PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
82 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Tabel 10 Kinerja Rumah Kimia, Laboratorium dan Gudang No Komponen
Kinerja
1 Rumah Kimia - Harus diperhatikan debit pengolahan, waktu pengoperasian dan
dosis bahan pembubuh agar hasilnya optimum. - Perhatikan cara pengoperasian alat pembubuh dan operasikan
alat tersebut sesuai dengan prosedur. - Ventilasi umum dan ventilasi lokal harus diperhatikan terutama
pada unit yang mempergunakan bahan kimia bubuk. - Pencahayaan harus diperhatikan terutama di daerah
pengoperasian dan kontrol. - Kemiringan lantai yang cukup agar tidak ada air tergenang dan
lantai tetap kering, lantai tidak boleh licin. - Alat-alat pengamanperlindungan harus selalu dalam kondisi
yang baik dan siap pakaibekerja dengan baik. - Perawatan dan pemeliharaan alat pembubuh harus terus
dilakukan secara berkala. 2 Laboratorium - Dalam ruang tes fisiokimia dan tes bakteria, harus diperhatikan
ventilasi ruangan. Jika mempergunakan pelarut organik, ventilasi lokal harus tersedia.
- Pencahayaan harus diperhatikan terutama dalam ruang tes fisiokimia. Dalam analisis kalorimetri, lampu fluorescent
sebaiknya dipergunakan. - Bak cuci dan pipa pembuangannya harus terbuat dari bahan anti
asam dan basa. - Ruang penyeimbang harus terlindung dari debu dan kotoran,
gas, getaran, sinar matahari langsung. - Pada kamar gas harus dipasang ventilasi lokal. Bahan-bahan
kimia yang disimpan harus diatur baik berdasarkan abjad, jenis, frekuensi pemakaian, agar mudah dan cepat dipergunakan.
- Penempatan ruangan peralatan, perpipaan air bersih dan air buangan ventilasi, harus mendukung dan mempermudah kinerja
proses percobaanpengujian. 3 Gudang
Kimia - Unit-unit penyimpanan harus melindungi bahan kimia dari suhu dingin, suhu panas, cahaya langsung atau cuaca yang tidak
menguntungkan. - Untuk bahan kimia berbentuk bubuk, penyaluran secara gravitasi
sebaiknya dipergunakan. - Perlu diperhatikan tempat penyimpanan bahan kimia cair
berbahaya asam dan basa, sebaiknya jangan ditempatkan pada tempat yang tinggi.
- Pipa yang mengalirkan bahan kimia korosif, jangan ditempatkan di atas peralatan elektronik seperti mesin atau panel kontrol.
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
83 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
No Komponen Kinerja
- Kemiringan lantai yang cukup agar tidak ada air tergenang dan lantai tetap kering, lantai tidak boleh licin.
- Ventilasi umum dan ventilasi lokal harus diperhatikan, terutama pada tempat penyimpanan bahan kimia bubuk.
- Pencahayaan harus diperhatikan hingga ke seluruh tempat penyimpanan.
- Unit-unit penyimpanan harus teridentifikasi dan tersusun dengan baik.
- Kran airpancuran harus dekat tempat penyimpanan asam dan basa.
4 Gudang Umum
- Penempatan suku cadang harus teridentifikasi dan tersusun dengan baik.
- Ventilasi umum dan pencahayaan harus diperhatikan. - Kemiringan lantai yang cukup agar tidak ada air tergenang dan
lantai tetap kering. - Perlengkapan dan suku cadang harus terlindungi dari debu,
serangga dan tikus.
5.2 Keluaran Perencanaan Teknis Pengembangan SPAM
Laporan perencanaan teknis pengembangan SPAM adalah dokumen- dokumen yang terdiri dari:
a. Dokumen laporan perencanaan teknis pengembangan SPAM antara lain memuat perhitungan struktur bangunan dan pondasi,
perhitungan dan gambar garis hidrolis SPAM; b. Proses diagram alir flow diagram atau diagram massa mass
diagram dan diagram perpipaan dan instrumentasi piping and instrumention diagram untuk sistem produksi;
c. Analisis Jaringan network analysis untuk sistem distribusi; d. Dokumen gambar teknis rinci yang antara lain memuat gambar
teknis rinci bangunan SPAM, gambar teknis rinci sistem pondasi, gambar teknis rinci sistem elektrikal dan mekanikal;
e. Dokumen pengadaan barang dan jasa memuat instruksi kepada peserta pelelangan, persyaratan umum dan khusus kontrak,
spesifikasi teknis dan syarat-syarat, daftar dan jadwal rencana pelaksanaan pembangunan SPAM, dan rencana anggaran dan
biaya Bill of Quantity.
