2.4 Metode Penman PET Tata Cara Penyusunan Perencanaan Teknis

PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 52 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 2 Sumur Dalam a Pipa Jambang Bahan untuk pipa jambang adalah pipa baja atau bahan lain seperti PVC, fiberglass dan GIP atau yang sejenis dengan spesifikasi mampu untuk menahan tekanan dari dinding tanahbatuan. Pipa jambang dibuat muncul minimal 50 meter di atas lantai beton pengaman. b Pipa Saringan. Tipe pipa saringan atau screen adalah wire wound continuous slot on rod base yaitu berbentuk kawat yang melingkar pada penyangga rod base dengan jarak antar kawat yang sama. Pipa saringan mempunyai syarat teknis sebagai berikut: - open area atau bukaan 20-40 , tergantung jenis material pada akuifer. - Jumlah rod base 20-36 buah kawat penyangga. - Tebal kawat yang umum dipakai berkisar antara 2-2,5 mm. Pipa saringan dapat juga dibuat dari jenis PVC, fiberglass atau GIP yang dibuat oleh pabrik sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. c Pipa Buta Bahan untuk pipa buta adalah pipa baja atau bahan lain seperti PVC, fiberglass GIP atau yang sejenis dengan spesifikasi mampu untuk menahan tekanan dari dinding tanahbatuan.

h. Sungai Bawah Tanah Underground River

Umumnya sungai bawah tanah dijumpai pada daerah topografi karst. Secara fisik aliran sungai bawah tanah termasuk aliran air tanah melalui akuifer beberapa ronggacelah, sebagai akibat pelarutan batu gamping koral, sehingga lama kelamaan terbentuk suatu alursungai yang berfungsi sebagai pengering lingkungan sekitarnya. 1 Suplesi Sungai Bawah Tanah a Pada saat tidak ada hujan musim kemarau, sungai bawah tanah mengalirkan air yang berasal dari tetesan dan rembesan- rembesan air tanah yang terdapat disekitarnya. Stalaktit- stalaktit yang banyak dijumpai pada atap gua-gua batu gamping, merupakan bukti dari tetesan-tetesan tersebut. PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 53 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM b Pada saat turun hujan, selain mengalirkan air yang berasal dari tetesan-tetesan atau rembesan-rembesan sungai bawah tanah, juga menerima pasokan dari luarair hujan yang mengalir masuk ke dalam tanah melalui lobang-lobang pemasukan Sink Hole. c Suplesi dari dasar sungai umumnya tidak ada, karena dasar sungai berupa lapisan batuan-batuan lain yang bersifat kedap air impermeable. Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada daerah topografi karst umumnya terdapat akuifer air tanah tak tertekan akuifer bebas berupa rongga celah yang terbentuk sebagai akibat pelarutan sekunder. Air tanah yang mengalir melalui alur ronggacelah berkembang menjadi aliran air tanah yang dikenal dengan nama sungai bawah tanah. Besarnya potensi limpasan sungai bawah tanah secara teratur sulit untuk dinalisa, karena menyangkut beberapa faktor terkait yang mempengaruhinya panjang dan lulusan gua di dalam tanah sulit dilacak. Sehingga pengukuran langsung limpasanaliran sungai bawah tanah adalah merupakan salah satu alternatif yang dapat diandalkan. 2 Sifat-sifat lain pada morfologi: - Sifat aliran sungai umumnya berfluktuasi, akibat perbedaan musim. Pada musim hujan aliran cukup besar dan tebal, namun pada musim kemarau umumnya aliran kecil dan tipis. - Batuan dasar sungai bawah tanah umumnya berupa satuan batuan yang bersifat kedap air impermeable dan tidak mudah larut. Dari sifat-sifat tersebut di atas, dapat dipertimbangkan untuk menentukan jenis bangunan pengambilannya. 3 Bangunan Pengambilan: - Bendung dengan bangunan penyadap bebas atau free intake - Tyroll dialirkan ke tepi - Sumurancekungan di dalam tubuh sungai PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 54 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

5.1.2.3 Bangunan Saringan Pasir Lambat

Perencanaan teknis bangunan pasir lambat dilaksanakan sesuai SNI 03-3981-1995 tentang Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat.

5.1.2.4 Instalasi Pengolahan Air Minum Konvensional

Perencanaan teknis instalasi pengolahan air minum konvensional lengkap secara proses sesuai SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.

5.1.3 Perencanaan Teknis Unit Distribusi

Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air dari sistem IPA, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di daerah distribusi. Reservoir air dibangun baik dengan konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang. Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup loop, sistem jaringan distribusi bercabang dead-end distribution system, atau kombinasi dari kedua sistem tersebut grade system. Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah lay-out sistem distribusi adalah sebagai berikut: a. Denah Lay-out sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air; b. Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan; c. Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya, diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau penambahan pompa penguat booster pump;