Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa persentase hasil belajar siswa kelas IV A pada kategori “sangat baik dan baik” adalah 60,00.
Persentase hasil belajar siswa kelas IV B pada kategori “sangat baik dan baik” adalah 66,66, dan persentase hasil belajar siswa kelas IV C pada
kategori “sangat baik dan baik” hanya sebesar 52,00. Berdasarkan persentase hasil belajar yang rendah di kelas IV C, maka perlu diadakan
Penelitian Tindakan Kelas PTK agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Kemendikbud 2013: 1 menyatakan bahwa keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah dasar
sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya adalah guru. Menurut Mulyasa 2013: 99 implementasi Kurikulum 2013
menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Maka dari itu di
dalam pembelajaran guru memerlukan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model yang tepat digunakan dalam
pembelajaran dan sesuai dengan pendekatan saintifik adalah model problem posing, yang mana model problem posing merupakan salah satu model yang
menggunakan konsep pembelajaran berbasis masalah yang berupa pengajuan soal.
Menurut Thobroni Mustofa 2012: 344 pengajuan soal dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa karena pengajuan soal
merupakan sarana untuk merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif, pengajuan masalah problem posing
pada relevansinya dalam pembelajaran merupakan reaksi siswa terhadap situasi pembelajaran
yang diberikan oleh guru dan reaksi tersebut berupa respon dalam bentuk pertanyaan yang berupa soal.
Sejalan dalam hal ini Suryosubroto 2009: 203 menjelaskan bahwa pembelajaran problem posing dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis,
berpikir kreatif dan interaktif. Salah satu kelebihan dari penerapan model pembelajaran problem posing ini juga adalah mendidik anak untuk percaya
diri. Melalui model problem posing siwa dapat lebih memahami konsep pembelajaran dengan melatih keterampilan berfikir kreatif siswa. Terutama
dalam bentuk pengajuan soal yang disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitar, dan disesuaikan materi pembelajaran serta dengan
bimbingan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam
proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan penerapan model problem posing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan
hasil belajar dalam pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 20132014.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran masih didominasi kegiatan guru menggunakan metode ceramah dan masih banyak kegiatan siswa seperti mencatat serta
mendengarkan. 2. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa
dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. 3. Guru belum optimal dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang
menuntut pendekatan saintifik sesuai pada Kurikulum 2013, karena
kurangnya referensi model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik.
4. Pembelajaran cenderung lebih mengarah pada aspek kognitif. 5. Rendahnya hasil belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model problem posing pada pembelajaran tematik kelas IV C
SDN 11 Metro Pusat? 2. Apakah penerapkan model problem posing dalam pembelajaran tematik
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IV C SDN 11
Metro Pusat pada pembelajaran tematik melalui model problem posing. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat pada
pembelajaran tematik melalui model problem posing.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV C SDN 11 Metro Pusat diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Siswa Dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat melalui model problem posing.
2. Guru Sebagai
bahan pertimbangan,
memperluas wawasan
dan pengetahuan guru dalam menggunakan model yang tepat digunakan pada
pembelajaran tematik sehingga dapat meningkatkan, dan membangun kemampuan profesional guru yang dapat memberi manfaat untuk siswa.
3. Sekolah Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di SDN 11 Metro Pusat sehingga menghasilkan output yang optimal.
4. Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang
Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan menggunakan model problem posing pada mata pelajaran tematik, guna meningkatkan mutu pendidikan.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik
Pendidikan merupakan salah satu bekal yang paling utama dalam menentukan keberhasilan suatu negara. Seiring kemajuan suatu zaman maka
kualitas pendidikan harus semakin ditingkatkan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki cara belajar dan pembelajaran yang ada.
Menurut Kemendikbud 2013: 192, inovasi pendidikan di bidang kurikulum diharapkan secara periodik dapat dilakukan untuk
kepentingan mengubah
dan memperbaiki
cara belajar
dan membelajarkan materi kepada siswa. Kurikulum dilaksanakan dengan
menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: a belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b belajar untuk memahami
dan menghayati, c belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, d belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang
lain, dan e belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan, dengan mengedepankan siswa aktif.
Berdasarkan kutipan di atas, untuk menciptakan siswa yang aktif kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pendidik dalam
menerapkan terobosan terbaru selama
proses pembelajaran. Sesuai
Kurikulum 2013 di SD pelaksanaan pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematik dan prosesnya menggunakan pendekatan saintifik.
Kurikulum 2013 pembelajaran mengacu pada tema dan mendorong siswa untuk melakukan keterampilan ilmiah di dalam pembelajaran.
1. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu jenis dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan menurut Suryosubroto 2009: 133. Selaras dengan
pendapat Sutirjo dan Mamik dalam Suryosubroto, 2009: 133 menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai
atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Menurut Trianto 2010: 83 menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu atau tematik menawarkan pembelajaran yang menjadikan aktivitas belajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, kebermaknaan
pengalaman siswa akan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang diajarkan oleh
guru di SD dipadukan melalui tema-tema yang telah di tetapkan serta disediakan pada buku guru dan buku siswa.
Menurut Suryosubroto 2009: 135 dalam pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri antara lain: 1 pembelajaran berpusat pada siswa,
2 memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3 pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4 menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, 5 bersifat fleksibel dan hasi pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
Menurut Kemendikbud 2013: 194, dalam penerapannya pembelajaran tematik memiliki tujuan pembelajaran sebagai berikut:
a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi peserta didik. e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.
g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pembelajaran tematik memiliki keunggulan dan kekurangan. Menurut Suryosubroto 2009: 136 keunggulan dari pembelajaran tematik
antara lain, pembelajaran menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, pengalaman dan kegiatan relevan dengan tingkat
perkembangan serta kebutuhan siswa, hasil belajar akan lebih lama karena lebih berkesan serta bermakna, dan menumbuhkan keterampilan sosial.
Sedangkan kekurangan yang ada pada pembelajaran tematik adalah guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi dan tidak semua guru mampu
mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran secara tepat Suryosubroto, 2009: 137.