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
84 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
5.2.1 Tata Cara Penyesuaian Rancang Teknis SPAM
A. Ketentuan Umum Suatu rancang teknik sistem penyediaan air minum dibuat berdasarkan
kepada hal-hal yang sifatnya sangat mendasar atau prinsip. Penyesuaian terhadap rancang teknik sistem penyediaan air minum
hendaknya sedapat mungkin tidak menyangkut masalah-masalah prinsip yang telah ditetapkan pada tahap penyusunan rancang teknik itu
sendiri.
Penyesuaian rancang teknik sistem penyediaan air minum harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1 mempunyai dasar perubahan yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara teknik dan keuangan serta memberikan keuntungan
ekonomis. 2 penyesuaian yang diadakan tidak boleh menimbulkan dampak
lingkungan yang merugikan. 3 penyesuaian atau perubahan harus dilakukan oleh tenaga proyek
atau ahli yang kompeten dibidangnya. Penyesuaian harus dilakukan sesuai dengan:
1 standar rancang bangun sistem penyediaan air minum, 2 spesifikasi sistem penyediaan air minum,
3 peraturan-peraturan rancang bangun konstruksi, mekanikal dan yang relevan, perubahan atau penyesuaian harus dapat
diidentifikasi sedini mungkin, atau sedapat mungkin sebelum diadakan pelelangan atau pada masa-masa prakonstruksi untuk
pekerjaan tersebut. Usaha-usaha ini dilakukan untuk memperkecil resiko:
keterlambatan waktu pelaksanaan terjadinya penambahan biaya
4 sedapat mungkin penyesuaian tersebut menghasilkan kinerja yang lebih baik atau paling tidak sama bagi sistem penyediaan air minum
itu nantinya.
B. Ketentuan Teknis 1. Penyebab Penyesuaian:
Timbulnya penyesuaian rancang teknik sistem penyediaan air minum adalah:
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
85 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
1 Masalah Teknis a. kondisi tanah yang biasanya mempengaruhi sistem pondasi;
b. adanya bangunan bawah tanah yang tidak diketahui
sebelumnya; c. ditemukannya jenis peralatan lain, material atau metode
pengerjaan baru terhadap pelaksanaan konstruksi, yang biasanya lebih efisien, lebih baik dan lebih cepat
pengerjaannya.
2 Masalah Non Teknis a. ditemukannya jenis peralatan material atau metoda pengerjaan
yang lebih murah; b. masalah arus kas cashflow sehingga perlu adanya optimasi
dan penyesuaian; c. masalah pembebasan tanah yang biasanya menyangkut
kepada pihak-pihak eksternal seperti BPN, Pemerintah Daerah. 3 Untuk pemasangan instalasi sistem penyediaan air minum pada
lokasi yang telah terpasang instalasi dari instalasi lain, maka pemasangan tersebut harus mendapat izin seperti kepada: PLN,
TELKOM, PERUMKA, instansi lain baik sipil, militer maupun swasta.
4 Pelaku utama dalam implementasi pelaksanaan suatu konstruksi adalah pihak proyek, konsultan perencana atau pengawas dan
kontraktor pelaksana, didalam hal-hal yang khusus bisa saja pihak eksternal misalnya PU BINA MARGA, PERUMKA, TELKOM,
PERTAMINA atau instansi lainnya ikut terlibat di dalam salah satu bagian dari keseluruhan konstruksi yang dilaksanakan.
5 Pada tahap pelaksanaan pekerjaan maka tanggungjawab dari masing-masing pihak adalah:
a. Pengguna barangjasa sebagai pemilik pekerjaan yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barangjasa dalam lingkungan unit kerjaproyek tertentu baik dilihat dari segi
teknis maupun non teknis
b. Konsultan perencana sebagai badan usaha ataupun perorangan yang mendapat kepercayaaan dari pihak proyek
untuk membuat rancang teknik sistem penyediaan air minum, tetap bertanggungjawab kepada hasil rancangannya; terutama
pada hasil akhir, yaitu kinerja performance dari sistem yang direncanakannya.
