Pembinaan dan Perlindungan Pasar Rakyat Tradisional dalam

44 di bawah harga pasar predatory pricing yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Namun di dalam pasal tersebut defenisi harga pasar akan sangat kabur bila diterapkankarena harga pasar bukanlah merupakan sesuatu yang pasti dalam nilai, juga bervariasi dalam waktu yang berbeda.

D. Pembinaan dan Perlindungan Pasar Rakyat Tradisional dalam

Perundang-undangan sebelum diundangkan UU No.7 Tahun 2014 Pemahaman tentang aktivitas pengelolaan pasar dan perdagangan eceran ritel mutlak harus dimiliki oleh aparatur dinas yang ditugasi membinan pasar tradisional termasuk di dalamnya pedagang pasar. Dalam merancang kebijakan pemerintah kabupatenkota yang diterbitkan dalam Peraturan Daerah PERDA serta peraturan dan pedoman pelaksanaan harus didasarkan atas pemahaman tentang pengelolaan manajemen pasar dan perdagangan eceran ritel. Selanjutnya dalam pelaksanaan peraturan dan pedoman pelaksanaan tersebut seyogyanya para aparatur pelaksana mulai di tingkat SKPD dinas yang membidangi pasar hingga di tingkat pengelola pasar seyogyanya juga memahami hal-hal yang mendasar tentang pengelolaan pasar dan perdagangan eceran. Tentunya tingkat pemahaman yang seyogyanya harus dimiliki oleh masing- masing aparatur tersebut berbeda-beda tergantung pada posisi dan sifat tugas aparatur yang bersangkutan. Agar para aparatur dapat melaksanakan peraturan dan pedoman tersebut dengan baik, maka sebelumnya kepada mereka diberikan pelatihan secara berjenjang tentang pengelolaan pasar dan perdagangan eceran. Selanjutnya kepada para aparatur yang telah dilatih, kepada mereka diberikan kesempatan untuk Universitas Sumatera Utara 45 bekerja di bidang-bidang sesuai dengan pengetahuan yang telah diperolehnya sampai waktu yang dirasakan cukup untuk dapat menerapkan pengetahuan tersebut dan diharapkan pengelolaan pasar dan pedagang pasar dapat beraktivitas mengikuti peraturan dan pedoman dengan tertib dan konsisten serta berkesinambungan. Perdagangan eceran ritel merupakan salah satu bagian dari disiplin ilmu pemasaran yang seringkali kurang dipahami oleh aparatur dari SKPD yang membidangi perdagangan dan pasar, termasuk di dalamnya pasar moderen dan pasar tradisional serta perdagangan eceran. Dalam praktik banyak dijumpai dalam praktik para aparatur yang bekerja di bidang ini tidak memahami tentang pengetahuan dasar pemasaran yang sebenarnya sangat diperlukan ketika mereka bekerja. Sehingga banyak kebijakan, peraturan pelaksanaan, pedoman, petunjuk operasi sebagai upaya pembinaan pasar tradisional serta pedagang pasar dan PKL di mana para aparatur tersebut terlibat penyiapan dan pelaksanaannya, tidak dapat dilaksanakan dengan optimal. Akibatnya, banyak pasar-pasar tradisional berstigma negatif seperti kumuh, kotor, semrawut, bau, sampah berceceran di mana-mana dan seterusnya. Dalam merancang kebijakan pembinaan pedagang tradisional dan PKL dalam bentuk penguatan daya saing di satu sisi dan menghambat beroperasinya pasar moderen sampai pada suatu saat pasar tradisional mampu bersaing di sisi lain, diperlukan pemahaman tentang ilmu pemasaran marketing merupakan hal mutlak di samping ilmu sosial lain yang terkait. Universitas Sumatera Utara 46 Pertimbangan lokasi pasar dan kawasan penempatan PKL misalnya, perlu didasari oleh kebijakan tentang pengaturan pendirian pasar moderen serta kebijakan tentang revitalisasi pasar tradisional dan relokasi PKL ke lokasi yang ditetapkan. lokasi adalah salah satu unsur “P” Place dalam “bauran pemasaran” marketing mix yang dikenal dengan “Empat P” Product, Place, Price dan Promotion. 42 Para pedagang perlu mengetahui ilmu tentang dasar-dasar promosi khususnya mendisplai barang dagangan agar mereka mampu menata dagangan yang menarik calon pembeli, seperti menempatkan produk-produk tertentu sedemikian rupa agar Perlu diketahui bahwa kebanyakan para pengunjung pasar, ketika membeli barang terutama barang-barang sekunder, seperti pakaian dan tas, untuk berbagai camilan untuk makanan, seringkali dipengaruhi oleh emosinya impuls buying. 42 Indah Wardani, Pasar Tradisional Dan Permasalahannya, “https:www.facebook.com”. diakses terakhir pada tgl 24 Agustus 2014 Sehingga penataan displai barang yang menarik, seringkali membangkitkan emosi untuk membeli, sekalipun pembelian ini tidak direncanakan ketika akan berangkat ke pasar. Diakui bahwa terjadinya pembelian yang tidak terencana ini juga sangat dipengaruhi oleh daya beli para pengunjung pasar sebagai konsumen. Semakin kuat daya beli konsumen, maka kemungkinan terjadinya pembelian yang tidak terencana sebelumnya semakin kuat. Oleh karenanya, para pedagang setidaknya sepintas perlu memahami karakter dan kemampuan untuk membeli yang dimiliki oleh para pengunjung pasar yang menjadi pelanggannya. Universitas Sumatera Utara 47 Para pedagang terbiasa menyimpammenimbun barang dagangan yang bersifat tahan lama melebihi kemampuan menjual selama periode tertentu. Kebanyakan pedagang cenderung banyak membeli kulakan barang dagangan tahan lama pada saat harga murah dan persediaan berlimpah, kemudian disimpan entah sampai kapan. Kemudian, mereka merasa kegiatan usahanya akan lebih aman apabila memiliki barang dagangan dibanding memegang uang kontan, karena persediaan barang dagangan yang berlimpah diperlukan untuk berjaga-jaga jika seandainya ada pembeli secara tiba-tiba membutuhkannya dalam jumlah besar yang sebenarnya berdasar pengalaman jarang terjadi. Di satu sisi hal ini mengakibatkan ada barang dagangan yang menjadi kedaluwarsa akibat prinsip First in First out FIFO sulit dijalankan karena penimbunan persediaanstock barang yang peletakkannya sembarangan tidak dilakukan secara sistematis berdasarkan periode pengadaan melainkan ditumpuk-tumpuk seadanya. Di sisi lain, pasar menjadi tampak kumuh karena penuh dengan tumpukan barang-barang milik pedagang sebagai persediaan barang dagangan. Apabila peletakkan barang dilakukan dengan menumpuk-numpuk hingga tinggi ke plafon, maka sirkulasi udara segar menjadi tidak lancar dan sinar dari cahaya matahari atau lampu penerangan terhalang yang akibatnya los dan loronggang pasar menjadi pengap panas dan gelap sehingga keadaan pasar menjadi tidak nyaman. Kelemahan ini dapat diatasi dengan memberikan pengetahuan tentang “merchandising” sederhana kepada para pedagang, sehingga mereka mengetahui tentang periodesasi pengadaan dan penimbunan stock barang dagangan inventory yang efisien dan ekonomis serta aman bagi kelancaran aktivitas usaha. Di sini para Universitas Sumatera Utara 48 pedagang perlu memahami kebiasaan para pelanggannya kapan membeli dalam jumlah besar atau jumlah yang normal, dan berapa besarnya jumlah pembelian. Selain itu, juga perlu memahami kapan waktunya sulit untuk mendapatkan pasokan. Dengan memahami kondisi kebutuhan dan pasokan tersebut, para pedagang dapat memperkirakan besarnya persediaan barang dagangan yang harus disediakan berdasarkan periode penjualan. Persediaan barang dagangan ini ekonomis, efisien dan aman bagi kelangsungan usaha. Agar para pedagang tradisional dapat memahami cara untuk mengatasi kelemahan-kelamahan di muka, maka pihak pengelola pasar sebagai pembina perlu mensosialisasikan pengetahuan tentang pemasaran dan merchandising Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan, yang hanya diperoleh dari bekerja. Pasar rakyat tradisional sebagai salah satu infrastruktur ekonomi daerah memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menampung tenaga kerja, namun dengan pesatnya pembangunan, peningkatan jumlah ritel modern tidak dapat dihindarkan. Hal ini berakibat tergusurnya pasar tradisional karena kelemahannya baik dalam permodalan maupun dalam pengolahannya. sederhana kepada para pedagang. Untuk itu, kepada pihak pengelola pasar harus terlebih dahulu diberikan pengetahuan dimaksud terlebih dahulu, atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan jasa konsultan dari pihak ketiga, namun jangan sepenuhnya dilakukan oleh pihak ketiga, karena dibatasi oleh kontrak kerja dalam jangka waktu tertentu. 43 43 Ekapribadi Wildan. Pasar Modern: Ancaman Bagi Pasar Tradisional. Jakarta : Penerbit Wordpress. 2007, hlm 48 Universitas Sumatera Utara 49 Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perlindungan pedagang tradisonal tersebut karena hak atas kesejahteraan merupakan bagian dari hak ekonomi yang menjadi salah satu hak dalam kovenan hak ekonomi sosial dan budaya yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 11 tahun 2005. Dalam melaksanakan perlindungan hukum terhadap pedagang pasar tradisional, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Pembelanjaan dan Toko Modern yang diikuti dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern adalah untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang lebih sehat antara pasar tradisonal, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Pengaturan mengenai zonasi dan jam operasional, lebih dipertegas agar dapat mendorong terciptanya iklim persaingan usaha yang lebih sehat bagi berbagai jenis toko atau pasar yang ada. Terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern ini juga dimaksudkan untuk merespon perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha ritel dengan lahirnya inovasi dan usaha baru yang makin variatif, baik usaha eceran maupun pusat belanja. Meskipun Permendag yang baru dikeluarkan ini memiliki beberapa pasal pengaturan baru, namun pasal Universitas Sumatera Utara 50 -pasal tersebut tidak akan diberlakukan secara retroaktif. Oleh karena itu, masih akan ada tenggang waktu untuk melakukan sosialisasi secara intensif guna mengurangi kekhawatiran para pelaku usaha yang sudah terlanjur melakukan usaha. 44 Peraturan Presiden Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern biasa disebut Perpres Pasar Modern dan dalam Peraturan Daerah Propinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta, mengatur jarak antara pasar tradisional dan pasar modern minimal 2,5 km. Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap, di sisi lain, pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang professional dan ketidaknyamanan berbelanja. Pasar modern dan tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel. Hampir semua produk yang Dalam rangka Perlindungan hukum pedagang pada pasar tradisional pemerintah perlu melakukan 2 dua hal yakni Pengendalian dan Pemberdayaan. Pengendalian dilakukan terhadap Pasar Modern melalui kewajiban memilki izin gangguan yang mensyaratkan zonasi sebagai pertimbangan pemberian izin, sedangkan Pemberdayaan dilakukan terhadap Pedagang Pasar Tradisional, melalui program kemitraan, pendanaan dan peningkatan profesionalitas pengelola pasar. 44 http:www.kemendag.go.idfilespdf20131219tingkatkan-akses-pemasaran-produk- indonesia-mendag-terbitkan-permendag-baru-id0-1387425231.pdf, diakses terakhir pada tgl 24Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara 51 dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern, khususnya hypermarket. Semenjak kehadiran hypermarket di Jakarta, pasar tradisional di kota tersebut disinyalir merasakan penurunan pendapatan dan keuntungan yang drastis. Pasar rakyat tradisional merupakan bukti adanya pengembangan perekonomian yang dilakukan, dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri. Seharusnya otonomi daerah memberikan ruang khusus bagi keleluasaan peran masyarakat lokal dalam mengembangkan potensi sosial ekonominya secara mandiri. Pasar rakyat tradisional selayaknya mampu mengakomodasi potensi lokal. Di sisi lain pasar rakyat tradisional merupakan basis perekonomian bagi rakyat kecil. Dari sana tercipta sebuah sarana perlindungan terhadap pemberdayaan laju ekonomi kerakyatan. Pemanfaatan potensi lokal tersebut meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sosio kultural. Akses barang barang produksi berasal dari daerahnya sendiri. Para pedagang bisa mengakses sayuran, buah-buahan, ternak, dll dari daerahnya sendiri. Berbelanja di pasar tradisional merupakan sebuah upaya untuk menghargai hasil kerja para petani, nelayan, peternak, dan pelaku usaha kecil lain dalam ruang lingkup lokal. Mendorong adanya komitmen untuk berani bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, membuat pasar tradisional secara kontinyu dengan mudahnya akan mensosialisasikan nilai-nilai kedaerahan. Selain pasar rakyat tradisional juga turut membuka peluang bagi keberadaan mata pencaharian lain. Hal lain, kebudayaan atau moralitas sosial di daerah setempat menjadikan warna sendiri bagi pasar rakyat tradisional. Universitas