38 Gambar  4.5  menunjukkan  puncak-puncak  panjang  gelombang  yang
berhasil  diserap  oleh  alat  FTIR  untuk  sensor  tanpa  filler  loading  serbuk  ban murni.    Pada  panjang  gelombang  3822  cm
-1
,  dan  3498  cm
-1
adalah  gugus serapan  NH  amina  group.  Penyerapan    pada  panjang  gelombang  2822  cm
-1
serapan  untuk  C-H  simetri  dari  struktur  PANI.  Pada  serapan  dengan  panjang gelombang 2345 cm
-1
menunjukkan serapan C-N ikatan antara C – NH. Serapan
pada panjang gelombang 1650 cm
-1
menunjukkan serapan untuk struktur benzena adanya ikatan C=C. Pada serapan panjang gelombang 878 menunjukkan struktur
serapan senyawa aromatik. Gambar  4.6  menunjukkan  puncak-puncak  panjang  gelombang  yang
berhasil  diserap  oleh  alat  FTIR  untuk  sensor  dengan  filler  loading  serbuk  ban. Pada  panjang  gelombang  3348,7  cm
-1
adalah  gugus  OH  hidroksil  dari  bahan additif  yang  terdapat  dalam  serbuk  ban.  Penyerapan    pada  panjang  gelombang
2926  cm
-1
dan  2870,6    cm
-1
menunjukkan  serapan  C-H,  C-H
3 ,
dan –C-H
2
,  ini membuktikan  serapan-serapan  pada  panjang  gelombang  tersebut  berasal  dari
polimer  konduktif.  Pada  serapan  dengan  panjang  gelombang  1668,5;  1606,2; 1508,14;  dan  1458,24  cm
-1
menunjukkan  gugus  C  =  C  ikatan  rangkap  karbon dari  struktur  benzene  didalam  polianilin.  Serapan  pada  panjang  gelombang
1296,77  cm
-1
menunjukkan  vibrasi  CH
2
dan  CH
3
.  Pada  serapan  panjang gelombang  1243,39  menunjukkan  struktur  NH  amina  primer  dari  polianilin.
Pada  serapan    gelombang  1181,16;  dan  1107,09  cm
-1
menunjukkan  ikatan  dari CN.  Pada  serapan  dengan  panjang  gelombang  735,55;  dan  697,21cm
-1
menunjukkan CH yang tidak berinteraksi out of plan. Dari hasil spektrum diatas  membuktikan bahwa sensor dapat memberikan
sifat  konduktif.  Maka,  gugus-gugus  fungsi  yang  terdapat  dalam  sensor  tersebut memberikan sifat kekondaktifan terhadap minyak yang dianalisa.
4.3 ANALISA MORFOLOGI PERMUKAAN SENSOR
Morfologi  permukaan  sensor  polianilin  telah  dianalisa  menggunakan Scanning  electron  microscope
SEM  yang  ditunjukkan  oleh  gambar  4.7.  Pada gambar 4.7 a adalah sensor yang dibuat pada suhu 70
o
C dalam waktu 30 menit dengan kandungan serbuk ban sebanyak 20 phr.
Universitas Sumatera Utara
39 a
b
c Gambar 4.7 Hasil Analisa SEM dengan Perbesaran 200 x pada Temperatur
a 70
o
C, b 80
o
C, c 90
o
Selama 30 menit Dapat  dilihat  bahwa  permukaan  sensor  yang  membentuk  suatu  kawasan
yaitu  adanya  partikel  serbuk  ban  yang  sudah  merekat  pada  matriksnya,  namun masih  belum  begitu  menyatu.  Sedangkan,  daerah  kosong  pada  gambar  tersebut
menunjukkan  daerah  yang  lembut  pada  sensor  yang  merupakan  matriks  dari sensor  itu  sendiri,  yaitu  polianilin.  Sensor  yang  dihasilkan  memberikan  hasil
konduktivitas  yang  rendah  karena  distribusi  dari  serbuk  ban  yang  mengandung karbon  black  belum  berikatan  secara  kuat  dengan  matriksnya  karena  kurangnya
suhu  saat  proses  pemanasan  yang  membantu  dalam  menguatkan  ikatan  antara matriks  dan  pengisi  nya  serbuk  ban,  selain  itu  sensor  juga  berstruktur  lembek
sehingga tidak dapat digunakan. Gambar  4.7  b  dapat  dilihat  bahwa  sensor  yang  dibuat  pada  temperatur
80
o
C  dalam  waktu  30  menit  membentuk  kawasan  yang  tersusun  baik.  Dimana serbuk  ban  yang  terkandung  dalam  sensor  sudah  tersususn  secara  kuat  merekat
rapat antara matriks dan pengisi, dimana ikatan antara matriks dan pengisi yang tersusun secara kuat dan baik dapat mempermudah proses lompatan elektron pada
sensor  mengakibatkan sensor menghasilkan nilai konduktivitas yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
40 Supri  dan  Heah,  2010  [33]  melaporkan  bahwa  penyebaran  karbon  hitam
secara merata dalam komposit PVCPANI memberikan ruang berinteraksi antara karbon  hitam  dan  matriks  sehingga  membentuk  suatu  ruang  lingkup  untuk
menghasilkan  nilai  konduktivitas  yang  tinggi.  Joseph,  dkk,  2002  [41]  telah menjelaskan  bahwa  bahan  pengisi  yang  tersusun  dengan  baik  dan  seragam
didalam  sensor  dapat  membentuk  senyawa  hidrokarbon  aromatic  yang  memiliki tingkat konduktivitas yang tinggi.
Gambar 4.7 c dapat dilihat bahwa sensor yang dibuat dengan kandungan serbuk  ban  20  phr  pada  temperatur  90
o
C  dalam  waktu  30  menit  membentuk permukaan yang halus dan keras. Sensor juga menghasilkan suatu lingkaran yang
berupa  pori  pada  sensor.  Sensor  yang  dihasilkan  memiliki  struktur  yang  sangat keras dan licin, dan banyak pori yang terbentuk pada permukaan sensor. Pori yang
terbentuk  ini  dikarenakan  suhu  pemanasan  pada  pembuatan  sensor  yang  tinggi, yaitu  90
o
C.  Sehingga  menyebabkan  partikel  penyusun  sensor  saling  mendorong membentuk  pori  yang  banyak  pada  permukaan  sensor  tersebut.  Hal  ini
menunjukkan  bahwa  serbuk  ban  telah  sangat  berikatan  secara  baik  dan  kuat dengan matriksnya yaitu PANI, sehingga sensor yang terbentuk berstruktur keras.
Sensor  yang  sangat  keras  ini  bukannya  meningkatkan  konduktivitas,  namun menurunkan  konduktivitas  karena  matriks  dan  pengisi  terlalu  kaku  sehingga
proses  lompatan  elektron  untuk  menghasilkan  konduktivitas  menjadi  terhambat sehingga konduktivitas yang dihasilkan menurun.
4.4 ANALISA XRD