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
86 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
c. Konsultan pengawas yaitu badan usaha ataupun perorangan yang mendapat kepercayaan pemilik pekerjaan atau pemimpin
proyek untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Biasanya disamping sebagai pengawas, sekaligus juga
bertanggungjawab melakukan pengkajian kembali review terhadap rancang teknik sistem penyediaan air minum yang
sedang diimplementasikan; untuk itu konsultan pengawas senantiasa dituntut untuk mengetahui semua aspek pekerjaan
yang sedang dilaksanakan.
d. Penyedia barangjasa adalah suatu badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan
baranglayanan jasa berdasarkan rancang teknik sistem penyediaan air minum yang ada; untuk itu penyedia
barangjasa senantiasa dituntut, baik untuk kepentingan kontraktor sendiri maupun bagi pengguna barangjasa, untuk
mengidentifikasi semua masalah teknis maupun non-teknis yang dirasakan tidak wajar, tidak benar bahkan tidak bisa untuk
dilaksanakan olehnya.
5.2.2 Tata Cara Penentuan Simbol
Tata cara penentuan simbol untuk bangunan pada umumnya mengikuti SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plumbing.
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
87 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
6. Survei-Survei
6.1 Tata Cara Survei dan Pengkajian Topografi
6.1.1 Ketentuan Umum
Survei dan pekerjaan topografi harus dilaksanakan sesuai ketentuan umum sebagai berikut:
1 Dilaksanakan oleh tenaga ahli bersertifikat dengan pemimpin tim team leader berpengalaman dalam bidangnya minimal 5 tahun atau
menurut peraturan yang berlaku; 2 Dilakukan untuk mempersiapkan peta jalur transmisi dan rencana
tapak lokasi bangunan sipil; 3 Sudah ditentukannya lokasi sumber air baku terpilih serta rencana
lokasi bangunan-bangunan sipil.
6.1.2 Ketentuan Teknis
Ketentuan teknis untuk melaksanakan survei dan pengkajian topografi adalah sebagai berikut:
1 Tersedianya peta topografi atau peta dasar minimum skala 1:25.000 yang mencakup lokasi sumber air baku dan daerah pelayanan;
2 Skala peta jalur transmisi 1:2.000; 3 Skala tapak bangunan 1:100;
4 Titik pengukuran awal mulai dari lokasi sumber air baku; 5 Pada setiap lokasi rencana tapak bangunan dipasang titik kontrol
bench mark dengan ukuran sesuai ketentuan; 6 Pada setiap lokasi titik pengukuran jalur transmisi dipasang patok
kayu ukuran 5 cm kali 5 cm kali 50 cm yang ditanam sedalam kurang lebih 30 cm dan dicat warna terang, serta diberi nomor penandaan;
7 Peralatan survei meliputi: a. peta ukur atau roda ukur
b. alat ukur optik, teodolit untuk mengukur sudut, jarak dan kemiringan atau beda tinggi
c. alat ukur optik waterpas untuk mengukur jarak dan kemiringan atau beda tinggi
d. statip
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
88 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
e. rambu ukur 2 buah f. unting-unting
g. startpad h. alat tulis
i. formulir isian data survei j. payung
6.1.3 Cara Pengerjaan
A. Persiapan Kegiatan persiapan meliputi:
1 Siapkan peralatan yang akan digunakan 2 Lakukan pengenalan lapangan untuk mengetahui dan menentukan
jalur pengukuran serta lokasi rencana tampak bangunan 3 Plot rencana jalur dan lokasi tapak bangunan tersebut pada peta
dasar
B. Pelaksanaan Pengukuran Dalam pelaksanaan pengukuran tersebut meliputi kegiatan sebagai
berikut: 1 Siapkan formulir pengukuran. Tulis lokasi, alat ukur yang dipakai
nama penyurvei dan tanggal pengukuran; 2 ukur jarak dan sudut atau azimut sepanjang jalur transmisi, mulailah
dari lokasi sumber air baku; 3 ukur kemiringan atau beda tinggi antara titik pengukuran jalur
transmisi; 4 ukur ketinggian dan luas rencana tapak bangunan;
1 ukur jarak, azimut dan beda tinggi antara letak satu titik pengukuran dengan titik pengukuran dengan titik kontrol bench mark yang
sudah diketahui koordinat dan elevasinya; 2 buatlah sketsa hasil pengukuran dan catat data hasil pengukuran
pada formula.
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
89 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
C. Analisis Data dan Penggambaran Kegiatan analisis data dan penggambaran adalah sebagai berikut:
1 periksa ulang hasil pengukuran lapangan; 2 hitung jarak horizontal dan beda tinggi antara titik-titik pengukuran;
3 tentukan elevasi ketinggian tiap-tiap titik pengukuran baik lokal ataupun dihitung dari permukaan laut;
4 gambar jalur transmisi dengan skala 1:2.000 sesuai data jarak dan azimut;
5 cantumkan disepanjang jalur tersebut hasil-hasil sebagai berikut: a. ketinggian tiap titik pengukuran
b. jalan c. sungai dan jembatan
d. saluran-saluran e. jalan kereta api
f. jalur kabel listrik, telepon g. penggunaan lahan di sepanjang jalur permukiman, persawahan
h. arah utara 6
gambar rencana tapak bangunan dengan skala 1:100 yang mencakup:
a. batas wilayah b. lokasi sumber air baku jika ada
c. bangunan yang ada di sekelilingnya d. jalan terdekat
e. titik kontrol bench mark f. ketinggian-ketinggian
g. garis kontur h. arah utara
6.1.4 Petunjuk Pengukuran
A. Umum Peralatan yang dibutuhkan terdiri dari sebuah alat ukur optik,
penyipat datar dan dua buah rambu ukur, serta perlengkapan peralatan lainnya.
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
90 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Jika kita akan menentukan ketinggian titik B, kita harus mulai dengan mencari titik yang tetap misalnya A yang berupa titik kontrol bench
mark yang letaknya tidak seberapa jauh dari titik B dan ketinggiannya diketahui dengan pasti. Sebagai contoh pada sketsa
dibawah ini, ketinggian titik kontrol bench mark A adalah 107.200 m diatas permukaan air laut.
Gambar 2 Sketsa Pengukuran Ketinggian
B. Metode Pengukuran a. Alat harus diatur pada keadaan mendatar
a.1 Aturlah teleskop agar sejajar garis yang menghubungkan sekrup A dan B
a.2 Atur agar gelembung udara pada nivo berada di tengah, dengan memutar sekrup A dan B
a.3 Putar alat ini 90 ˚
A B
+ 107.200 + 4.11
+ 0.90
• B • A
• C
PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TEKNIS
91 dari 170
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
• A
C
• B a.4 Putar sektup C, agar gelembung udara pada nivo terletak di
tengah lagi a.5 Ulangi langkah pertama kali tadi sekali lagi
b. Bidikan teropong alat ke titik kontrol bench mark A, dimana seorang pembantu memegang rambu disana, atur diafragma
sehingga tiga benang melintang dapat terlihat dengan jelas benang atas: b.a; benang tengah: b.t; dan benang bawah: b.b,
juga rambu titik A bisa terlihat jelas. Pembacaan di titik A, sebagai contoh:
b.a = 1,18 b.t = 0,90
b.b = 0,62 c. Bidikkan teropong alat ke titik B, setelah ketinggian dan jarak alat
ke titik A ditentukan. Bacalah seperti disebutkan di atas, sebagai contoh:
b.a = 2,37 b.t = 2,11
b.b = 1,85 d. Ketinggian
Perbedaan ketinggian antara dua titik yang berturutan seperti titik A dan B di atas, dicari dengan mengurangkan pembacaan benang
tengah untuk dua titik.
Ketinggian titik B – Ketinggian titik Ab.tA-b.tB
Pada contoh di atas: b.tA – b.tB = 0,90 – 2,11 1,21
Maka ketinggian titik B adalah 1,21 m lebih rendah dari titik A, atau ketinggian titik B = + 107,200 – 1,21 + 105,99 m di atas
permukaan air laut, atau = 105,99 m + MSL