Pengalaman Intraestetis dan Ekstraestetis Visual

18 Dilain pihak, agama Islam yang mewarnai negara-negara timur terutama pada masyarakat tradisional menjadikan Islam sebagai gerakan estetik dan disebut dengan estetika Islam yang memiliki personifikasi simbolik, dapat memancarkan keadaan rohani yang memungkinkan untuk dipahami secara universal. Terlepas dari kebenaran metafisik dan fakta-fakta kewahyuan-Nya, agama Islam memanggil dan menyentuh manusia melalui metafora, logika dan bahasa estetis. Kenyataan ini dapat dengan mudah dibaca dalam teks-teks kitab suci, tradisi puitik, hikayat dan dongeng-dongeng mitologis yang ada dalam masyarakat tradisional. Aspek-aspek definitif seni Islam, norma dan spritualisasi keindahan yang terkandung di dalamnya, melahirkan ide dan teks-teks dalam aneka proses dan praktek-praktek penciptaan karya seni yang bersifat khas, multimedia, visual dan audial. Namun demikian, objektifitas pemahaman terhadap estetika Islam tidak cukup hanya dipenuhi dengan penunjukan dan penafsiran terhadap teks-teks wahyu suci Alquran, legislasi al hadist, literatur klasik kitab kuning, konsensus normatif kaidah fiqiyah maupun fatwa, tetapi harus juga menjelajah kedataran konseptual dan teoritik melalui logika, bahasa dan diskursus seni itu sendiri, dalam hal ini, perjuangan estetis Al-Faruqi dan Nasr adalah contoh yang patut dihormati Hamdy Salad. 2000: 24

2.4. Pengalaman Intraestetis dan Ekstraestetis Visual

Pengalaman estetik atau pengalaman seni merupakan salah satu nilai kualitas dalam seni. Pengalaman kualitas seni amat pribadi terjadinya karena si penerima itu yang menciptakannya berdasarkan karya seni yang ada. Dalam setiap 19 karya seni yang berupa wujud kebendaan yang artinya terindera terdapat dua aspek utama yakni aspek intra estetis dan ekstra estetis. Intra estetis seni dibentuk oleh medium atau material seninya. Unsur intra estetis seni rupa terdiri atas semua aspek yang dimiliki atas semua bahan utamanya, misalnya cat lukis dan bidang gambarnya, bahan kayu atau logam dan unsur-unsur yang membentuknya. Pada seni sastra bahan utamanya adalah bahasa yang membentuk imaji atau gambaran. Pada seni musik, materialnya terdapat dalam bunyi atau suara dan lainnya. Penggunaan bahan material seni tadi dilandasi oleh niat ekstra estetisnya yakni gagasan, pikiran dan perasaan seniman. Unsur ekstra estetis berupa lingkungan sosial budaya masyarakat, adat istiadat, agama, ekonomi, pendidikan dan politik yang berada dalam masyarakat pendukung seni tersebut. Unsur ekstra estetis tersebut diungkapkan melalui mediumnya dalam wujud tertentu. Misalnya gagasan tentang perasaan “ketentraman dan kemakmuran”. Gagasan ini dapat diwujudakan dalam bentuk murni intra estetisnya saja, misalnya dengan alunan nada tertentu atau dengan kombinasi warna dalam bentuk-bentuk tertentu. Gagasan perasaan “ketentraman dan kemakmuran” tadi juga dapat diwujudkan dengan menggambarkan bentuk yang menyerupai pengalaman sehari-hari, misalnya suasana panen padi di pedesaan yang memberikan asosiasi memberikan pengalaman perasaan yang dimaksud. Suasana tertentu atau perasaan tertentu dapat diwujudkan secara intra estetis murni yaitu melalui medium tertentu dengan pengaturan struktur tertentu pula. Pengaturan unsur-unsur medium inilah yang memberikan kepuasan, 20 kesenangan, rasa sempurna pada diri pengamat karena nilai logisnya, sehingga memperoleh makna rasa tertentu pula.

2.5. Konsep Semiotik