Ketentuan Teknis Tata Cara Survei dan Pengkajian Hasil Penyelidikan Tanah

PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 113 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM b Daya Dukung Pondasi Dalam 1 Pondasi sumuran a. Berdasarkan data laboraturium: Untuk perhitungan daya dukung pondasi sumuran yang diletakkan pada lapisan lempung keras, maka daya dukung tanah dapat dihitung dengan cara yang sama seperti humus perhitungan pondasi langsung yaitu sebagai berikut: Fk A Nc c q all . . = dimana: q all = daya dukung yang diijinkan c = kekuatan geser tanah Nc = faktor daya dukung A = luas dasar sumur Fk = faktor keamanan b. Berdasarkan data lapangan Besarnya daya dukung tanah untuk pondasi sumuran dapat dihitung berdasarkan nilai konus dengan menggunakan humus sebagai berikut: Fk A q q c all . = dimana: q all = daya dukung yang diijinkan qc = nilai konus rata-rata dari dalam 4D diatas ujung sumuran sampai 4D dibawah ujung sumuran, dimana D adalah diameter sumuran A = luas dasar sumuran Fk = faktor keamanan 2 Pondasi tiang pancang Besar daya dukung untuk pondasi tiang pancang dapat dihitung berdasarkan data-data lapangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 2 1 . . Fk O T Fk A Q q f c all + = dimana: q all = daya dukung tiang yang diijinkan PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 114 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM q c = nilai konus rata-rata dari dalam 4D diatas dimana D ujung tiang sampai 4D dibawah ujung sumuran adalah diameter atau dimensi tiang A = luas penampang tiang Tf = jumlah hambatan lekat O = keliling tiang FK 1 = faktor keamanan = 3 – 5 Fk 2 = faktor keamanan = 5 – 7 Daya dukung kelompok tiang harus dikoreksi dengan faktor koreksi sebagai berikut: n m n m m n f E g . . 90 } . 1 . 1 { 1 ° − + − − = Maka daya dukung kelompok tiang sebagai berikut: q kall = daya dukung yang diizinkan kelompok tiang Eg = effisiensi kelompok tiang qall = daya dukung yang diizinkan pertiang m = jumlah tiang kearah panjang n = jumlah tiang kearah lebar f = arc tan ds deg d = diameter s = jarak antar tiang N = jumlah tiang 10 Perhitungan Penurunan Perhitungan penurunan pondasi harus diperhitungkan sampai kedalaman lapisan tanah keras dengan nilai konus lebih besar dari - 150 kgcm 2 , dimana lapisan tanah dibagi menjadi beberapa lapisan tipis dengan tebal 1.00 m, hal ini perlu untuk memperhitungkan nilai- nilai tegangan semula dengan tegangan akibat adanya beban tambahan, untuk pondasi dangkal dapat diperhitungakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a Berdasarkan data laboratorium o o o c c P dp P e H C S + + = log 1 . Dimana: PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 115 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM Sc = besar penurunan cm H = kedalaman cm Po = tegangan semula kgcm 2 dp = besarnya tegangan akibat adanya beban tambahan kgcm 2 Cc = index pemampatan e o = angka pori mula-mula b berdasarkan data lapangan ln . . 2 3 P dp P P q H S o c c + = Dimana: Sc = besar penurunan cm H = kedalaman cm Po = tegangan semula kgcm2 dp = besarnya tegangan akibat adanya beban tambahan kgcm2 qc = nilai konus rata-rata

6.4.3 Cara Pengerjaan

A. Persiapan 1 Siapkan peta situasi yang memperlihatkan rencana letak titik-titik penyelidikan tanah untuk titik bor, sondir dan sumur percobaan; 2 Siapkan peralatan yang lengkap untuk pekerjaan sondir, bor tangan, bor mesin dan untuk pekerjaan sumur percobaan; 3 Siapkan formulir-formulir lapangan dan alat-alat tulis untuk mencatat hasil yang diperoleh dari pekerjaan lapangan; 4 Siapkan kamera foto dan film untuk dokumentasi. B. Pelaksanaan Pekerjaan Langkah-langkah pengerjaan penyelidikan sebagai berikut: 1 Sondir a. bersihkan daerah sekitar rencana titik sondir; PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 116 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM b. pasang alat pada titik yang diselidiki; c. tekan stang luar dengan laju peentrasi dijaga konstan 2 cmdet hingga kedalaman 20 cm dari permukaan tanah setempat; d. tekan stang dalam ke bawah sejauh 4 cm dan bacalah manometer, catat sebagai perlawanan ujung atau nilai konus; e. tekan stang dalam sejauh 4 cm lagi dan bacalah manometer, catat sebagai perlawanan ujung ditambah hambatan lekat; f. tekan stang luar sedalam 20 cm kebawah kemudian lakukan 3 dan 4, kemudian tekan stang luar sedalam 20 cm berikutnya, lakukan prosedur ini hingga manometer menunjukkan angka lebih besar atau sama dengan 200 kgcm 2 , maka penyordiran dihentikan; g. bila sampai kedalaman 30 m tidak tercapai nilai 200 kgcm 2 , maka penyordiran dihentikan; h. terakhir ukur kedalaman muka air tanah, ini dapat terlihat dari stang sondir yang basah; i. pengisian formulir lapangan selain perlawanan ujung, hambatan lekat serta nomor sondir, tanggal pelaksanaan, cuaca, sketsa lokasi, pelaksana sondir, kedalaman muka air tanah dan elevasi titik sondir dikaitkan sehubungan dengan saat pelaksanaan dilokasi. 2 Sumur Percobaan a. berikan daerah sekitar rencana sumur percobaan; b. penggalian sumur percobaan dilakukan dengan tangan menggunakan alat-alat seperti cangkul, sekop dan garpu; c. usuran sumur percobaan adalah antara 1,0 sampai 1,5 meter dengan kedalaman 3,0 meter; d. galian tanah diangkat keluar dan diletakkan di sisi lubang sambil dilakukan deskripsi tanah secara visual, setiap perubahan jenis tanah dan kedalamannya dicatat pada formulir lapangan; e. contoh tanah tidak asli diambil dari hasil galian pada kedalaman yang telah ditentukan; f. contoh tanah asli dilakukan dengan tabung contoh pada kedalaman yang telah ditentukan setelah permukaan galian diratakan dahulu pada kedalaman tersebut; PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 117 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM g. kedua ujung tabung ditutup lilin atau parafin dan dimasukkan dalam kantong plastik yang diberi label dengan nomor sumur percobaan dan kedalamannya; h. pengisian formulir lapangan berupa deskripsi tanah secara visual berikut kedalamannya padasetiap sisi lubang sumuran, kedalaman pengambilan contoh tidak asli, kedalaman contoh asli, nomor sumur percobaan, tanggal pelaksanaan, cuaca, nama pelaksanaan, elevasi sumur percobaan, sketsa lokasi serta muka air tanah dikaitkan dengan saat pelaksanaan dilokasi. 3 Bor Dangkal a. bersihkan daerah sekitar rencana titik bor b. lakukan pemboran dengan memutar dan menekan astang bor, sehingga mata bor masuk kedalam tanah, tanah yang diperoleh dikeluarkan dan diletakkan sebagai timbunan kecil sekitar lubang bor; c. lakukan deskripsi secara visual terhadap tanah yang diperoleh berikut kedalamannya kemudian dicatat pada formulir lapangan hingga akhir pemboran; d. pengambilan contoh tanah tidak asli diambil dari tanah hasil bor dan dimasukkan dalam plastik yang diberi label dengan nomor bor dan kedalamannya e. pengambilan contoh tanah asli pada kedalaman yang telah ditentukan dengan menggunakan tabung contoh, setelah dasar lubang dibersihkan dengan hati-hati dari bahan-bahan yang lepas; f. stang bor ditekan masuk sedalam 45 cm, tunggu beberapa menit agar terjadi pelekatan tanah dengan bagian dalam tabung contoh, kemudian stang bor diputar 180 derajat agar contoh tanah terpotong dan kemudian diangkat ke permukaan; g. tabung dilepas dan kedua ujungnya diisi atau ditutup lilin atau parafin agar kadar air asli dan struktur tanah tidak berubah, masukkan tabung dalam plastik yang diberi label dengan nomor bor dan kedalamannya; h. pengisian formulir lapangan berupa deskripsi lapisan tanah dan kedalamannya, muka air tanah, nomor bor, tanggal, cuaca, pelaksanaan bor dangkal, elevasi bor dangkal dan sketsa lokasi yang dikaitkan dengan saat pelaksanaan di lokasi. PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 118 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 4 Bor Dalam a. bersihkan daerah sekitar lokasi titik bor untuk perletakan mesin bor berikut perlengkapannya; b. letakkan mesin bor pada posisi dimana stang bor tepat berada pada posisi titik bor yang direncanakan; c. lakukan pemboran inti, dengan memutar stang bor beserta tabung penginti, gunakan mata bor tungsten bit; d. lakukan metode pemboran kering untuk mengatasi keruntuhan dinding lubang bor dan agar diperoleh contoh inti maksimal, gunakan casing bila kondisi tanah lembek atau kondisi tanah pasir atau kerikil; e. contoh inti yang diperoleh diletakkan dan disusun dalam peti contoh inti dan dideskripsi secara visual untuk dicatat pada formulir lapangan; f. contoh tanah asli diambil dengan menggunakan tabung contoh pada kedalamanyang telah ditentukan, terlebih dahulu dasar lubang dibersihkan dari kotoran-kotoran lumpur yang ada; g. slang bor ditekan sedalam 50 cm kemudian diaputar 180 derajat dan ditarik keluar h. tabung contoh diambil dan kedua ujungnya ditutup lilin atau parafin kemudian dimasukkan dalam plastik ayng diberi label dengan nomor bor dan kedalamannya; i. pengambilan contoh asli hanya dapat dilakukan pada lapisan lempung clay atau silt dengan konsistensi soft hingga stiff dengan nilai SPT lebih kecil 10; j. lakukan test penetrasi standar atau SPT untuk memperoleh harga N pada kedalaman yang telah ditentukan; k. jumlah pukulan pada penetrasi 15 cm pertama dan 15 cm kedua dicatat pada formular lapangan. Jika jumlah pukulan telah mencapai 50 kali maka test dihentikan; l. setelah pengujian selesai, alat pengambil contoh atau split spoon dikeluarkan dari lubang dan dibuja, contoh tanah diambil dan dideskripsikan secara visual dan dicatat pada formular lapangan m. pemboran inti diteruskan sampai kedalaman yang telah ditentukan dan pencatatan formular lapangan yang memuat nomor bor, tanggal pelaksanaan, kedalaman dengan deskripsi tanah, pengambilan contoh tanah asli, tidak asli, nilai SPT, persentase contoh inti yang didapat, kedalaman muka air tanah, pelaksana PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 119 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM bor, elevasi, sketsa lokasi serta muka air tanah dikaitkan dengan saat pelaksanaan di lokasi; n. pengukuran kedalaman muka air tanah dilakukan setelah 24 jam o. pekerjaan bor selesai;

6.5 Tata Cara Penyusunan Dokumen Lelang

Tata cara penyusunan dokumen lelang ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6.6 Spesifikasi Teknis Rancangan Anggaran Biaya

Spesifikasi ini mencakup persyaratan dalam penyusunan rencana anggaran biaya suatu SPAM yang tertuang dalam contoh-contoh pada Lampiran B.

6.7 Tata Cara Survei Geomorfologi dan Geohidrologi

6.7.1 Ketentuan Umum

Survei dan Pengkajian Geomorfologi dan Geohidrologi harus dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut: 1 Menyiapakan data sekunder yang tersedia; 2 Dilaksanakan oleh tenaga ahli bersertifikat dengan pimpinan tim team leader berpengalaman dalam bidangnya minimal 5 tahun atau menurut peraturan yang berlaku; 3 Melaksanakan survei lapangan yang seksama dan terkoordinasi dengan pihak-pihak terkait; laporan tertulis hasil pekerjaan yang memuat: a. Pendahuluan, meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi serta metodologi pelaksanaan pekerjaan; b. Tinjauan umum, berisi tentang lokasi dan pencapaian daerah, iklim dan cuaca, geologi regional; c. Tahapan dan hasil pelaksanaan pekerjaan; d. Analisa dan evaluasi data; e. Kesimpulan dan saran. PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 120 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

6.7.2 Ketentuan Teknis

Dalam pelaksanaan survei dan pengkajian geomorfologi dan geohidrologi harus dipenuhi ketentuan-ketentuan teknis sebagai berikut: 1 Gambar-gambar sketsa lokasi, peta-peta dengan ukuran gambar sesuai ketentuan yang berlaku; 2 Sumber air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. debit minimum dari sumber air baku; b. kuantitas sumber air baku harus terjamin kontinuitasnya; c. kualitas air baku harus memenuhi ketentutan baku mutu air yang berlaku; 3 Pengumpulan data sekunder Mengumpulkan data-data yang telah ada dari daerah perencanaan berupa peta topografi, peta hidrologi, peta geologi, peta hidrogeologi, peta tanah, peta aliran sungai, foto udara dan citra satelit serta data- data lain yang berkaitan baik berupa laporan atau tulisan-tulisan yang sudah dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. - Peta Topografi Terutama diperlukan yang berskala besar yaitu 1:25.000 atau 1:10.000. Hal-hal yang bisa dipelajari pada peta topografi antara lain pola garis kontur, kerapatan, bentuk-bentuk bukit kelurusan punggungan, bentuk lembah atau aliran, pola aliran sungai dan sebagainya. Yaitu pola dan kerapatan garis kontur, bentuk-bentuk bukit, kelurusan punggungan, bentuk lembah atau pola aliran sungai. Sifat yang menonjol dari topografi: ¾ Bentuk morfologi yang landai umumnya ditempati oleh endapan aluvial; ¾ Bentuk perbukitan yang bergelombang biasanya ditempati oleh batuan yang berselang-seling batuan pasir, lempung atau breksi; ¾ Bukit yang menonjol dan tersendiri seringkali merupakan suatu batuan intrusi - Peta Hidrologi Pada peta ini dapat dipelajari keadaan hidrografi terutama hubungannya dengan curah hujan dan daerah aliran sungai - Peta Geologi PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 121 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM Memberikan gambaran tentang penyebaran susunan batuan serta bentuk struktur geologi daerah yang bersangkutan. Keterdapatan air tanah sangat tergantung kepada sifat batuan terhadap air, apakah batuan diatas bersifat kedap atau meluluskan air yang secara langsung mempengaruhi aliran permukaan dan aliran bawah tanah. - Peta Hidrogeologi Secara umum memberikan informasi mengenai air tanah termasuk keterdapatan dan produktifitas akuifernya berikut lokasi serta kapasitas mata air yang muncul. - Peta Tanah Peta ini menggambarkan penyebaran tanah penutup sampai kedalaman antara 1–2 meter yang dapat memberikan informasi tentang kisaran kedalaman air tanahnya. - Peta Aliran Sungai Selain peta topografi, maka peta aliran sungai ini secara khusus memperlihatkan pola aliran sungai yang akan mempermudah dalam penentuan dan penelaahan daerah aliran sungai ”Lau DAS” Apabila peta topografi dengan skala yang memadai tidak tersedia. Untuk itu digunakan foto udara dan Citra satelit untuk melokalisir misalnya terdapatnya sistem patahan dalam batuan padu. Akuifer yang produktif dalam batuan padu yang mengandung sistem patahan, didalamnya terdapat akumulasi air tanah yang potensial sebagai sumber air baku. - Data lain yang berkaitan Data-data sekunder lainnya yang penting dan ada hubungannya dengan masalah tata air seperti data curah hujan, data klimatologi, data kualitas air, lokasi dan debit sungai, mata air, sumur bor, sumur gali. Keseluruhan data ini sangat penting dan menunjang dalam memberikan informasi yang diperlukan.

6.7.3 Peralatan Peralatan survei meliputi:

1 peta-peta topografi, Geologi dan Hidrogeologi dan hidrologi; 2 palu geologi; 3 kompas geologi; 4 alat pengukur debit atau current meter, pelimpah; PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 122 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 5 pita ukur; 6 roda ukur; 7 pengukur waktu stop watch; 8 altimeter; 9 termometer; 10 teodolit; 11 waterpas; 12 rambu ukur; 13 EC meter; 14 pH meter; 15 tempat contoh air; 16 kalkulator; 17 kamera; 18 garam NaCl; 19 ember; 20 alat tulis; 21 seperangkat alat geolistrik; 22 pompa air; 23 peralatan pengeboran.

6.7.4 Cara Pengerjaan A. Persiapan

Dalam pelaksanaan pekerjaan perlu di lakukan persiapan sebagai berikut: 1 Siapkan terlebih dahulu surat-surat perijinan dan pengantar yang diperlukan dalam pelaksanaan survei lapangan; 2 Siapkan personil dan peralatan yang akan digunakan; 3 Susunan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan jadwal penugasan personil; 4 Kumpulkan data-data sekunder yang berhubungan dengan pekerjaan, termasuk data hasil survei dan pengkajian sumber daya air baku di lokasi yang dikaji. PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS 123 dari 170 PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

B. Pelaksanaan

1 evaluasi data-data hasil dan laporan terdahulu yang berkaitan, dapatkan kesimpulan mengenai kondisi sumberair baku, jenis mata air dan air tanah yang ada; 2 pelajari dari peta topografi mengenai pola dan kerapatan kontur, bentuk-bentuk bukit kelurusan punggungan, bentuk lembah dan pola aliran sungai, tentukan bentuk morfologi umum wilayah kajian; 3 telaah peta geologi, dapatkan informasi tentang penyebaran ragam batuan serta struktur geologi daerah kajian; 4 dapatkan informasi mengenai air tanah secara umum dari peta hidrogeologi; 5 lakukan orientasi lapangan, dengan rujukan data-data sekunder yang ada tentukan lokasi imbuhan dan luapan air tanah serta lokasi sumber air baku yang akan digunakan; 6 ukur debit mata air dengan menggunakan alat yang sesuai dengan kondisi aliran dan atau sesuai dengan metode pengukuran debit saluran terbuka, ambil contoh air untuk dianalisa; 7 lakukan survei geolistrik yang akan digunakan sebagai lokasi pengambilan air baku air tanah dengan metode eksplorasi air tanah dengan geolistrik susunan Schlumberger; 8 pastikan titik sumur bor dari data geolistrik, lakukan pemboran eksplorasi dan uji pemompaan, ambil contoh air untuk dianalisa; 9 pelajari data hidroklimatologi wilayah kajian, hitung neraca air; 10 kaji data-data yang terkumpul hasil survei lapangan, pastikan kualitas, kuantitas serta kontinuitas air tanah dan mata air; 11 rekomendasikan hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan kondisi air baku tersebut termasuk perlindungan terhadap daerah imbuhan.

6.8 Tata Cara Survei Hidrolika Air Permukaan

6.8.1 Ketentuan Umum

Survei hidrolika air permukaan dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan umum sebagai berikut: 1 Tersedia data-data sekunder sebagai pendukung;