Penelitian Terdahulu LANDASAN TEORI

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Palupi 2009, yang berjudul Dampak Permintaan Akhir Terhadap Sektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sragen dengan Pendekatan Analisis Input-Output, menyatakan bahwa Sektor tanaman bahan makanan menduduki urutan pertama dan keseluruhan nilai output sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen. Hal ini menandakan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan sektor yang relatif penting dalam menyumbang output perekonomian di Kabupaten Sragen. Output sektor tanaman bahan makanan terdiri dari padi dan palawija, buah- buahan dan sayur-sayuran. Output dari sektor tanaman bahan makanan yang relatif tinggi dapat memenuhi permintaan dari sektor perekonomian lain, baik itu permintaan antara maupun permintaan akhir. Hasil penelitian Hastutiningsih 2010, yang berjudul Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Sragen, menyatakan bahwa komoditi pertanian yang paling menjadi basis di banyak kecamatan Kabupaten Sragen adalah padi sawah, kelapa, wijen, domba, dan katak hijau. Padi sawah menjadi basis pada sebelas kecamatan. Jenis padi yang ditanam di Kabupaten Sragen meliputi padi IR64, Menthik, Pandhan Wangi, dan padi organik. Kecamatan yang memiliki nilai LQ rata-rata tertinggi untuk komoditi padi sawah adalah kecamatan Sidoharjo yaitu sebesar 1,77, artinya keseluruhan produksi padi sawah yang ada sebanyak 1 bagian untuk memenuhi kebutuhan di kecamatan Sidoharjo dan 0,77 bagian lainnya untuk ekspor atau memenuhi kebutuhan di luar daerah Kecamatan Sidoharjo. Hasil penelitian Hartanto 2010, yang berjudul Komoditi Tanaman Bahan Makanan Dalam Pengembangan Perekonomian Daerah Kabupaten Wonogiri, dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen menyimpulkan bahwa klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Wonogiri terbagi dalam empat kategori komoditi, yaitu: 12 commit to user 1. Komoditi Prima terdiri dari komoditi padi, kacang tanah, kedelai, mangga dan pisang. 2. Komoditi Potensial terdiri dari komoditi jagung dan ubi kayu. 3. Komoditi Berkembang terdiri dari komoditi cabai, sirsak , bawang merah pepaya, buncis , kacang panjang , alpukat , sawo , jeruk , kentang , kacang hijau , sawi , bayam , terong , mentimun , ketela rambat , wortel , kangkung , tomat , sukun , kubis , labu siam , b awang putih , dan bawang daun. 4. Komoditi Terbelakang terdiri dari komoditi durian sorghum, rambutan, dan nanas. Hasil penelitian Julianti 2010, yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara Pendekatan Tipologi Klassen, menyimpulkan bahwa klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat kategori subsektor, yaitu : 1. Subsektor prima : subsektor peternakan 2. Subsektor potensial : subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan 3. Subsektor berkembang : subsektor kehutanan 4. Subsektor terbelakang : subsektor perikanan Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bajarnegara, meliputi : 1. Strategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk mempertahankan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima. Strategi pengembangan yaitu dengan cara diversifikasi produk hasil peternakan daging dan susu, stabilisasi hasil peternakan dan sistem gaduh ternak. 2. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dari 3 macam alternatif strategi : a. Mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan sektor potensial melalui upaya meningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan commit to user kritis, promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah tanaman bahan makanan dan perkebunan, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani dan peningkatan kualitas SDM petani. b. Mengupayakan sub sektor berkembang menjadi sub sektor potensial, yaitu dengan meningkatkan kontribusi sub sektor berkembang melalui upaya pengembangan hasil hutan non kayu lebah madu, pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi. c. Mengupayakan sub sektor terbelakang menjadi sub sektor berkembang, yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang melalui upaya pengembangan bibit ikan unggul dan penguatan kelompok pembudidaya ikan pokdakan. 3. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu : a. Mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang, yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang, melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan penjualan produk perikanan dan memfasilitasi peningkatan akses pembudidaya ikan terhadap sumber permodalan. b. Mengupayakan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu dengan tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima melalui upaya inseminasi buatan pada ternak, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas. Penelitian-penelitian di atas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi dalam penelitian ini karena: 1. Adanya kesamaan topik penelitian, yaitu mengenai sektor pertanian dan kesamaan lokasi penelitian di Kabupaten Sragen, yaitu dalam penelitian Palupi 2009 dan Hastutiningsih 2010. 2. Adanya kesamaan metode pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen dalam penelitian Hartanto 2010 dan Julianti 2010. commit to user Hasil penelitian tersebut dapat memberikan informasi dan gambaran secara komprehensif, sehingga akan mempermudah penelitian ini untuk menentukan strategi pengembangan wilayah berbasis tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian tersebut juga digunakan sebagai pembanding, khususnya penelitian yang di Kabupaten Sragen untuk mengetahui perkembangan dari sektor pertanian.

B. Tinjauan Pustaka