Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

medis bagian poliklinik jantung, rata-rata per bulan pasien rawat jalan penderita PJK tahun 1999 sebesar 1.172 orang dan rata-rata perbulan tahun 2000 sebesar 1.234 orang. Berdasarkan Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 2006, PJK termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kabanjahe, yaitu rata-rata per bulan : 126 orang, atau per hari sekitar 4-5 orang yang datang berobat. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana pola konsumsi pangan penderita PJK rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pola konsumsi pangan penderita PJK rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi pangan pada penderita PJK rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, status gizi dan lama menderita PJK. 2. Untuk mengetahui pola konsumsi pangan berdasarkan jenis dan frekuensi makan yang di konsumsi penderita PJK. Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pihak rumah sakit mengenai pola konsumsi pangan pada penderita PJK. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat terutama penderita penyakit jantung koroner mengenai pola konsumsi pangan yang baik untuk mencegah penderita PJK Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Koroner

Jantung merupakan suatu organ yang terdiri dari otot, memiliki 4 ruangan, berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan dan berbentuk seperti sebuah kerucut. Jantung terletak pada sisi kiri dari rongga dada bagian atas. Sisi kanan dari jantung terbagi menjadi 2 ruangan : atrium kanan dan ventrikel kanan. Sisi kiri dari jantung terbagi menjadi dua ruangan yaitu atrium kiri dan ventrikel kiri Hull, 1993. Jantung merupakan salah satu organ vital dari sekian banyak organ vital lainnya. Jantung terletak dalam rongga dada pada bagian kiri agak ketengah, tepatnya diatas sekat diafragma yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut. Fungsi utama jantung adalah sebagai pemompa darah, agar darah bisa bersirkulasi ke seluruh tubuh, Irawan, 1998. Darah sendiri berfungsi sebagai pengangkut zat-zat makanan yang diperlukan tubuh, sekaligus juga oksigen. Disamping itu darah juga berfungsi untuk mengangkut zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti sisa-sisa metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan dari tubuh, Joewono, 2003. Secara sederhana ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan kita masing-masing dan terdiri dari : 1. Dua ruang atas disebut serambi jantung atau ”atrium” sebelah kanan dan kiri. Dua ruang bawah disebut bilik jantung atau ”ventrical” sebelah kanan dan kiri. Empat buah klep jantung, dua diantaranya menghubungkan serambi dan bilik kanan serta serambi dan bilik kiri tricuspid dan mitral. Sedangkan dua buah Universitas Sumatera Utara yang lain mengatur aliran darah keluar jantung dari bilik kiri dan kanan aorta dan pulmonary. 2. Suatu sistem listrik yang terdiri dari simpul-simpul Sinoatrial node SA dan Atrioventricular node AV serta serabut syaraf, yaitu suatu kelompok jaringan khusus yang secara periodik dan teratur menyebarkan aliran listrik yang berfungsi sebagai pengatur irama denyut jantung. Proses pemompaan darah sehingga darah dapat bersirkulasi ke tubuh dan paru- paru mengikuti urutan sebagai berikut : a. Pada saat jantung sedang relaks diastole, darah kurang oksigen dari vena tubuh mengalir ke serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah yang kaya oksigen dari paru-paru. b. Pusat listrik node yang ada di dalam serambi kanan menembakkan arus listrik yang menyebabkan kedua serambi berkerut secara serempak. Pada saat yang sama, katup-katup di antara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah mengalir kedalam bilik. c. Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari node yang lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. Ini mendorong darah yang kurang oksigen dari bilik kanan ke dalam paru-paru. Darah yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak ke dalam arteri utama yang disebut ”aorta” dan dari sini darah dialirkan ke seluruh tubuh. Klep-klep tertutup untuk menjamin agar tidak ada aliran balik kedalam serambi. d. Setelah pengerutan bilik, jantung mengendur, dan memungkinkan serambi terisi darah sehngga proses sirkulasi dimulai kembali, Joewono, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.1.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner

Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium serambi dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel bilik, Irawan, 1998. Menurut WHO Coronary Heart Desease PJK adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut American Heart Organitation AHA, PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, Fahmi, 2004. Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O 2 ke otot- otot jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, Sani, 2001.

2.1.2. Mekanisme Terjadinya Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner diawali dengan terjadinya atherosklerosis yatu keadaan pengerasan dinding pembuluh darah. Telah diketahui bahwa atherosklerosis terjadi sejak masa anak-anak yang didukung dengan pemeriksaan patologis. Disfusi endotel merupakan proses awal terjadinya atherosklerosis. Disfusi endotel ini akan menurunkan produksi nitric oxide NO yang merupakan mediator regulasi vaskuler sehingga terjadi gangguan keseimbangan faktor relaksasi dan kontraksi. Sehingga bila Universitas Sumatera Utara terjadi penurunan NO akan terjadi peningkatan tegangan vaskuler, mengubah geometriremodelling, trombosis, inflamasi, oksidasi dan proliferasi. Penyebab disfusi endotel yang akan mengakibatkan atherosklerosis adalah peningkatan LDL, radikal bebas yang disebabkan rokok, hipertensi dan diabetes melitus, keturunan, peningkatan kadar homosistein plasma, infeksi mikroorganisme seperti kuman clamydia pneumoniae, pelicobacter pylori, virus herves dan hepatitis dan kombinasi beberapa faktor. Faktor-faktor resiko tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat menurunkan produksi NO dan aktifitasnya. Penyebab dari disfungsi endotel adalah injury yang akan meningkatkan permeabilitas dan adhesi endotel dengan leukosit atau platelet. Juga menginduksi endotel mengubah antikoagulan menjadi prokoagulan, molekul vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan. Proses inflamasi ini berlangsung terus dengan meningkatnya jumlah makrofag dan limfosit yang berimigrasi dari darah ke daerah lesi dan akan melepaskan enzim hidrolitik, sitokin dan faktor pertumbuhan dan akhirnya terjadi nekrosis. Adanya akumulasi monosit dan migrasi sel otot polos akan membentuk jaringan fibrosis yang menutup lesi. Garis lemak yang terjadi sejak masa kanak-kanak akan menjadi plak fibrosa serta disusul klasifikasi pengapuran. Sehingga menimbulkan kekakuan pembuluh darah, Madiyono, 2003.

2.2. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda- beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya, perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, Universitas Sumatera Utara pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK, Joewono, 2003. Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium akut miokard infark, payah jantung iskemic heart diseases dan mati mendadak sudden death. Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila terjadi penyempitan sebesar 70 atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koronaria. Penyempitan yang kurang dari 50 kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arterisklerosis dan luasnya gangguan dan apakah serangan itu lama atau masih baru, Bustan, 2000.

1. Angina Pectoris

Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Hal ini sering timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat aktifitas dihentikan. Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat, insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolik seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid, anemia yang jelas takikardia proksimal dengan frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner, Mansjoer, 2001. Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti merasa terpilin, sperti terbakar panas yang berpusat di daerah retrostenal dibalik tulang Universitas Sumatera Utara sternum yang berada ditengah-tengah dada yang bisa menjalar kelengan kiri, leher, bahu dan punggung. Dalam hal ini angina pectoris bisa digolongkan menjadi 3 tiga macam, yaitu : a. Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik lamanya maupun kadar pencetusnya. b. Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah, baik frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan. c. Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat. Biasanya disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner. Secara elektrokardiografi EKG, timbulnya angina pectoris sering pula dibarengi dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan segmen ST depresi segmen ST sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk Irawan, 1998.

2. Infark Miokard AkutAcute Myocardial Infraction serangan jantung

Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya disebabkan oleh penyumbatan pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya plak lemak ateroskeloris pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu pecah, gumpalan cepat terbentuk dan mengakibtkan penghambatan okulasi arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar sampai lengan atau leher Joewono, 2003.

3. Ischemic Heart Disease payah jantung

Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi pengurangan oksigen secara temporer pada jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh Universitas Sumatera Utara darah atau karena penyakit tertentu. Ischemic ini ada yang disebut sebagai silent ischemic dimana penderitanya tidak merasakan gejala yang timbul Andari, 2001. Payah jantung terjadi karena denyut jantung sudah sedemikian lemahnya sehingga jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik. Rasa sakit akibat payah jantung bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah, pusing, keringat dingin, gangguan gastro intestinal muntah, diare, mual dan shock yang menyebabkan tensi turun serta nadi cepat, Bustan, 2000.

4. Kematian Mendadak sudden death

Kematian mendadak sudden death terjadi pada 50 penderita yang tanpa keluhan sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati mendadak 6 jam setelah keluhan. Proses mati mendadak ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah koroner yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel Bustan, 2000. Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut dalam darah kecuali terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami pemecahan asam lemak bebas, trigliserida dan kolesterol. Selama dalam peredaran darah ada kecenderungan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh darah, menjadi tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah sehingga tidak mencukupi proses metabolisme dan mengganggu keseimbangan kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen. Penyempitan ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila penyumbatan ini terjadi di pembuluh koronaria dinamakan penyakit jantung koroner. Universitas Sumatera Utara

2.3. Gejala Penyakit Jantung

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

3 51 116

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2000-2004

0 32 101

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2000-2002

0 35 106

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2005

2 45 136

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan

8 91 92

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr. Hubungan Asupan Serat Dengan Kadar Kolesterol Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD DR. MOEWARDI.

0 3 18

PERBEDAAN INTAKE SERAT, NATRIUM, DAN ANTIOKSIDAN ANTARA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN PENYAKIT Perbedaan Intake Serat, Natrium, Dan Antioksidan Antara Penderita Penyakit Jantung Koroner Dan Penyakit Jantung Non Koroner Pasien Rawat Jalan Di RSU

0 2 18

PERBEDAAN INTAKE SERAT, NATRIUM, DAN ANTIOKSIDAN ANTARA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN PENYAKIT JANTUNG Perbedaan Intake Serat, Natrium, Dan Antioksidan Antara Penderita Penyakit Jantung Koroner Dan Penyakit Jantung Non Koroner Pasien Rawat Jalan

0 1 14

FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU PROVINSI NTB - Repository UNRAM

0 0 13