Sumatera Utara 52 Bagaimana sebuah pasar bisa menjadi ikon bagi corak kebudayaan dari daerah serempat. Misalnya saja di Jogja atau Bali, di pasar rakyat tradisional pusat kota, tentu saja banyak kita temukan komoditas yang mencerminkan corak kedaerahan. Tentu saja bukan hanya komoditas kedaerahan, akan tetapi ada ada pula aspek relasi sosial berciri khas daerah tersebut yang akan kita temui. Pasar rakyat tradisional yang memanfaatkan potensi daerah seolah menciptakan arena perekonomiannya sendiri. Mereka hidup di dalam lingkaran daerah. Maka dari itu tidak terpengaruh dengan gejolak ekonomi yang terjadi di luar daerahnya. Terlebih tak terkena dampak krisis ekonomi yang masuk dari luar dirinya. Oleh karena itu maka pasar rakyat tradisional tak sekedar tempat untuk jual-beli saja. Akan tetapi pasar tradisional merupakan tulang punggung perekonomian rakyat kecil di daerah, warisan budaya, dan ladang pemenuhuan kebutuhan berintaraksi sosial. Perlindungan dari pemerintah daerah terhadap gerak hidup pasar rakyat tradisional sangat dibutuhkan. Di dalam ladang yang menjadi tulang punggung bagi laju ekonomi masyarakat kecil tersebut, pasar rakyat tradisional membutuhkan bantuan berupa antisipasi dari pemerintah terhadap daerah segala hal yang mengganggu eksistensinya. Selain itu upaya melindungi nilai-nilai tradisional dalam pasar setidaknya dilakukan. Adanya interaksi sosial antara pedagang dan pembeli yang menciptakan kedekatan emosional harus dilestarikan. Hal tersebut merupakan warisan sosial yang butuh untuk dilestarikan. Pemerintah daerah mempunyai peranan sentral dalam mengatur pola perkembangan perekonomian. Mengawasi perekonomian tanpa monopoli atau Universitas Sumatera Utara 53 bahkan oligopoli dan melindungi kesejahteraan rakyat kecil harus dilakukan. Selain itu pemerintah daerah juga berwenang dalam penertiban peraturan perundang-undangan, transparan, melindungi kelompok yang lemah terhadap perlakuan ekspoitasi pada ranah perekonomian. Di daerah, pemerintah daerah layaknya bertindak sebagai wasit yang berwenang menjatuhkan sanksi pidana maupun administratif bagi pelaku persaingan usaha yang tidak sehat. Perilaku yang adil, jujur, dan bertanggung jawab menjadi harapan rakyat kecil. Pemerintah daerah merupakan pihak yang paling berkompeten dalam implementasi manajerial pengaturan perizinan pendirian pengelolaan pasar rakyat tradisional. Maka dari itu akan menjadi hal yang aneh ketika pemerintah daerah masih segan melakukan upaya perlindungan terhadap laju jalur ekonomi kerakyatan. Bukankah dia dipilih untuk meindungi yang lemah. Namun yang terjadi justru sebaliknya. 45 Dalam melindungi pasar tradisional dari dominasi pangsa pasar modern tertuang dalam UU No.51999 pasal 50 huruf h dan i yaitu pasal pengecualian untuk usaha kecil dan koperasi. Untuk mengendalikan pertumbuhan pasar modern, Pemerintah telah menerbitkan PerPres No.1122007 dan Permendag No.532008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Mayoritas Pemerintah Daerah belum siap mengatur secara ketat pasar modern di daerahnya, yang terbukti dengan belum adanya aturan turunan dari regulasi Nasional tersebut di daerahnya. 45 http:persmaideas.com20140201melindungi-pasar-tradisional-melindungi-rakyat- kecil, diakses terakhir pada tgl 25 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara 54

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT

Dokumen yang terkait

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

7 65 137

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 11 134

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 2 21

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 1 35

Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard) Terhadap Industri Keramik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 5

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT DALAM PERUNDANG-UNDANGAN SEBELUM DIUNDANGKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 A. Pengertian Pasar Rakyat (Tradisional) - Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 te

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 21

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN SKRIPSI

0 0 9