2. Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Praktik atau Tindakan practice
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan support praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama 2. Respon terpimpin guide response
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
Universitas Sumatera Utara
3. Mekanisme mechanism Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi adoption Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu recall. Pengucuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2003,
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni
1.
Kesadaran awareness Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus objek
2.
Tertarik interest Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
Universitas Sumatera Utara
3.
Evaluasi evaluation Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.
Mencoba trial Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.
Menerima Adoption Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
2.4.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, ada tiga faktor yang merupakan penyebab perilaku, yaitu faktor pendorong predisposing seperti
pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai yang berkenaan dengan motivasi seseorang
untuk bertindak. Faktor kedua adalah faktor pendukung enabling yaitu tersedianya
fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung dan memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Faktor ketiga adalah faktor penguat reinforcing seperti
keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan dan juga termasuk undang-undang atau peraturan-peraturan baik yang dan pusat maupun kebijakan
daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.4.5 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Perubahan alamiah Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi.
Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga
akan mengalami perubahan. 2. Perubahan terencana
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 3. Kesediaan untuk berubah
Apabila tedadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang akan mengadopsi
inovasi tersebut dengan cepat dan sebagian mengadopsi secara lambat. Hal ini menegaskan bahwa setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan
untuk berubah.
2.5 Rumah Sakit 2.4.3 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna
menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan charitable, untuk merawat pengungsi
atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para pemuda. Kepmenkes RI, No.
1426MENKESSKXII2006.
Universitas Sumatera Utara
Rumah sakit adalah saran kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan
sehat serta kebersihan lingkungan Depkes RI, 2003.
2.4.4 Fungsi Rumah Sakit
Adapun fungsi-fungsi yang harus diselenggarakan oleh rumah sakit adalah: a. Menyelenggarakan pelayanan medis, yang meliputi rawat jalan, rawat inap, rawat
darurat, bedah sentral, perawatan intensif, dan kegiatan pelayanan medis lain. b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis, yang meliputi
radiologi, farmasi, gizi, rehabilitasi, medis, patologi klinis, patologi anatomi, pemulasaran jenasah, pemeliharaan sarana rumah sakit, dan penunjang medis lain.
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
g. Menyelenggarakan administrasi umun dan keuangan.
2.8. Promosi Kesehatan
Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
Universitas Sumatera Utara
mengingkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri self empowerment “Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai
dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundang- undangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan”
Maulana, 2009. Promosi Kesehatan rumah sakit adalah bagian dari pendidikan kesehatan
dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga pasien juga petugas yang bekerja di rumah sakit.
Menurut Ewles Simnett 1994, promosi kesehatan adalah memperbaiki kesehatan atau mendorong untuk menempatkan kesehatan sebagai kebutuhan yang
lebih tinggi pada agenda individu ataupun dalam masyarakat. Aspek promosi kesehatan yang mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga orang
memiliki keinginan lebih besar terhadap aspek kehidupan yang mempengaruhi kesehatan. Dengan peningkatan pengetahuan maka informasi masalah kesehatan akan
membantu individu maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk
mendapatkan pengobatan Hartono, 2010. Promosi kesehatan dilakukan dengan perencanaan melaui tahap analisis untuk
mengetahui permasalahan dan apa yang menjadi penyebabnya, dilakukan penyusunan program agar dapat dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut Diagnan dan
Carr, 1992. Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan, WHO memberi pengertian
Universitas Sumatera Utara
bahwa promosi kesehatan merupakan “the process of enabling individuals and communities to increase control over the determinants of health and thereby improve
their health” proses mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan, dengan demikian meningkatkan derajat kesehatan. Di Indonesia promosi kesehatan dirumuskan sebagai “upaya untuk meningkatakan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan” Depkes RI, 2005b.
2.5.1. Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit
Jika promosi kesehatan rumah sakit ditetapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut: Promosi Kesehatan Rumah Sakit PKRS adalah
upaya rumah sakit meningkatkan kemampuan pasien kelompok masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Depkes RI, 2008.
Sebagaimana tercantum dalam keputusan menteri Nomor 1114MENKESSKVII2005 tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di
daerah, Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah kesehatan potensial yang mengancam dengan cara mencegahnya, dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif serta efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu berprilakuhidupbersih dan
sehatdalam rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya problem solving, baik masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang
potensial mengancam, secara mandiri dalam batas-batas tertentu. Depkes RI, 2008.
Jika defenisi itu ditetapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut ”Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakti PKRS adalah upaya rumah sakit
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien
dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehailitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial budaya serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Depkes RI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Doherty 1997 dalam Agustin 2003, menyatakan bahwa beberapa alasan mengapa rumah sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi
kesehatan adalah sebagai berikut: a Karyawan rumah sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan karena pasien dan keluarganya saling berada pada keadaan dimana mereka akan paling memperhatikan pesan-pesan dari penyuluhan.
b Bila dimanfaatkan dengan tepat maka sistem informasi dirumah sakit akan dapat mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan dengan perubahan pola
hidup, perilaku masyarakat setempat atau karena pencemaran lingkungan. c Sebagai suatu organisasi yang memiliki banyak karyawan dan sebagai pusat
sumber daya untuk wilayahnya, maka rumah sakit mempunyai tanggung jawab moral untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan karyawannya agar dapat
menjadi teladan masyarakat diwilayah cakupannya. d Karena relatif banyaknya karyawan rumah sakit dengan keluarganya, maka
mereka paling cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku hidup sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan
lingkungan. e Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati di lingkungan sekitarnya,
maka pesan-pesan dari rumah sakit dalam penyuluhan kesehatan akan memiliki bobot yang jauh lebih besar daripada instansi lain.
Universitas Sumatera Utara
f Sebagai pusat sumber daya untuk jaringan rujukannya, kerjasama rumah sakit dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain diwilayahnya, dalam hal penyuluhan
atau promosi kesehatan, akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.
2.5.3 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut Notoatmojo 2005 tujuan promosi kesehatan sesuai dengan sasaran-sasarannya yaitu:
a. Bagi pasien: 1. Mengembangkan perilaku kesehatan healthy behavior : promosi kesehatan
di rumah sakti mempunyai tujuan untuk mengembangkan pengetahuan sikat dan perilaku tentang kesehatan khususnya masalah penyakit yang diderita
pasien. Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh pasien, maka pengaruhnya antara lain:
1 Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien 2 Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah
kekambuhan penyakit. 3 Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain atau
keluarga. 4 Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyebuhan kepada
orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut. 2. Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi keluarga Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang aling dekat dengan
pasien. Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-mata karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab
itu promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat: 1. Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
2. Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit. 3. Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
c. Bagi rumah sakit Pengalaman-pengalaman bagi rumah sakit yang telah melaksanakan
promosi kesehatan membuktikan bahwa mempunyai keuntungan bagi rumah sakit antara lain:
1. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. 2. Meningkatkan citra rumah sakit.
3. Meningkatkan angka hunian rumah sakit.
2.5.3. Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat
Menurut Hartono 2005 Strategi Promosi Kesehatan diharapkan dapat dilaksanakan secara paripurna komprehensif khususnya dalam menciptakan perilaku
baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu: 1. Advokasi; 2. Bina suasana yang diperkuat oleh
kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat dan; 3. Gerakan pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Advokasi menurut Hopkins dalam Notoatmodjo 2003 adalah usaha untuk memengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif. Advokasi diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
stakeholders. Bina suasana dijelaskan oleh Hartono 2005 sebagai upaya pembentukan opini publik dengan membuat suasana atau iklim yang kondusif atau
menunjang sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Fokus bina suasana adalah sasaran sekunder dengan luaran berupa adanya
kemitraan dan suasana yang mendukung. Selanjutnya pemberdayaan oleh Notoatmodjo 2003 didefenisikan sebagai proses pemberian informasi secara
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar aspek
knowledge, dari tahu menjadi mau aspek attitude, dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan aspek practice.
Promosi kesehatan di rumah sakit telah diselenggarakan sejak tahun 1994 dengan nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS. Seiring
dengan perkembangannya, pada tahun 2003, istilah PKRS berubah menjadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit PKRS. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk
pengembangan PKRS seperti penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur Rumah Sakit Pemerintah, Pelatihan PKRS, pengembangan
dan distribusi media serta pengembangan model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun demikian
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan kesinambungan di rumah sakit tidak terjaga dengan baik
tergantung pada kuat tidaknya komitmen direktur rumah sakit. www.Kemenkesstandarpkrs, 2010.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam promosi kesehatan di rumah sakit yaitu:
1. Sebagian besar rumah sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu kebijakan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2. Sebagian besar rumah sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan
penyakitnya. 3. Sebagian besar rumah sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman, bersih
dan sehat. Sebagian besar rumah sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.
2.5.4. Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada indvidukeluarga, masyarakat, pemerintahlintas sektorpolitisswasta dan petugas atau pelaksana program.
1. Individukeluarga diharapkan a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung
maupun melalui media massa, b. Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya,
Universitas Sumatera Utara
c. Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS, d. Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan dengan
lembaga swadaya masyarakat LSM kesehatan. 2. Masyarakat diharapkan
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya kesehatan. b. Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat,
3. PemerintahLintas sektoralPolitisiSwasta diharapkan a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan
perilaku dan lingkungan sehat, b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak dibidang kesehatan,
4. Petugas atau pelaksana program diharapkan a. Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan,
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi kepuasan kepada masyarakat.
2.5.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Kesehatan perubahan perilaku
2. Kampanye Sosialisasi social marketing 3. Penyuluhan komunikasi, informasi dan edukasi
4. Upaya peningkatan upaya promotif 5. Advokasi upaya memengaruhi lingkungan
6. Pengorganisasian dan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat 7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
2.5.6. Peluang Promosi Kesehatan
Banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di rumah sakit Petunjuk Teknis PKRS, 2008, secara umum peluang itu dapat dikategorikan
sebagai berikut: a. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam
gedung terdapat peluang-peluang: 1. PKRS di ruang pendaftaranadministrasi yaitu diruang dimana pasienklien
harus melapormendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit. 2. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik
seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah, poliklinik penyakit dalam, poliklinik THT, dan lain-lain.
3. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang darurat, rawat intensif dan rawat inap.
4. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yang terutama di pelayanan obat, pelayanan laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik
bahkan juga kamar mayat. 5. PKRS dalam pelayan bagi klien orang sehat adalah seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan check up, konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja dan
Universitas Sumatera Utara
6. PKRS diruang pemberdayaan rawat inap yaitu di ruang dimana pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum
meninggalkan rumah sakit. b. Di luar gedung
Di luar gedung RS tidak tersedia peluang untuk melakukan PKRS. Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS yaitu
1. PKRS di tempat parkir yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangangedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut
lapangangedung parkir. 2. PKRS di taman rumah sakit yaitu aman-taman yang ada di depan,
sampingsekitar maupun di dalamhalaman dalam rumah sakit. 3. PKRS di dinding luar rumah sakit.
4. PKRS di kantinwarung-warungtoko-tokokios-kios yang di kawasan rumah sakit.
5. PKRS di tempat ibadah yang tersedia di rumah sakit mesjid dan mushala 6. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.
2.5.7 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi PKRS Kemenkes, 2010. Indikator keberhasilan mencakup indikator
masukan input, indikator proses, indikator output, dan indikator dampak.
Universitas Sumatera Utara
1. Indikator Masukan