Definisi Operasional Aspek Pengukuran

3.6. Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya hidup penderita dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat dilakukan penelitian wawancara. 2. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan penderita untuk mendapatkan imbalan berupa uang dan barang. 3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang diperoleh melalui wawancara dari responden. 4. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang diukur berdasarkan IMT Indeks Massa Tubuh penderita. IMT = BB kgTB m². 5. Pola konsumsi pangan adalah gambaran tentang kebiasaan makan penderita yang meliputi : susunan, jenis, frekuensi dan jumlah pangan yang dikonsumsi penderita sebelum datang berobat atau berkunjung. 6. Frekuensi makan adalah keseringan mengkonsumsi pangan tertentu oleh penderita PJK, yang diukur dengan menggunakan formulir food frequency. 7. Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan data asupan energi dan protein selama 24 jam. 8. Kuantitas makan adalah banyaknya makan yang dikonsumsi oleh penderita selam 24 jam dan dihitung dalam satuan kalorienergi pada saat di wawancara. 9. Penderita PJK adalah pasien yang dinyatakan menderita PJK berdasarkan diagnosa dokter yang sudah di EKG dan tertulis dikartu status. Universitas Sumatera Utara

3.7. Aspek Pengukuran

1. Umur Ukuran penilaian umur penderita PJK di sesuaikan dengan data yang ada di RSUD Kabanjahe dan dikategorikan atas : - 35 tahun - 35-45 tahun - 45 tahun 2. Pendapatan Ukuran penilaian pendapatan dikategorikan berdasarkan wawancara langsung dengan responden Berdasarkan SK Gubsu No. 561841.K2008 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten karo Tahun 2008. - Rp. 883.000 - Rp. 883.000- Rp.1.500.000 - Rp. 1.500.000. 3. Status Gizi Pengukuran status gizi pendertia PJK berdasarkan Indeks Mass Tubuh IMT, Berat Badan KG IMT = Tinggi badan x Tiinggi badan m² Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAOWHO. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Kategori IMT kg Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0 4. Jumlah pangan Data jumlah bahan makanan diolah dan dikelompokkan menjadi 3 kategori yang dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yagn Dianjurkan DKGA makan satu hari yaitu : sesuai , lebih dan kurang. Sedangkan untuk data konsumsi dihitung dari kuantitas pangan yang dikonsumsi dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan DKBM yang dinyatakan dalam kkal dan gram. Kontribusi energi dan protein dari makanan diperoleh dari perhitungan total konsumsi makanan.kemudian dilakukan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi tersebut terhadap AKG, klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of points masing-masing sebagai berikut Depkes RI, 1990 : - Baik : ≥ 100 AKG - Sedang : 80 - 90 AKG - Kurang : 70 – 80 - Defisit : 70 3.7. Teknik Analisis Data Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pola makan penderita penyakit jantung koroner dengan menyajikannya pada tabel distribusi. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kabanjahe Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan rumah sakit pemerintahan, yang didirikan pada tahun 1921 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang dulunya bernama Bataks Institut. Pada tahun 1925 Rumah Sakit Umum Kabanjahe diserahkan kepada Nederlands Zending Genotschap, yang kemudian pada tahun 1945 diserahkan kepada Daerah Kabupaten Karo sebagai salah satu Rumah Sakit Tipe D, tetapi dalam pelaksanaan kerja Rumah Sakit ini berpedoman pada struktur organisasi Rumah Sakit Tipe C. Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah rujukan dari beberapa Kabupaten yaitu : 1. RSU Sidikalang Kabupaten Dati II Dairi 2. RSU Kotacane Kabupaten Aceh Tenggara 3. Sebagian dari Kabupaten Simalungun Simalungun Atas 4. Semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Karo. Poliklinik penyakit dalam terletak di bagian belakang dari seluruh poli yang ada di RSU Kabanjahe. Poliklinik tersebut menangani semua penyakit yang berhubungan dengan penyakit dalam, dengan jumlah tenaga dokter ahli penyakit dalam 2 orang, tenaga keperawatan ada 4 orang. Sedangkan peralatan yang ada di poliklinik penyakit dalam tersebut antara lain tensimeter, stetescop, timbangan berat badan, dan tempat tidur untuk pemeriksaan pasien. Apabila ditemukan satu kasus seperti pasien yang terkena penyakit jantung koroner maka dibawa kebagian EKG setelah diperiksa di bagian EKG dan Universitas Sumatera Utara menurut diagnosa dokter tersebut tidak dapat dirawat di RSU Kabanjahe maka dibuatkan rujukan ke RS Adam Malik Medan.

4.2. Data Umum Responden

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

3 51 116

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2000-2004

0 32 101

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2000-2002

0 35 106

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2005

2 45 136

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan

8 91 92

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr. Hubungan Asupan Serat Dengan Kadar Kolesterol Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD DR. MOEWARDI.

0 3 18

PERBEDAAN INTAKE SERAT, NATRIUM, DAN ANTIOKSIDAN ANTARA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN PENYAKIT Perbedaan Intake Serat, Natrium, Dan Antioksidan Antara Penderita Penyakit Jantung Koroner Dan Penyakit Jantung Non Koroner Pasien Rawat Jalan Di RSU

0 2 18

PERBEDAAN INTAKE SERAT, NATRIUM, DAN ANTIOKSIDAN ANTARA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN PENYAKIT JANTUNG Perbedaan Intake Serat, Natrium, Dan Antioksidan Antara Penderita Penyakit Jantung Koroner Dan Penyakit Jantung Non Koroner Pasien Rawat Jalan

0 1 14

FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU PROVINSI NTB - Repository UNRAM

0 0 13