METODE PENELITIAN ANALISIS SEMIOTIK: UPACARA PERKAWINAN “NGERJE” KAJIAN ESTETIKA TRADISIONAL SUKU GAYO DI DATARAN TINGGI GAYO KABUPATEN ACEH TENGAH.

32

BAB III METODE PENELITIAN

Tujuan akhir suatu penelitian adalah membuktikan kebenaran data yang diperoleh di lapangan, dan melalui referensi buku-buku perpustakaan. Semua pembuktian ini hendaknya didasarkan pada metode-metode serta kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, dengan memperhatikan beberapa aspek, seperti populasi dan sampel, metode pengumpulan data, analisis data dan alat yang digunakan dalam penelitian. Dalam konteks penelitian ini akan dilakukan dan ditetapkan batasan- batasan secara spesifik, yakni upacara perkawinan ngerje kajian makna simbol dan estetika tradisional suku Gayo di dataran tinggi Gayo kabupaten Aceh tengah, dimana upacara perkawinan ngerje merupakan salah satu upacara tradisional yang multidimensional dan sarat dengan nilai-nilai pendidikan dan moral yang terkanding di dalamnya. Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bertahap, berawal dari kegiatan untuk mengetahui fenomena yang dikembangkan menjadi suatu gagasan lewat penjabaran konsep dan metode yang tepat. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk melahirkan gagasan dan tesis yang masih perlu ditindaklanjuti untuk menemukan suatu teori. Tesis bukanlah karya kompilasi dan tabulasi yang hanya mengumpulkan sederetan data, melainkan perlu diolah dan dikritisi, dikoreksi dan dikonstruksikan secara logis sesuai pola pikir ilmiah yang bertanggung jawab penuh kebenaran dan didukung pendapat maupun teori-teori Sutrisno Hadi, 1986; 27. 33 Sumber pokok perolehan data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini diupayakan lewat studi pustaka dan studi lapangan. Data yang bersumber dari lokasi penelitian terkait dengan upacara perkawinan ngerje masyarakat Gayo. Pengamatan langsung terhadap perwujudan upacara perkawinan Ngerje masyarakat Gayo dilaksanakan pada bulan Desember dan Januari 2007 karena pada bulan itu masyarakat Gayo selesai melaksanakan hari raya haji dan masa memanen padi sehingga dianggap bulan yang baik masyarakat Gayo untuk melaksanakan upacara perkawinan. Cara mengungkapkan makna-makna tersirat dari simbol-simbol yang digunakan dalam upacara perkawinan ngerje masyarakat Gayo digunakan pendekatan semiotik. Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tentang tanda, bagaimana tanda tersebut bekerja, terutama tanda-tanda yang ada dalam masyarakat. Sasaran penelitian yang dilakukan di kecamatan Kebayakan dan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dengan ibu kota Takengon Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD dengan tujuan untuk mengungkapkan perwujudan upacara perkawinan ngerje masyarakat suku Gayo sebagai faktor intra estetis yang dipengaruhi oleh sistem budaya dan religi sebagai faktor ekstra estetis untuk memahami makna simbol yang terdapat dalam upacara perkawinan tersebut. Sumber data penelitian diperoleh dari para tokoh masyarakat Gayo yang memahami dan mengetahui perwujudan dan makna simbol dari upacara perkawinan ngerje, serta dari studi dokumenter documentary study dengan 34 menghimpun dokumen tertulis, gambar atau photo maupun elektronik yang berkaitan dengan upacara perkawinan ngerje Sukmadinata, 2005: 216-222. Adapun nara sumber tersebut dikatagorikan menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Tokoh masyarakat yang ada di desa Pinangan Kecamatan Bebesan kabupaten Aceh Tengah. 2. Tokoh masyarakat yang ada dalam Majelis Adat Aceh cabang Aceh Tengah. 3. Masyarakat Gayo yang ada di desa Pinangan. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitii antara lain: Berdasarkan obersevasi dan pengamatan langsung dari peneliti mengenai upacara perkawinan di daerah Gayo biasanya berlangsung pada bulan Desember hingga Januari dengan alasan pada bulan tersebut adalah bulan yang baik bagi masyarakat Gayo karena selesai panen padi dan hari raya haji. Dalam pelaksanaan observasi ini digunakan juga alat bantu rekam seperti kamera photo, handycam yang menghasilkan data-data visual berupa hasil-hasil photo dan video visual untuk menambah keakuratan data. Wawancara dilakukan terhadap tokoh-tokoh masyarakat atau “petue- petue” desa yang ada di desa Pinangan Kecamatan Bebesan anatara lain Pak Hol 69, Nek Encu 75 dan juga tokoh-tokoh lembaga adat Gayo yang ada dalam lembaga Majelis Adat Aceh MAA Tekengon Kabupaten Aceh Tengah yang berjumlah tiga orang. Wawancara sifatnya sistematis karena menggunakan urutan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dalam daftar pertanyaan. 35 Seperti juga halnya dengan data pengamatan, data pribadi dapat juga disandi atau diperiksa menurut tema atau hipotesis Furchan, 1992 : 2. Teknik dokumentasi merupakan salah satu dalam pengumpulan data dengan melihat berbagai dokumen yang ada diberbagai instansi yang berkaitan dengan penelitian. Dokementasi ini bermaksud untuk memperoleh data skunder yaitu data yang diperlukan sebagai pendukung berupa kajian pustaka, catatan dan gambar yang ada. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri dengan didukung oleh beberapa instrumen penelitian antara lain pedoman wawancara, kamera photo atau handycam dan tape recorder untuk merekam data- data yang peroleh. Setelah seluruh dapat yang diperlukan terkumpul, selanjutnya analisis data dilakukan sambil mengumpulkan data analysis in the field dengan cara mengatur transkrip wawancara, field notes dan materi lainnya yang berguna bagi peningkatan pemahaman penelitian mengenai subjek penelitian, dan mungkin menyampaikan temuan peneliti kepada orang lain. Kegiatan dalam analisis data ini mencakupi tentang pengorganisasian data, menguraikan data menjadi unit yang lebih kecil, melakukan sintesa di antara data, mencari pola hubungan atau interaksi di antara data, menemukan data mana yang lebih penting dan harus dipahami serta menentukan apa saja yang perlu dilaporkan serta diinformasikan kepada masyarakat Jazuli, 2001:42. Secara lebih khusus untuk menganalisis data yang berkaitan dengan simbol-simbol dalam upacara perkawinan Ngerje, dilakukan dengan menggunakan pendekatan semiotik. Teknik dalam menganalisis data yang 36 berkaitan dengan simbol-simbol tersebut adalah analisis sintaksis, analisis semantik dan analisis pragmatig. Analisis sintaksis yaitu menganalisa hubungan antara tanda dengan tanda yang lain dan cara tanda-tanda tersebut bekerja atau mempelajari memberikan peraturan-peraturan yang berlaku atau gramatika semiotik. Analisis semantik yaitu menganalisa hubungan tanda dengan acuannya serta konsekuensinya pada interpretant. Analisis pragmatis yaitu analisis hubungan tanda dengan pemakai tanda tersebut Van Zoest dalam Iswidayati 2006: 36. Data yang telah diperoleh perlu dicek keabsahannya. Salah satu teknik untuk menguji keabsahan data adalah “trianggulasi” yaitu mengecek data yang diperoleh dengan beberapa sumber baik tokoh masyarakat ataupun sumber tertulis. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data yang ada Moleong, 1988 : 178. Data yang telah diperoleh melalui teknik pengumpulan data obeservasi, wawancara, dokumentasi atau rekaman, selanjutnya dibandingkan dengan sumber lain seperti buku atau dengan pendapat dari pihak lain yang mendukung. Pihak lain yang mendukung tersebut adalah tokoh-tokoh masyarakat Gayo yang telah lama tinggal di Kota Banda Aceh. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN