19
B. Tinjauan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Tunalaras
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ABK
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karekteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya Smart, 2012: 33. Menurut Mudjito,
Harizal, Elfindri 2013: 27, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi maupun fisik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus secara
fisik, mental, maupun emosi memiliki keterbelakangan dengan anak normal, namun anak berkebutuhan khusus tetap memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan, dimana pendidikan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak berkebutuhan tersebut. Hal ini ditegaskan pula oleh Alimin Kustawan,
2013: 28, yang menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Menurut Ilahi 2013: 138, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki kelainan dan keberbedaan dengan anak normal pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan khusus, sehingga membutuhkan
pelayanan pendidikan yang lebih intens. Meskipun anak berkebutuhan khusus tidak sempurna, mereka juga memiliki kemampuan yang juga dimiliki oleh anak
normal lainnya bahkan kemampuan tersebut bisa lebih baik daripada anak normal. Kemampuan anak berkebutuhan khusus dikembangkan di sekolah dengan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Hal ini sesuai dengan
20
pendapat Thompson 2012: 1 yang menyatakan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus ABK di sekolah-sekolah umum dapat berpartisipasi penuh dalam
kehidupan sekolah serta menerima kurikulum dan pengajaran yang relevan dengan kebutuhan mereka. Anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan yang
spesifik karena anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan. Anak berkebutuhan khusus dapat disimpulkan sebagai
anak yang memiliki keterbatasan atau karakteristik khusus dan berbeda dari anak pada umumnya baik secara mental, emosi, mental, intelektual maupun sosial yang
memerlukan layanan pendidikan khusus. Pendidikan anak berkebutuhan khusus terutama dalam sekolah inklusi harus sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki
setiap anak. Jika ditinjau dari sifatnya, anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi dua
jenis yaitu anak berkebutuhan khusus yang sifatnya permanen dan temporer. Menurut Kustawan 2013: 13-18 jenis anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanen yaitu tunanetra hambatan penglihatan, tunarungu hambatan pendengaran, tunawicara hambatan berbicara, tunagrahita hambatan
kecerdasan, tunadaksa hambatan fisik, tunalaras, Learning disability kesulitan belajar spesifik, slow learner lamban belajar, autis, anak dengan gangguan
motorik, anak korban penyalahguanaan narkotika, tunaganda kelainan majemuk. Sedangkan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer yaitu anak yang
memiliki hambatan belajar dan perkembangan yang penyebabnya berasal dari luar dirinya yang sifatnya sementara.
21
2. Pengertian Tunalaras
Istilah tunalaras berasal dari kata tuna yang berarti kurang dan laras berarti sesuai. Anak tunalaras berati anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan
norma dan peraturan yang ada di lingkungannya. Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1991 menyebutkan bahwa “Tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau
kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat”.
Pengertian yang serupa dikemukakan dalam dokumen SLB bagian E tahun 1977 yang disebut tunalaras adalah 1 anak yang mengalami gangguanhambatan
emosi dan tingkah laku sehingga tidakkurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat; 2 anak
yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku di masyarakat; 3 anak yang melakukan kejahatan.
Gangguan perilaku ini merupakan gangguan dalam arti tidak mampu mendefinisikan secara tepat kesehatan mental dan perilaku yang normal, tidak
mampu mengukur emosi dan perilakunya sendiri serta mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi sosialitas menurut Hallahan dan Kauffman Hidayat dan
Wawan, 2013: 13. Gangguan emosi yaitu suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan
tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar. Berikut ciri-ciri gejala emosi diantaranya.
22
a. Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan,
penginderaan, atau kesehatan. b.
Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan guru. c.
Bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal. d.
Perasaan tetekan dan tidak bahagia terus menerus. e.
Cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah- masalah sekolah berdasarkan Undang-undang tentang PLB di Amerika
Serikat Hidayat Wawan, 2013: 13.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tunalaras merupakan gangguan atau hambatan yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang dalam bertingkah laku yang sesuai
norma serta tidak mampu mengendalikan emosi sehingga menimbulkan penyimpangan yang terus-menerus yang dapat merugikan diri sendiri maupun
orang sekitar. 3.
Klasifikasi Anak Tunalaras Soemantri 2007: 149, mengklasifikasikan anak tunalaras secara garis besar
menjadi dua yaitu anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan anak yang mengalami gangguan emosi.
Cruickshank Hidayat Wawan, 2013: 24, mengemukakan bahwa klasifikasi anak tunalaras berdasarkan besarringannya yaitu kelainan anak yang mengalami
hambatan sosial dapat diklasifikasikan kedalam katagori sebagai berikut.
a. The Semi-Socialize Child
Anak yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas dalam lingkungan tertentu misalnya keluarga dan
kelompoknya. b.
Children Arrested At a Primitive Level or Socialization Anak dalam kelompok ini dalam perkembangan sosialnya berhenti pada
level atau tingkatan yang rendah. Mereka tidak pernah mendapatkan bimbingan
23
kearah sikap sosial dan terlantar dari pendidikan, sehingga mereka akan melakukan apapun yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
perhatian dari orang tua yang berakibat perilaku anak hanya dikuasai nafsu saja. c.
Children with Minimum Socialization Capacity Anak dalam kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk
belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaankelainan atau anak tidak pernah menganal hubungan kasih sayang sehingga anak bersikap apatis dan
egois. Demikian
pula anak
yang mengalami
gangguan emosi
dapat diklasifikasikan menurut berat ringannya masalah atau gangguan yang dihadapi
sebagai berikut: a.
Neurotik Behaviour Perilaku Neurotik Anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain, akan tetapi
mereka mempunyai permasalahan pribadi yang tidak mampu diselesaikan. Mereka mudah sekali dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan cemas, marah, dan
agresif. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh keadaan atau sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan
yaitu karena kesalahan pengajaran atau kesulitan belajar. b.
Children with Psycotic Processes Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga
memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka menyimpang dari kehidupan yang nyata, sehingga tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas
diri. Ini dapat terjadi akibat gangguan sistem syaraf akibat dari keracunan.
24
Klasifikasi anak tunalaras berdasarkan sumber pemicu tumbuhnya perilaku menyimpang yaitu.
a. Penyimpangan Tingkah Laku sebagai Bentuk Kelainan Penyesuaian Sosial
Social Maladjusted Menurut Mackie Hidayat Wawan, 2013: 17, anak yang dikatagorikan
kelainan penyesuaian perilaku sebagai bentuk kelainan penyesuaian sosial adalah anak yang mempunyai tingkah laku tidak sesuai dengan adak kebiasaan yang
berlaku di rumah, sekolah, dan masyarakat. b.
Penyimpangan Tingkah Laku Ekstrem sebagai Bentuk Kelainan Emosi Emotional Disturb
Bentuk kelainan emosi adalah anak yang mengalami kesulitan menyesuaikan perilakunya dengan lingkungan sosial karena adanya tekanan dari
dalam inner tension. Indikasi anak berkelainan emosi dapat dipantau dari tekanan jiwa yang ditunjukkan dalam bentuk kecemasan.
Menurut Shepherd 2010: 26, tingkah laku yang menunjukkan gangguan tunalaras dikelompokkan menjadi dua yaitu.
a. Internalizing Behaviour
Merupakan perilaku yang melibatkan konflik mental atau emosiaonal, seperti depresi dan kecemasan
b. Eksternalizing Behaviour
Merupakan tingkah laku yang melibatkan sikap melawanatau menentang orang lain.
25
Berdasarkan pendapat tersebut klasifikasi bagi anak berkebutuhan khusus tunalaras secara umum yaitu anak yang mengalami gangguan sosial dan anak
yang mengalami gangguan emosi. 4.
Karakteristik Anak Tunalaras Karakteristik anak tunalaras menurut Putranto 2015: 220-221 adalah
sebagai berikut. a Suka berkelahi, memukul, dan menyerang, b pemarah, c pembangkang, d tidak sopan, e suka menentang, merusak, dan tidak mau
bekerjasama, f suka menganggu, g suka ribut dan membolos, h suka pamer, i hiperaktif dan pembohong, j iri hati, k ceroboh dan suka mengacau, l suka
menyalahkan orang lain, m hanya mementingkan diri sendriri. Menurut Mangunsong 2011: 66-67 karakteristik anak tunalaras dapat
dilihat dari aspek perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan emosi, serta perkembangan komunikasi.
a. Perkembangan Kognitif
Prestasi anak tunalaras tidak sesuai dengan tingkat kognitif berdasarkan mental age MA dan chronological age CA. Pada anak tunalaras yang
mengalami kegagalan akademis yang cukup parah dan berkepanjangan, mereka akan cenderung menjadi pemarah, frustasi, berkhayal, dan menjadi pendiam.
Dalam situasi tertentu materi akademis tidak dapat diterima karena adanya gangguan tingkah laku dan tidak dapat memusatkan perhatian. Namun, ada pula
anak tunalaras yang mungkin dapat menerima materi akademis tetapi tidak dapat memprosesnya.
26
b. Perkembangan Sosial dan Emosi
Anak tunalaras berbeda dengan yang lainnya karena sering menunjukkan tingkah laku yang aneh dan tidak wajar. Anak tunalaras yang agresif dan gagal
dalam belajar mempunyai masalah yang berat kemudian cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
c. Perkembangan Komunikasi
Anak tunalaras memiliki hambatan dalam berkomunikasi dan kurangnya kontas secara total dengan dunia luar. Terkadang komunikasi dapat terjalin dalam
bentuk yang negatif seperti marah-marah untuk melampiaskan emosinya, menentang, dan lainnya.
Menurut Hallahan Kauffman Hidayat Wawan, 2013: 32-36 karakteristik anak tunalaras yaitu.
a. Karakteristik anak tunalaras berdasarkan dimensi tingkah laku anak yaitu:
1 Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku dengan ciri-ciri suka
berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk, membangkang, menantang, merusak barang milik sendiri dan milik orang lain, kurang ajar, lancang,
melawan, tidak mau bekerjasama, tidak mau memperhatikan, memecah belah, tidak bisa diam, menolak arahan, cepat marah, ingin menguasai, mengancam,
pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, mencuri, mengejek, egois, dan lainnya.
2 Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri dengan ciri-ciri khawatir,
cemas, ketakutan, kaku, pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman,
27
rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering menangis, dll.
3 Anak yang kurang dewasa dengan ciri-ciri pelamun, kaku, berangan-angan,
pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk, dan mudah bosan. 4
Anak yang agresif bersosialisasi dengan ciri-ciri mempunyai kelompok jahat, mencuri bersama, senang berada diluar rumah, suka membolos, dll.
b. Karakteristik anak tunalaras dari segi akademik
Kelainan perilaku mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibat penyesuaian yang buruk dapat diketahui berdasarkan ciri-
cirinya yaitu. 1
Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata. 2
Sering diberikan bimbingan. 3
Sering tidak naik kelas, atau bahkan keluar sekolah. 4
Sering membolos sekolah. 5
Lebih sering melakukan pelanggaran terhadap aturan yang ada. c.
Karakteristik anak tunalaras dari segi sosial dan emosional 1
Karakteristik sosial a
Masalah yang menimbulkan gangguan pada orang lain dengan ciri-ciri perilaku tidak diterima oleh masyarakat, biasanya melanggar peraturan yang
berada di lingkungan keluaga, sekolah, maupun masyarakat. b
Perilaku ditandai dengan tindakan yang agresif dengan tidak mengikuti aturan, menganggu, membangkang, menentang, tidak bisa diajak
bekerjasama.
28
2 Karakteristik emosional
a Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan seperti tekanan batin dan rasa
cemas. b
Adanya rasa gelisah seperti malu, rendah diri, ketakutan dan sangat sensitif. d.
Karakteristik anak tunalaras dari segi fisikkesehatan Karakteristik anak tunalaras dari segi fisikkesehatan ditandai dengan
adanya gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerak. Kelainan lain yang berwujud fisik seperti gagap, buang air yang tidak terkendali, sering mengompol,
dan jorok. Jadi karakteristik yang dapat terlihat dari anak tunalaras bisa dilihat dari tingkah
laku, segi akademik, segi perkembangan sosial dan emosi, segi segi fisik, serta perkembangan komunikasinya.
5. Faktor-faktor Penyebab Ketunalarasan
Ada dua faktor penyebab ketunalaran secara umum yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Putranto 2015: 221-222 faktor penyebab ketunalarasan yaitu.
a. Faktor Internal
1 Memiliki kecerdasan rendahatau kurang mampu mengikuti tuntutan sekolah.
2 Adanya gangguan atau keruskan pada otak.
3 Memiliki gangguan kejiwaan bawaan.
4 Rasa frustasi yang terus menerus.
b. Faktor eksternal
1 Kemampuan sosial dan ekonomi yang rendah.
29
2 Adanya konflik budaya yaitu perbedaan pandangan antara kondidi sekolah
dengan kebiasaan keluarga. 3
Adanya pengaruh negatif dari kelompok tertentu. 4
Kurangnya kasih sayang orang tua karena kehadirannya tidak diharapkan. 5
Kondisi keluarga yang tidak harmonis seperti perceraian broken home. Faktor penyebab ketunalarasan menurut Hidayat dan Wawan 2013: 36-49 yaitu.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang langsung berkaitan dengan kondisi individu seperti keturunan, kondisi fisik dan psikisnya.
1 Kondisi fisik
Kondisi fisik dapat berupa kelainan atau kecacatan maupun sensoris yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Kecacatan yang dialami seseorang
mengakibatkan timbulnya keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan baik berupa kebutuhan fisik maupun biologis serta psikisnya. Perlakuan negatif dari
lingkungan yang mengakibatkan timbul perasaan renndah diri, tidak berdaya, mudah putus asa, yang menimbulkan kecenderungan menarik diri dari lingkungan
pergaulan, memperlihatkan tingkah laku yang agresif, serta memanfaatkan kelainan yang dimilki agar mendaptak belas kasihan dari lingkungan.
2 Masalah perkembangan
Setiap memasuki fase perkembangan baru individu dihadapkan pada berbagain tantangan ataupun ketidakstabilan emosi. Ciri yang menonjol adalah
sikap menentang, memberontak, dan keras kepala.
30
3 Keturunan
Hasil penelitian rekayasa genetika oleh Mendell ditemukan bahwa keturunan mempunyai peranan kuat dalam melahirkan generasi berikutnya.
Implementasi teori tersebut dalam identifikasi ketunalarasan menyatakan bahwa keturunan memberikan bukti bahwa keadaan abnormal seseorang berasal dari
keturunan abnormal juga. Beberapa perilaku menyimpang diantaranya kawin sedarah, alkoholisme, gangguan kepribadian, dan lainnya.
4 Faktor psikologis
Bagi individu yang memilki stabilitas kepribadian yang kurang baik maka akan susah dalam menyelsaikan suatu konflik. Akibatnya akan timbul perilaku
diantaranya agresivisme
memberontak, mencela,
memukul, merusak,
regresivisme perilaku kekanak-kanakan, resignation perilaku yang tidak terarah.
b. Faktor eksternal
1 Faktor psikososial
Sigmund Freud melaui psikoanalisisnya menjelaskan bahwa ketunalarasan diakibatkan pengalaman anak pada usia awal. Pengalaman tidak menyenangkan
mengakibatkan anak menjadi tertekan dan tanpa disadari menyebabkan perilaku menyimpang.
2 Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat pemberian kenyamanan pada anak, serta pemerolehan pengalaman pertama mengenai perasaan dan sikap sosial. Faktor
31
yang terdapat dalam keluarga yang berkaitan dengan gangguan tingkah laku dan emosi diantaranya.
a Kasih sayang dan perhatian orang tua yang sangat dibutuhkan anak
Kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua mengakibatkan anak akan mencari perhatiannya sendiri. Sebaliknya jika kasih sayang dan perhatian yang
diberikan berlebihan akan mengakibatkan anak akan mengalami kegagalan dalam mencoba sesuatu, mudah menyerah, dan mudah kecewa.
b
Keharmonisan keluarga
Semua anak yang mengalami perpecahan keluarga mengalami masa peralihan yang sulit. Orang tua yang berselisih dalam menerapkan peraturan dapat
menimbulkan keraguan pada diri anak sehingga anak akan mencari jalan sendiri
dan ini menjadikan awal terjadinya gangguan tingkah laku.
c Kondisi ekonomi
Lemahnya kondisi ekonomi keluarga merupakan salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang akan mendorong anak melakukan apapun
untuk memenuhi keinginannya. 3
Lingkungan sekolah Sekolah adalah tempat pendidikan kedua setelah keluarga sehingga
tanggung jawab sekolah tidak hanya membekali anak didik hanya dengan ilmu namun juga membina kepribadian anak yang bertanggung jawab dan dewasa pada
dirinya sendiri maupun orang lain. Namun pembinaan sekolah yang tidak baik juga merupakan salah satu faktor timbulnya kenakalan pada anak. Timbulnya
gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh lingkungan sekolah antara lain
32
disebabkan dari perilaku guru yang otoriter mengakibatkan siswa tertekan dan takut. Sebaliknya sikap guru yang lemah dan membiarkan anak mengakibatkan
anak didik berbuat sesuka hati dan menentang peraturan sekolah. Selain itu fasilitas sekolah yang dibutuhkan anak didik untuk mengembangkan bakat jika
tidak ada maka anak akan cenderung menyalurkan aktivitasnya kearah yang kurang baik.
4 Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan sumber adanya tingkah laku anak baik positif maupun negatif. Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap anak tunalaras
diantaranya daerah yang terlalu padat, angka kejahatan yang tinggi, kurangnya hiburan, tidak ada aktivitas yang terorganisir, kurangnya pengajaran agama,
pengaruh media sosial, pengaruh minuman keras serta obat terlarang. Masuknya budaya asing yang kurang sesuai yang dapat menimbulkan konflik dimana budaya
tersebut bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab
ketunalarasan berasal dari faktor internal yaitu kondisi fisik, perkembangan, dan keturunan,
sedangkan faktor internal yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. 6.
Identifikasi Anak Tunalaras Menurut Mangunsong 2011: 56 identifikasi yang sebaiknya dilakukan oleh guru
atau para ahli bagi anak tunalaras dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu. a.
Proses screening dimana pada awalnya guru akan mendata dan membuat urutan siswa yang menunjukkan tingkah laku internalizing dan eksternalizing
yang nantinya akan dijumpai urutan berdasarkan tingkah laku tersebut.
33
b. Guru melengkapi data untuk menunjukkan apakah siswa menunjukkan
tingkah laku tertentu selama kurun waktu tertentu, dan siswa lain diminta untuk menilai bahwa seberapa sering siswa menunjukkan karakteristik
tingkah laku tertentu dalam aktivitas kelas. c.
Siswa kemudian diobservasi dalam kelas atau kelompok bermainnya oleh tenaga ahli seperto psikolog atau konselor.
Sedangkan menurut Hidayat dan Wawan 2013: 60-67 ada beberapa cara untuk mengidentifikasi anak tunalaras yaitu.
a. Psikotes
Psikotes dilakukan untuk mengetahui kematangan sosial dan gangguan emosi. Alat yang digunakan yaitu tes proyektif yang memiliki beberapa jenis
diantaranya.
b. Tes rorchach
Memberikan gambaran mengenai seluruh kepribadian, kelainan. c.
Thematic apperception test TAT Memperlihatkan berbagai situasi emosi dalam bentuk gambar.
d. Tes gambar orang
Persoalan emosi nampak dari gambar yang dibuat oleh anak. e.
Dispert fable tes Memberikan gambaran mengenai iri hati, rasa dosa, rasa cemas, tanggapan
terhadap diri sendiri, ketergantungan terhadap orang lain.
34
f. Sosiometrio
Sosiometri adalah tes yang digunakan untuk melihat suka atau tidak sukanya seseorang dengan cara menanyakan kepada anggota kelompok siapa yang
disukai dan yang tidak disukai. Namun sosiometri hanyalah hasil sementara. g.
Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya Keadaan tunalaras dapat diketahui dengan cara membandingkan anak
dengan perilaku anak pada umumnya. Adanya gangguan sosial dan gangguan emosi karena salah penyesuaian tandanya yaitu.
1 Hubungan antarkeluarga, teman, tidak harmonis dan tidak menyenangkan.
2 Segan untuk bergaul, dan terasing.
3 Tidak bertanggung jawab.
4 Menangis, kecewa, berdusta, menipu, mencuri, menyakiti orang lain.
5 Penakut dan tidak percaya diri.
6 Tergantung pada orang lain.
7 Curiga, agresif, acuh tak acuh.
8 Perilaku gugup seperti menggigit kuku, komat-kamit.
h. Periksa ke konsultasi psikolog
Jika terindikasi tunalaras maka akan ada arahan baik kepada keluarga maupun sekolah untuk memperlakukan anak dengan lebih tepat.
i. Periksa ke klinik psikiatri anak
Tugas pokok dari klinik psikiatri anak ini adalah melakukan usaha rehabilitasi dan penyembuhan terhadap kelainan psikis dan dapat menetapkan
35
anak terindikasi tunalaras atau tidak. Menurut surat keterangan psikiatri anak ada beberapa jenis tunalaras diantaranya.
1 Anxiety hysteria
Merasa takut pada sesuatu atau seseorang tanpa alasan. 2
Conversion hysteria Gangguan beberapa fungsi tubuh.
3 Obsessional neurosis
Cepat menuduh, banyak alasan, menutup diri, kaku berjalan, dll. 4
Sexsual perversion Menikmati seksual yang tidak wajar, atau dengan sesama jenis.
5 Character neurosis
Perubahan tingkah laku yang lahir dari konflik batin yang tidak bisa diselesaikan. 6
Psychose anak Kesuliatan untuk menyesuaikan diri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa identifikasi bagi anak tunalaras bisa dilakukan oleh perangkat sekolah guru untuk selanjutnya sekolah
akan menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dengan bantuan psikolog dan psikiater.
36
C. Tinjauan tentang Pelaksanaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan