BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pola Konsumsi Makanan
Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif, oleh karena itu
setiap orang perlu mengkonsumsi aneke ragam makanan Depkes RI, 1995. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara kepada 43 responden bahwa pola
konsumsi makanan responden yang berdasarkan frekuensi, jenis bahan makanan, serta jumlah bahan makanan yang dikonsumsi oleh penderita penyakit jantung koroner.
5.1.1. Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan dan Bahan Makanan
Konsumsi makan penderita jantung koroner jika dilihat dari jenis makanan sudah menunjukkan keanekaragaman konsumsi yang cukup bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari
bervariasinya setiap jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh responden, baik yang tergolong dari makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayur-sayuran, buah-
buahan, minuman dan jenis makanan jajanan yang dikonsumsi. Sumber energi yang terdiri dari bahan makanan pokok yang dikonsumsi
responden seperti : nasi, mie, roti, singkong dan ubi jalar, dikonsumsi pada frekuensi yang berbeda. Nasi dikonsumsi oleh semua responden 100 dengan frekuensi lebih
atau sama dengan 1 x sehari ≥ 1 x sehari, begitu juga dengan mie yang dikonsumsi oleh
responden sebesar 48,8, sedangkan roti banyak dikonsumsi pada frekuensi 1-5 x seminggu, serta singkong dan ubi jalar banyak dikonsumsi pada frekuensi kurang atau
sama dengan 2 x sebulan ≤ 2 x sebulan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian tentang jenis lauk hewani yang banyak di konsumsi oleh responden adalah ikan basah, telur dan daging babi dengan frekuensi lebih atau sama
dengan 1 x sehari ≥ 1 x sehari , sedangkan ikan kering, daging ayam dan daging sapi
banyak dikonsumsi responden pada frekuensi 1 - 5 x seminggu. Untuk daging kambing banyak dikonsumsi pada frekuensi
≤ 2x sebulan. Dalam hal ini telur dan daging babi, ayam, sapi dan kambing yang dikonsumsi
penderita jantung koroner dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Karena daging, ayam dan telur mengandung lemak jenuh dan mempunyai kaitan erat dengan
resiko timbulnya penyakit jantung koroner, atherosklerosis dan stroke. Menurut Krisnatuti 2002, banyak mengonsumsi lemak hewani lemak jenuh
akan meningkatkan kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan penimbunan flak di pembuluh darah sehingga pengaliran darah ke
seluruh tubuh dapat saja terganggu atau terhambat. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria akan menyebabkan penyakit jantung koroner.
Lemak jenuh juga meningkatkan absorbsi kolesterol dalam diet atau mengurangi ekskresinya. Lemak jenuh merangsang produksi kolesterol secara berlebih dalam hati
atau memudahkan penimbunan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Disamping itu lemak jenuh biasanya ditemukan dalam makanan yang sama seperti kolesterol. Bila
asupan diet meningkat untuk satu macam lemak, maka meningkatkan juga lemak lain Hull, 1990.
Apabila pola makan seseorang banyak didominasi makanan berlemak dan rendah serat, serta rendah zat gizi mikro, maka akan menyebabkan kegemukan atau
gizi lebih, disamping itu akan serta meningkatkan radikal bebas yang dapat memicu
Universitas Sumatera Utara
timbulnya penyakit degeneratif yang salah satunya jantung koroner. Penyakit ini umumnya menyerang kelompok usia produktif Baliwati, 2004.
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi konsumsi tentang jenis lauk nabati yang dikonsumsi oleh responden yang menderita PJK yaitu tahu dengan frekuensi
≥ 1x sehari sedangkan untuk jenis tempe dan kacang-kacangan banyak dikonsumsi responden dengan
frekuensi 1 - 5 x seminggu. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7. halaman 35. Sumber lauk nabati mengandung serat yang cukup tinggi, diketahui bahwa serat dapat mencegah
penyakit jantung koroner dan secara umum lemak nabati banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda PUFA = Polyunsaturated Fatty Acid maupun tunggal MUFA =
Monounsatured Fatty Acid Krisnatuti dan Yenrina, 1999. Pada tabel 4.10. halalaman 37, untuk jenis sayur-sayuran yang dikonsumsi
responden terlihat bahwa seluruh jenis sayuran seperti daun singkong, bayam, kangkung, sawi, kacang panjang, wortellabu siam dan nangka muda banyak dikonsumsi oleh
responden dengan frekuensi 1 - 5 x seminggu. Sedangkan untuk jenis buah-buahan yang dikonsumsi responden lebih banyak mengonsumsi pisang 76,7 dan jeruk 55,8
dengan frekuensi ≥ 1x sehari, untuk apel 41,9 dan durian 65,1 dikonsumsi
responden dengan frekuensi ≤ 2x
sebulan, sedangkan nanas dan pisang ambon dikonsumsi dengan frekuensi 1-5x seminggu.
Makanan yang mengandung serat tinggi seperti sayur-sayuran dan buah-buahan dapat berfungsi untuk pencegahan timbulnya penyakit jantung koroner, misalnya buah-
buahan yang mengandung vitamin C berfungsi menjadi perantara sebagai enzim pada pemecahan kolesterol menjadi asam empedu dan gaam empedu. Kenaikan kadar
kolesterol dalam darah dapat diturunkan oleh vitamin C menjadi normal kembali akibat
Universitas Sumatera Utara
imbas pangan. Vitamin A dan karoten yang terdapat pada buah-buahan maupun sayuran berwarna mempunyai peran menurunkan faktor resiko penyakit jantung dan mencegah
teroksidasinya lemak tak jenuh seingga kadar lemak tetap dipertahankan dan mempengaruhi turunnya kadar kolesterol dalam darah Krisnatuti, 1999.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11. halaman 38, diatas banyak responden yang mengonsumsi susu kental manis 44,1 dengan frekuensi konsumsi
lebih atau kurang dari 1 x sehari ≥ 1x sehari, sedangkan teh manis dikonsumsi dengan
frekuensi 1-5 x seminggu. Kopi, jus dan susu sapi segar, banyak dikonsumsi pada frekuensi kurang atau sama dengan 2 x sebulan
≤ 2 x sebulan. Berdasarkan tabel 4.12. hal. 39, untuk jenis makanan jajanan banyak responden
yang mengonsumsi seafood, baksomie sop, gorengan dan pecal pada frekuensi 1 – 5 x seminggu, sedangkan jagung rebus dikonsumsi pada frekuensi
≤ 2 x sebulan.
5.1.2. Jumlah Bahan Makanan yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner