapat menyebabkan terjadinya interaksi sosial yang kurang kondusif. Peranan guru dalam proses pembelajaran yang merupakan bagian dari lingkungan sekolah sangat berperan perilaku siswanya, apabila guru melakukan pendekatan yang salah terhadap siswa, maka akan membuat siswa kecewa, misalnya dalam penanganan suatu masalahkasus yang dihadapi siswa, terkadang guru akan memvonis siswa tersebut bersalah, tetapi bila dilakukan pendekatan secara personal dan menggali akar permasalahan yang terjadi yang sebenarnya, maka siswa akan bercerita dan berterus terang atas masalah yang dihadapinya. Penelitian awal yang dilakukan penulis pada beberapa SMA Swasta yang berada di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, di mana kasus-kasus terjadinya penyimpangan perilaku sudah tampak jelas dari cara bergaul siswa- siswa, ketika mereka jam Istirahat terutama di ruang Kantin Sekolah, begitu pula motivasi siswa terhadap belajar masih sangat rendah dengan indikator ketika bel berbunyi untuk jam masuk ke kelas, mereka masuk ke ruang kelas dengan santainya, tanpa merasa mereka bersalah, padahal jam bel masuk sudah berbunyi. Sementara perhatian orangtua denga anaknya juga masih kurang harmonis, dengan indikator siswa kurang terbuka dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Beberapa kasus yang terjadi di Sekolah Menengah Atas SMA di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, seperti yang tergambar berikut ini: 1. Mencuri Hp dan uang di dalam kelas, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua. 2. Kabur dari sekolah sebelum waktu belajar berakhir, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua. 3. Menyebarkan informasi yang tidak bermanfaat, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian. 4. Bolos sekolah, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua. Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa beberapa kasus penyimpangan perilaku siswa, terjadi akibat berbagai faktor yang menyelimuti psikologis siswa terutama faktor lingkungan sekolah dan perhatian orangtua. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas diduga ini terjadi karena kurangnya perhatian orangtua dan lingkungan sekolah, maka ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih jauh, sehingga penulis membuat judul tesis mengenai: “Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi ”

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Di Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi

32 157 64

Pengaruh Komunikasi Orangtua dan Motivasi Belajar Terhadap Karakter Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.

0 5 184

Analisis kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan desain model kurikulum berwawasan lingkungan sekolah menengah atas (Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi)

0 15 359

Analisis kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan desain model kurikulum berwawasan lingkungan sekolah menengah atas (Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi)

0 16 177

Eksternalitas Negatif Akibat Kebisingan Kereta Api Terhadap Masyarakat di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi

1 7 92

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU : Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi.

0 1 85

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (Studi Kualitatif Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi).

0 2 46

Pengaruh lingkungan kerja, kompensasi, dan kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Menengah Atas se-Sleman Timur.

1 4 228

Pengaruh lingkungan kerja, kompensasi, dan kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Menengah Atas se Sleman Timur

0 2 226

Audit manajemen atas realisasi anggaran biaya operasional : studi kasus di sekolah menengah pertama [SMP] St. Lusia Bekasi Timur - USD Repository

0 5 136