Perencanaan Pembangunan Pembangunan Ekonomi

commit to user Hasil penelitian tersebut dapat memberikan informasi dan gambaran secara komprehensif, sehingga akan mempermudah penelitian ini untuk menentukan strategi pengembangan wilayah berbasis tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian tersebut juga digunakan sebagai pembanding, khususnya penelitian yang di Kabupaten Sragen untuk mengetahui perkembangan dari sektor pertanian.

B. Tinjauan Pustaka

1. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh sebuah institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Artinya, dalam sebuah proses perencanaan, lembaga perencana wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, keamanan,kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya yang ada si wilayah tersebut Widodo, 2006. Perencanaan pembangunan pada umumnya dilakukan oleh ahli-ahli ekonomi dan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan oleh aparat-aparat pemerintah, pengusaha swasta maupun pelaksana-pelaksana perusahaan pemerintah, dan individu-individu dalam masyarakat. Apabila pelaksana pembangunan menjalankan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang digariskan oleh perencana pembangunan, maka proses pembangunan akan tidak berjalan seperti yang direncanakan dan menimbulkan corak pembangunan ekonomi yang tidak diharapkan. Oleh sebab itu adalah kurang pada tempatnya memundakkan seluruh tanggung jawab dari kepincangan yang terjadi dalam proses pembangunan kepada ahli-ahli ekonomi Sukirno, 1985.

2. Pembangunan Ekonomi

Pandangan pembangunan lama atau dikenal dengan pembangunan tradisional menyatakan bahwa pembangunan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto PDB ditingkat nasional commit to user atau Produk Domestik Regional Bruto PDRB ditingkat daerah. Penggunaan indikator ini terkait dengan kemampuan indikator ini dalam mencerminkan tingkat kemakmuran bangsa. Indikator ini memungkinkan kita untuk mengetahui tingkat output yang diproduksi di sebuah negara untuk dikonsumsi oleh penduduknya Widodo, 2006. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada hakikatnya, pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikankeragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak lebih maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara materiil dan spiritual Todaro dan Smith, 2006. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi economic growth; pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi Anonim, 2010. Tujuan pembangunan ekonomi adalah disamping menaikkan pendapatan nasional. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan commit to user ekonomi suatu negara. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu : a. Faktor Ekonomi b. Faktor Non Ekonomi seperti sistem pemerintahan, hukum, pendidikan, agama, kebudayaan, adat istiadat, tradisi dan sebagainya. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia yang bersangkutan kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan tindakan tertentu Martono, 2008. 3. Pembangunan Daerah Basis otonomi daerah tersebut adalah daerah Kabupaten dan daerah Kota yang didasarkan pada azas desentralisasi, adapun daerah propinsi merupakan wakil pemerintah pusat yang menyelenggarakan urusan administrasi yang mencakup lintas daerah kabupaten dan daerah kota. Diberlakukannya Otonomi Daerah, harus kita sadari bahwa bersamaan pula adanya desakan dari arus globalisasi bagi masyarakat, antara lain menimbulkan beberapa tantangan; pertama, berbagai produk akan menghadapi persaingan yang sengit dengan produk yang datang dari luar. Bagi semua hasil produksi termasuk dari pertanian, industri mikro dan keluarga tidak ada jalan lain kecuali meningkatkan daya saing produk. Dalam posisi SDM rendah kualitas dan teknologi yang tidak tepat, maka akan kalah bersaing. Kedua, arus globalisasi akan mengundang semakin terbukanya peluang investasi asing, sehingga perusahaan domestik harus bersaing dengan usaha asing di negerinya sendiri. Untuk itu diperlukan kebijakan pemerintah tentang perlunya penyertaan partner lokal, agar usaha domestik ikut maju Karsidi, 2000. Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya. Dan kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor commit to user secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor industri sedangkan daerah lain mengalami penurunan Kuncoro, 2004 b . 4. Pembangunan Pertanian Tantangan pembangunan pertanian Indonesia ke depan antara lain bagaimana memenuhi kebutuhan pangan serta keseimbangan gizi keluarga; memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan perbibitan; meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian; membuka akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah bagi petanipeternak kecil; memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif di perdesaan; menciptakan sistem penyuluhan pertanian yang efektif; membudayakan penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah; mengupayakan adaptasi terhadap perubahan iklim dan pelestarian lingkungan hidup; menciptakan kebijakan harga pricing policies yang proporsional untuk produk-produk pertanian khusus; mengupayakan pencapaian Millenium Development Goals MDG’s yang mencakup angka kemiskinan, pengangguran, dan rawan pangan; memperkuat kemampuan untuk bersaing di pasar global serta mengatasi pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global; serta memperbaiki citra petani dan pertanian agar kembali diminati generasi penerus Deptan, 2009. 5. Peranan Sektor Pertanian Pakar ilmu ekonomi mulai menyadari bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan sektor pertanian pada khususnya ternyata tidak bersifat pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan pada kedudukan sebenarnya, yakni sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan bahkan menentukan dalam strategi- strategi pembangunan secara keseluruhan, terutama pada negara sedang berkembang yang berpendapatan rendah Todaro dan Smith, 2006. commit to user Pertanian dapat bekerjasama secara harmonis dengan sektor-sektor lain untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat, mengurangi kemiskinan, dan melestarikan lingkungan. Dunia pertanian berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sebagai mata pencaharian dan sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga menjadikan sektor ini sebuah instrumen unik bagi pembangunan Grup Bank Dunia, 2008. Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal : i menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat. ii meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier. iii menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus menerus. iv meningkatkan pendapatan untuk dimobilisasi pemerintah. v memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan Jhingan, 2007. 6. Pembangunan Sektor Tanaman Bahan Makanan Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produktivitas, maka pendapatan para petani akan meningkat. Dalam situasi dimana kenaikan produksi komoditi pertanian tertinggal di belakang pertumbuhan permintaannya, maka akan timbul kenaikan harga bahan makanan. Untuk menutup kelangkaan dalam negeri dan mencegah membumbungnya harga bahan pangan dapat saja di impor dari luar negeri, tetapi impor demikian mungkin akan mengorbankan barang-barang modal yang diperlukan untuk pembangunan. Kesemuanya ini menekan perlunya menaikkan produksi pangan dan surplus pertanian untuk pembentukan modal di negara terbelakang Jhingan, 2007. Program ketahanan pangan belum bisa terlepas sepenuhnya dari beras sebagai komoditi basis yang strategis. Hal ini tersurat pada rumusan pembangunan pertanian bahwa sasaran indikatif produksi komoditas commit to user utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan pemerintah juga masih berbasis pada beras. Namun demikian, dengan semakin berkurangnya areal garapan per petani, keterbatasan pasokan air irigasi dan mahalnya harga input serta relatif rendahnya harga produk dapat menjadi faktor-faktor pembataskendala untuk program peningkatan kesejahteraan dan kemandirian petani yang berbasis sumberdaya lokal tersebut Darwanto dan Ratnaningtyas, 2007. 7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Metode analisis itu diantaranya adalah : a. Metode Analisis LQ Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah referensi pola pengeluaran secara geografi adalah sama. Produktivitas tenaga kerja adalah sama dan setiap industri menghasilkan orang yang sama homogen pada setiap sektor Arsyad, 1999. b. Metode Analisis Shift-Share Menurut Widodo 2006, analisis Shift Share adalah salah satu teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan tiga informasi dasar yang berhubungan satu sama lain, yaitu: 1 Pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional national growth effect, yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. 2 Pergeseran proporsional proportional shift, yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. commit to user 3 Pergeseran diferensial differential shift yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah lokal dengan perekonomian yang dijadikan referensi. c. Metode Input output Menurut Kuncoro 2004 a , manfaat analisis input output antara lain menyajikan gambaran rinci mengenai struktur ekonomi pada suatu kurun waktu tertentu, memberikan gambaran lengkap mengenai aliran barang, jasa, dan input antar sektor, dan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan situasikebijakan ekonomi Analisis IO dipergunakan untuk perencanaan ekonomi nasional maupun regional. Model IO memberikan informasi yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama suatu jangka waktu atau suatu waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin mengalokasikan sumberdaya-sumberdaya ekonomi menuju cita-cita yang diinginkan. Selain dapat mengetahui besarnya keterkaitan antarsektor baik ke depan maupun ke belakang, perencana juga dapat mengetahui besarnya angka pengganda dari setiap sektor produksi dalam perekonomian tersebut. Angka pengganda yang dihasilkan dari model IO mencakup angka pengganda output, tenaga kerja serta pendapatan. Dari keduanya angka pengganda dan koefisien keterkaitan antarsektor dapat diketahui sektor apa yang menjadi unggulan daerah serta yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi regional Widodo, 2006. d. Metode Tipologi Klassen Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial, dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis commit to user Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori tersebut didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan Tabel 6. Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen Rerata Kontribusi Sektoral thd PDRB Rerata Laju Pertumbuhan Sektoral Y SEKTOR ≥ Y PDRB Y SEKTOR Y PDRB r SEKTOR ≥ r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang r SEKTOR r PDRB Sektor Potensial Sektor Terbelakang Sumber: Widodo, 2006 Keterangan: a. Y SEKTOR = nilai sektor ke i b. Y PRDB = rata-rata PDRB c. r SEKTOR = laju pertumbuhan sektor ke i d. r PDRB = laju pertumbuhan PDRB Bila dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di masa mendatang, dapat dilakukan dengan menentukan strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk masa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. commit to user Tabel 7. Matriks Strategi Pengembangan Jangka Pendek 1-5th Jangka Menengah 5-10th Jangka Panjang 10-25th - sektor prima - sektor berkembang menjadi sektor prima - sektor terbelakang menjadi sektor berkembang - sektor berkembang menjadi sektor prima Sumber : Widodo, 2006

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah