LatarSetting Penokohan Unsur Intrinsik Cerpen

disusun mulai dari awal kejadian dan disusun secara kronologis hingga ke akhir kejadian. Alur maju disusun berdasarkan waktu kejadian yang paling awal sampai dengan paling akhir. Alur mundur adalah kebalikan dari alur maju. Jika alur maju menyajikan mulai dari awal kejadian sampai dengan akhir kejadian, alur mundur menyajikan mulai dari akhir kejadian sampai dengan awal kejadian. Hal ini dikatakan sebagai flashback atau putar balik. Alur campuran maju-mundur adalah alur yang menyajikan cerita secara tidak runtut atau acak. Cerita disajikan tidak berdasarkan urutan waktu kejadian, melainkan diacak sesuai dengan keinginan penulis atau pengarang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah serangkaian peristiwa yang disusun dan membentuk satu kesatuan secara utuh serta memiliki hubungan kausalitas dalam menghasilkan sebuah cerpen. Alur yang biasa digunakan untuk siswa sebagai penulis pemula adalah alur maju karena alur maju memiliki kategori mudah untuk diterapkan di dalam cerita.

b. LatarSetting

Latar adalah penggambaran tempat kejadian, waktu kejadian, dan suasana kejadian yang terdapat di dalam cerpen. Pengambaran tersebut berfungsi sebagai sarana bagi pembaca dalam memahami isi cerpen. Menurut Zulfahnur 1997: 36, latar adalah situasi tempat, ruang, dan waktu terjadinya cerita. Menurut Pujiharto 2012: 47 latar adalah elemen fiksi yang menyatakan pada pembaca di mana dan kapan terjadinya peristiwa. Menurut Semi 1988: 46 latar atau landas tumpu setting cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Beberapa pendapat di atas memiliki kemiripan dalam mendefinisikan latar, yaitu latar mencakup tempat dan waktu peristiwa dalam cerita. Pendapat yang sedikit berbeda dan lebih rinci dikemukan oleh Nurgiyantoro 2013: 314 yang membagi latar menjadi 3 unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial dan budaya. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi Nurgiyantoro, 2013: 314. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi Nurgiyantoro, 2013: 318. Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi Nurgiyantoro, 2013: 322. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat dan waktu terjadinya cerita dalam cerpen serta perilaku sosial tokoh yang terdapat di dalam cerpen yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat di suatu tempat. Kehidupan sosial di dalam cerpen dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan penulis atau pengarang cerpen.

c. Penokohan

Tokoh adalah pelaku yang terlibat di dalam cerita. Nurgiyantoro 2013: 247 mengemukakan bahwa istilah tokoh menunjuk pada orangnnya, pelaku cerita, msalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: ”Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Ada berapa orang jumlah tokoh novel itu?”, dan sebagainya. Nurgiyantoro 2013: 258-278 mengkategorikan tokoh ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut. 1 Berdasarkan pada peran dan pentingnya tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang kurang mendapatkan perhatian di dalam cerita. 2 Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang menampilkan sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis secara langsung ataupun tidak langsung. 3 Berdasarkan perwatakan tokoh, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki satu sifat saja, sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang dapat memiliki sifat lebih dari satu. 4 Berdasarkan berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh, yaitu tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perkembangan watak, sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan watak sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot dikisahkan. 5 Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh terhadap sekelompok manusia dari kehidupan nyata, yaitu tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang dapat ditafsirkan sebagai tokoh yang memiliki pemahaman seperti totkoh di dunia nyata, sedangkan tokoh netral adalah tokoh yang benar-benar imajinatif yang hanya hidup dalam dunia fiksi. Setiap tokoh memiliki karakter atau sifat sesuai dengan peran yang dimainkannya di dalam cerita. Karakter atau sifat inilah yang disebut dengan penokohan. Perwatakan atau penokohan adalah pelukisan tokohpelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah lakunya dalam cerita Zulfahnur, 1997: 29. Melalui penokohan, pembaca dapat mengenali karakter masing-masing tokoh melalui sifat dan tingkah lakunya di dalam cerita. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Pujiharto 2012: 44, penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan watak dan kepribadian tokoh. Pengarang memasukkan sifat tertentu di dalam tokoh untuk menggambarkan karakter dan watak tokoh di dalam cerita. Menurut Nurgiyantoro 2013: 248, penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sangup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelaku sekaligus gambaran sifat-sifat yang dimainkannya di dalam cerita. Penokohan mencakup tokoh dan juga karakter atau wataknya di dalam cerita. Teknik pelukisan tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik Nurgiyantoro, 2013 279-297. Teknik ekspositori sering juga disebut sebagi teknik analitis. Teknik analitis yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pengarang mendeskripsikan secara langsung karakter para tokoh, muncul sebagai perkenalan para tokoh. Teknik dramatik yaitu teknik pelukisan tokoh cerita secara tidak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit karakter para tokoh. Karakter tokoh dapat diketahui melalui kata-kata, tingkah laku, dan kejadian-kejadian yang ada di dalam cerita. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan karakter atau watak tokoh di dalam cerita. Penokohan dilakukan dengan memasukkan sifat-sifat tertentu di dalam tokoh dan diditunjukkan melalui perilakunya di dalam cerita. Teknik pelukisan tokoh dapat dilakukan memalui dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Sebagai contoh sifat yang terdapat di dalam tokoh yaitu, pemarah, penyabar, dermawan, suka menolong, rajin, dan lain sebagainya.

d. Sudut Pandang