28
2. Pola Aktivitas Harian Rusa
Data hasil pengamatan aktivitas harian rusa timor dianalisis secara tabulasi untuk mendapatkan nilai proporsi waktu per aktivitas yang dibagi per periode
waktu pagi 06.00-10.00, siang 10.00-14.00 dan sore 14.00-18.00. Data per periode kemudian direkap untuk mengetahui proporsi per aktivitas per hari per
individu.
3. Parameter Populasi
Data hasil sensus satwa dianalisis rumus penghitungan populasi berdasarkan variasi temporal menurut Kartono 1994 sebagai berikut:
a. Rata-rata populasi:
b. Keragaman dan Kesalahan Baku:
c. Nilai Dugaan Selang Populasi:
d. Nilai Koefisien Variasi:
e. Tingkat Ketelitian:
Perbandingan sex ratio dan struktur umur dalam populasi dianalisis dengan menggunakan
Piramida Populasi
menurut Tarumingkeng
1992 untuk
mengetahui pola pertumbuhan populasi rusa. Hasil sensus dihubungkan dengan data populasi rusa tahun 2004 – 2008 untuk mendapatkan nilai angka kelahiran
dan angka kematian serta laju pertumbuhan populasi r. Persamaan yang digunakan untuk menentukan angka kelahiran adalah sebagai berikut:
i i
n x
x Σ
=
Dimana: n
i
= jumlah ulangan x
i
= jumlah total individu satwa pada hari ke-i
1
2 2
2
− Σ
− Σ
= n
n x
x s
i i
x
x
s t
x D
α ±
=
100 x
x s
CV
x
=
100 CV
P −
=
29
Angka kematian menyatakan suatu perbandingan antara jumlah total individu yang mati terhadap jumlah total individu pada suatu periode tertentu. Persamaan
yang digunakan untuk menentukan angka kematian adalah sebagai berikut:
Laju pertumbuhan
populasi dirata-ratakan
menggunakan formula
penghitungan rata-rata laju pertumbuhan secara geometris sebagai berikut Walpole 1992:
t t
r r
r r
r ....
2 .
1 .
=
4. Model Pertumbuhan Populasi
Model pertumbuhan populasi disusun menggunakan model pertumbuhan populasi terpaut kerapatan atau disebut model pertumbuhan logistik, dengan
bentuk persamaan sebagai berikut:
rt e
. 1
K t
N −
− +
= N
N K
Keterangan: N
t
= Ukuran populasi pada waktu ke-t N
= Ukuran populasi awal K
= Kapasitas daya dukung lingkungan r
= Laju pertumbuhan e
= Bilangan Euler 2,71828..... t
= Waktu ke-t B
b =
N
D d
= N
Keterangan :
b = Angka kelahiran kasar B = Jumlah individu kelompok bayi
N = Jumlah seluruh betina produktif
Keterangan :
d = Angka kematian kasar D = Jumlah individu mati dalam waktu 1 thn
N = Jumlah seluruh anggota produktif
Keterangan : r
= Rata-rata laju pertumbuhan populasi t
= Jumlah tahun yang diperhitungkan ro – rt = Laju pertumbuhan dari tahun 2004 - 2009
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Habitat
Kawasan Cagar AlamTaman Wisata Alam Pananjung Pangandaran memiliki luas keseluruhan 530 ha. Taman Wisata Alam TWA memiliki luasan
37,7 ha, pada bagian utara kawasan dan kawasan Cagar Alam CA pada bagian selatan dengan luasan 492,3 ha BKSDA Jabar, 2006. Vegetasi dalam kawasan,
membentuk 3 tiga tipe ekosistem, yaitu : Ekosistem Padang Rumput, Ekosistem Hutan Pantai, dan Ekosistem Hutan Dataran Rendah. Ekosistem hutan dalam
kawasan ini didominasi oleh hutan-hutan sekunder tua, hanya sebagian kecil di bagian selatan kawasan yang merupakan hutan primer. Tipe-tipe ekosistem ini
merupakan habitat dari rusa timor dalam kawasan.
1. Komposisi dan Jenis Vegetasi
Berdasarkan hasil analisa vegetasi tumbuhan bawah pada semua tipe ekosistem yang ada dalam kawasan Cagar AlamTaman Wisata Alam Pananjung
Pangandaran, didapatkan sebanyak 106 jenis tumbuhan dari 54 famili, dimana famili Euphorbiaceae yang paling banyak ditemukan di lapangan.
a. Ekosistem Padang Rumput
Kawasan CATWA Pananjung Pangandaran memiliki dua ekosistem padang rumput yaitu padang rumput Cikamal dan Nanggorak. Berdasarkan hasil
analisa vegetasi, ditemukan 31 jenis dari 19 familly tumbuhan bawah pada kedua ekosistem padang rumput. Kerapatan relatif tertinggi dimiliki oleh famili
Graminae jenis rumput jampang kawat Cynodon dactylon sebesar 41,64, kemudian jenis rumput domdoman Chrysopogon aciculatus sebesar 40,44.
Indeks keragaman jenis rendah sebesar 1,3154, sedangkan indeks kemerataan jenis juga rendah yakni sebesar 0,3831.
Hasil penelitian Nugraha 2007 pada kedua padang rumput tersebut mendapatkan 25 jenis tumbuhan dari 7 tujuh famili dengan kerapatan relatif
tertinggi juga pada jenis rumput jampang kawat dan domdoman. Perbedaan jumlah jenis ini disebabkan oleh perbedaan lokasi penempatan plot-plot di