Menurut Soehardjo, 1996, pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang keluarga, memilih bahan makanan sebagai tanggapan terhadap
pengaruh, fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial. Pola makan adalah frekuensi, jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi
untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal. Pola makan yang baik harus mengandung gizi yang seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif
atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan alam, budaya, sosial dan ekonomi dimana manusia atau sekelompok
manusia itu tumbuh Khumaidi, 1994.
2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Menurut Sanjur, 1982 yang dikutip Khumaidi 1994, kebiasaan makan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Bahwa kebiasaan makan secara budya dipandang sebagai variabel tak bebas dependent variable yang terbentuk pada diri seseirang karena ia pelajari
learned. b. Kebiasaan makan yang terdapat pada diri seseorang bukan karena proses
pendidikan tertentu atau yang sengaja ia pelajari unlearned. Lebih bersifat inherited diturunkan dari orang tua, nenek moyang dan sebagainya. Banyak
ditemukan pada masyarakat yang terbelakang, terisolir, rendah pendidikannya dan tidak mampu golongan subsistens.
Universitas Sumatera Utara
Faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu Khumaidi, 1994 : 1. Faktor ekstrintik yang berasal dari luar diri manusia, 2. Faktor instrinsik
dari dalam diri manusia.
2.5.2. Status Gizi PJK
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau sekelompok- kelompok yang ditentukan oleh derajat kesehatan kebutuhan fisik akan energi dan zat-
zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan, dampak fisiknya diukur secara anthropometri Soehardjo, 1996.
Penilaian status gizi dengan melakukan pengukuran anthropometri adalah teknik yang paling sering dipergunakan terutama untuk penilaian status gizi balita,
karena lebih mudah untuk melakukannya dan parameter ini lebih sesuai dan cukup sensitif. Status gizi seseorang, baik anak balita maupun remaja dan dewasa dapat
diukur dan ditentukan dengan berbagai kriteria, antara lain dengan menentukan perbandingan berat badan terhadap tinggi badan, tebalnya lapisan lemak kulit pada
bagian otot bisep, trisep, supracapular dan subcapular. Penilaian status gizi orang dewasa umur diatas 18 tahun, sering digunakan
dengan mengukur Indeks Massa Tubuh IMT yaitu cara yang sederhana untuk mengetahui kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan.
Menurut Depkes RI 1996, pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus ataupun gemuk
dengan menggunakan rumus : Berat badan kg
IMT Tinggi Badan meterĀ²
Universitas Sumatera Utara
Banyak mengkonsumsi lemak hewani lemak jenuh akan meningkatkan kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan
penimbunan flak di pembuluh darah sehingga pengaliran darah ke seluruh tubuh dapat saja terganggu atau terhambat. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh
darah koronaria menyebabkan penyakit jantung koroner Krisnatuti, dkk, 2002
2.5.3. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner