9
sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum dan pemerintah khususnya dalam menangani pasar rakyat tradisional.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7
tahun 2014 tentang Perdagangan”. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini
bersifat menambah penguraian penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan akademik.
E. Tinjauan Pustaka
Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini mengandung arti
pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu sehingga memungkinkan pembeli dan penjual bertemu. Di dalam pasar ini terdapat penjual dan pembeli untuk
melakukan transaski jual beli produk, baik barang maupun jasa. Pengertian lain tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu
produk. Pasar dapat juga diartikan sebagai suatu mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan-kekuatan permintaan
Universitas Sumatera Utara
10
dan penawaran.
9
Pasar adalah secara keseluruhan permintaan dan penawaran akan sesuatu barang dan jasa.
10
Pasar adalah salah satu kegiatan perdagangan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk
maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Keberadaan pasar rakyat tradisional sudah menjadi bagian
yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Beberapa pendapat mengungkapkan bahwa dengan semakin berkembangnya pasar modern,
mengakibatkan pasar rakyat tradisional menjadi semakin terpinggirkan keberadaannya.
11
Di balik peran strategis pasar rakyat tradisional tersebut, terdapat permasalahan-permasalahan yang membutuhkan perhatian pembuat kebijakan dan
Keberadaan pasar rakyat tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Taraf kehidupan
ekonomi masyarakat dapat dengan mudah dilihat dari kegiatan di pasar tradisional setempat. Demikian juga kemajuan suatu wilayah dapat secara langsung dilihat
dari kegiatan ekonomi pada pasar di daerah yang bersangkutan. Sebagai salah satu sarana distribusi, kehadiran pasar tradisoinal tidak hanya melibatkan para
pedagang, namun juga memberi kesempatan kerja bagi para petani, produsen, pelaku usaha jasa keuangan, pelaku jasa angkutan, dan pelayan tokokios.
9
Kasmir, Kewirausahaan, Edisi revisi, Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013, hlm 169
10
Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Cetakan pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014, hlm 108
11
Bambang Djau, “Seminar Nasional Menuju Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan,Berdayasaing, dan Berotonomi”. Jakarta: Seminar Nasional Perencanaan Wilayah
dan Kota ITS, 2009, hlm 4
Universitas Sumatera Utara
11
pengelola yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan pasar tradisional. Pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan dan toko modern berdampak terhadap
penurunan pendapatan dan keuntungan pasar rakyat tradisional. Selain itu, faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar pasar tradisional, seperti
perubahan preferensi dan pola belanja masyarakat, di sekitar pasar rakyat tradisional berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja pasar
tradisional berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja masyarakat ke pusat perbelanjaan dan ritel modern.
Pasar rakyat tradisional harus tetap dikembangkan dan dipertahankan eksistensinya seiring dengan semakin ketatnya persaingan dengan pasar modern.
Untuk itu, dibutuhkan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi pasar tradisional agar dapat menyusun strategi pengelolaan pasar tradisional yang
profesional dan sesuai dengan karakteristik kebutuhan masyarakat setempat dan perkembangan zaman.
12
12
M. Chatib Basri, dkk, Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca Kebijakan Perdagangan Indonesia, Cetakan pertama, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm 114-
115
Pada mulanya pasar berdiri karena masyarakat ingin memperoleh berbagai kebuthan hidup. Pada zaman dahulu karena belum ada uang, masyarakat
bertransaksi dengan tukar menukar barang yang disebut sistem barter. Para petani, peternak, nelayan, dan pekerja lainnya bertransaksi dengan menukarkan hasil
produksi masing-masing. Awalnya pertukaran itu terjadi di sembarang tempat. Lama kelamaan masyarakat atas kesepakatan bersama menentukan suatu tempat
sebagai lokasi untuk melakukan barter.
Universitas Sumatera Utara
12
Saat ini pasar rakyat tradisional sudah mulai berkurang karena rata-rata pemerintah daerah sudah mendirikan bangunan pasar yang baru dan cukup besar.
Pasar rakyat tradisional yang menjual sayur-mayur, daging, buah-buahan atau yang biasa disebut pasar basah, sekarang dikelola oleh pemerintah. Namun, rata-
rata kondisinya kurang layak seperti bangunan pasar karena kebanyakan pasar rakyat tradisional itu kumuh, becek, serta padat. Pasar tradisional mempunyai
segmen , menengah ke bawah dan berjualan eceran. Pengunjungnya didominasi oleh ibu rumah tangga dan pedagang keliling. Ada juga sebagian pasar yang
dikelola oleh swasta. Pemerintah hanya berperan sebagai pemilik lahan pada swasta yang menyewa suatu areal untuk dibangun menjadi pasar.
Pasar rakyat tradisional adalah contoh nyata hidup berbhineka tunggal ika. Ada banyak suku dan karakter bertemu dan hidup bersaing di pasar. Para
pedagang memainkan peran masing-masing, namun iramanya tetap harmonis. Di pasar tidak ada lagi budaya tertentu yang mendominasi karena mereka sudah
menyatu dalam budaya pasar. Bisa dijumpai orang Jawa, Minang, Batak, Thiong Hoa, Sunda, dan lain sebagainya mencari nafkah seling berdampingan dalam
lapak dan kios yang sempit. Meski berbeda suku mereka mempunyai tekad untuk menyatu ketika sedang melayani pembeli.
Bila salah seorang pedagang harus pergi sejenak, misalnya hendak shalat ke masjid dekat pasar atau menjemput anak pulang sekolah, pedagang tersebut
biasa menitipkan dagangannya pada rekan sesama pedagang terdekat. Ketika pembeli datang dan tertarik membeli jualan si pedagang yang sedang
berkepentingan di luar, pedagang yang diberi amanat akan melayani keinginan
Universitas Sumatera Utara
13
pembeli. Soal harga, sesama pedagang biasanya sudah tahu standar harga jual suatu produk.
Di pasar, dengan persaingan ekonomi yang kadang-kadang tidak sehat, stigma dan stereotif para pelaku juga menempel. Seperti cap pelit, kasar, selalu
memberi harga mahal, mau menang sendiri, hingga kerap menipu konsumen, menempel pada suku tertentu. Setiap suku yang ada di pasar mempunyai cap
masing-masing. Stereotif itu biasanya bagian strategi dagang masing-masing. Sehingga kebhinekaan yang ada di pasar jika tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan persoalan sendiri. Keharmonisan budaya di pasar adalah contoh luar biasa. Orang bisa bersaing mencari rezeki tapi harmonis menghargai budaya.
Para pedagang akan semakin kompak bila musuh bersama sedang menyerang. Musuh bersama yang biasa menghampiri aktivitas pedagang adalah
penggusuran lokasi berjualan dan pemalakan oleh para preman pasar. Mereka akan menyingkirkan semua perbedaan dan bila ada masalah di antara pedagang
terlupakan begitu saja, demi melawan sang musuh bersama.Tak dipungkiri kadang ada percekcokan atau keributan di antara pedagang. Biasanya hal itu disebabkan
adanya pedagang yang nakal dan menjatuhkan harga. Pertengkaran juga bisa terjadi karena rata-rata tingkat pendidikan pedagang pasar yangrendah dan minim
pembinaan dari pemerintah. Saat ini di pasar-pasar banyak para pedagang yang terhimpun dalam suatu
organisasi, misalnya himpunan pedagang kaki lima, paguyuban pedagang pasar, atau komunitas pasar sayur. Organisasi ini biasanya dibentuk sebagai forum
Universitas Sumatera Utara
14
silaturahmi antara mereka maupun sebagai wadah perjuangan ketika para pedagang sedang menghadapi musuh bersama.
Idealnya pasar rakyat tradisional dimiliki oleh pemerintah daerah. Pihak pengembangan yang ditunjuk hanya berkewajiban untuk membangun pasar sesuai
konsep yang sudah dibuat pemerintah. Setelah proses pembangunan selesai dan pengembang mendapat pembayaran yang berasal dari dana APBN, hubungan
kerja sama antara kedua belah pihak pun selesai. Selanjutnya tugas pemerintahlah untuk mengelola pasar, termasuk kios kepada pedagang.
Masa sewa kios di pasar rata-rata adalah 20 tahun, sama seperti masa sewahak guna pakai lahan pasar itu oleh pengelola pasar pihak swasta pada
pemerintah. Sementara masa sewa pasar yang dimiliki pemerintah selama lima tahun dan dapat diperpanjang kembali sesuai aturan yang berlaku. Besarnya sewa
kios berikut ukurannya mengacu pada peraturan daerah Perda yang ditetapkan di daerah masing-masing. Bila mengacu sesuai Perda harga sewa kios tidak akan
terlalu mahal. Pedagang pun pasti dapat membayarnya karena yang ada di dalam pasti tidak akan mahal. Tapi, yang menjadi masalah, sebagian besar pasar di
Indonesia ini merupakan milik swasta, karena mereka membangun dan menyewa lahan dari pemerintah. Lahan yang disewa dan dibangun pasar ini banyak
dijumpai di pasar yang berbeda di ibu kota provinsi, kota, dan kabupaten. Sebagai penyewa lahan, yang biasanya dalam jangka waktu 20 tahun, pengelola tersebut
berhak penuh atas kebijakan dan harga sewa kios. Mereka tidak lagi
Universitas Sumatera Utara
15
mengindahkan Perda yang mengatur harga sewa kios karena merasa merekalah pemilik pasar sepenuhnya.
13
Ada pula jenis pasar yang masih memberikan hak kepemilikan kepada pemerintah daerah. Namun, biasanya lokasi yang dimiliki pemerintah itu adalah
lahan di lantai dua, tiga, dan seterusnya yang jarang diminati pembeli maupun pedagang. Meskipun harga sewanya lebih murah dibanding kios-kios di lantai
satu, tapi pasar tradisional yang memiliki lantai di atasnya dapat dipastikan sepi pengunjung hingga sebagian besar mati. Banyak pedagang yang sudah
mengeluarkan uang tidak sedikit menurut ukuran kantong masing-masing, harus Pemerintah selalu beralasan penyerahan lahan kepada swasta karena
pemerintah tidak memiliki dana untuk membangun pasar. Padahal, yang banyak terjadi pemerintah tidak ingin repot membangun dan mengelola pasar, cukup
menunggu setorannya. Bahkan lahan pemerintah di beberapa daerah diserahkan pada swasta untuk dibangun mal.
Penyerahan pada pihak swasta ini berakibat sangat buruk pada pedagang. Mereka harus menyewa kios dengan harga yang sangat tinggi, sesuai yang
ditetapkan pengembang. Inilah yang mengakibatkan banyak pedagang pasar tidak maju, karena harus membayar sewa kios yang teramat mahal. Belum lagi bila ada
renovasi pasar, harga sewa akan meningkat jauh di atas harga sebelumnya. Hingga tak aneh, setelah renovasi banyak pedagang yang terusir dari lokasi lama dan
digantikan oleh pedagang baru. Atau bahkan pasar itu menjadi sepi karena harga sewa kios yang tak terjangkau.
13
http:www.harianhaluan.comindex.phpberitahaluan-padang6648-appsi-tawarkan- pengelolaan-pasar-tradisional, diakses terakhir pada tgl 18 Agustus 2014
Universitas Sumatera Utara
16
rela meninggalkan aset yang disewanya, dan kemudian memilih menjadi PKL kembali di sekitar pasar tersebut. Hanya sebagian pasar saja yang sampai saat ini
pengelolaan, pembangunan, dan perawatannya masih dipegang pemerintah. Rata- rata pasar yang dikuasai pemerintah adalah pasar sayur-mayur atau pasar basah,
yang dikenal sangat kumuh dan semrawut itu. Harga kios di pasar jenis tersebut memang relatif terjangkau, namun dapat dilihat bagaimana tingkat kekumuhannya
yang sangat tinggi.
14
Kebijakan terkait regulasi pasar tradisional memang sudah ada, namun regulasi tersebut juga harus diimplementasikan di lapangan. Sehingga dalam hal
ini dibutuhkan sosialisasi terhadap pihak-pihak terkait untuk dapat menjalankan aturan sesuai peraturan perundangan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan
kepentingan bersama yakni mempertahankan eksistensi pasar tradisional.
15
F. Metode Penelitian