Secara Lisan Penyebaran Kesenian Nandong

penggunaan aksara atau yulisan adalah tanda-tanda kemajuan. Masyarakat- masyarakat yang belum mengenal tulisan sering kali disebut masyarakat primitive, sementara yang sudah mengenal tulisan seringkali orang menyebutnya masyarakat modern. Secara umum sering sekali orang mengatakan bahwa masyarakat tradisional harus dimodernisasi dengan cara mengantikan tradisi lisanya dengan budaya tulisan. Bahasa lisan sangat tergantung kepada hubungan langsung antara pengucap dan pendengar, sebab itu bahasa lisan membentuk hubungan antar manusia yang dekat secara fisik dan cendrung berkaitan dengan hal-hal yang langsung ada disekitar pengucap dan pendengar. Secara garis besar memang ada dua persebaran budaya yang dapat kita lihat yaitu sebagai sebuah tradisi lisan atau lebih dikenal dengan istilah budaya lisan dan tradisi tulisan yang lahir dari budaya lisan atau sering disebut budaya tulisan.

4.4.1. Secara Lisan

Budaya lisan adalah tradisi berprilaku, berekspresi dan berkomunikasi yang berbasis bahasa lisan tradisi bertutur. Ini kita temui dalam masyarakat tradisional yang sering mendokumentasikan berbagai hasil-hasil kebudayaannya dalam laci ingtan sendiri. Tradisi lisan memiliki peran dan berpotensi untuk digunakan dalam menguatkan ketahanan budaya Nandong. Yus Rusayana, guru Besar Universitas pendidikan Indonesia UPI, mengungkapkan bahwa tradisi lisan merupakan bagian dari kebudayaan dan hidupnya Universitas Sumatera Utara tradisi lisan mencerminkan hidupnya kebudayaan. “ tradisi lisan yang tangguh adalah yang tetap hidup dlam komunitas, hadir dalam kegiatan masyarakat, dan menjalankan fungsinya dalam konteks kehidupan”, ujarnya. Selain itu, kata Yus, juga terjadi penyebaran dan penerusan kepada anggota masyarakat, baik segenerasi maupun antar generasi. Di tengah perubahan masyarakat, tadisi lisan tersebut mampu menyesuaikan struktur dan fungsinya sehuingga dapat hadir dalam wujud yang serasi dengan prilaku manusia penggunanya. Ketahanan itu Nampak pula dari kemampuannya menghadapi kesulitan yang timbul dari keadaan baru, seperti perubahan lingkungan fisik, lingkungan hayati dan hewani, kehidupan masyarakat serta budaya, dan kehidupan beragama. “ tradisi yang berkembang dapat menjadi lebih bervariasi, lebih luas penyebarannya, dan menemukan posisi yang lebih baik dalam konteks kehidupan. Misalnya, tradisi lisan yang ditransformasikan ke dalam drama”. Pendapat senada juga dikemukan Mukhlis Paeni, Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Muklis mencontokan, sebuah penelitian tentang seni tradisi Jawa Barat baru –baru ini menyebutkan, lebih kurang terdapat 60 jenis seni tradisi yang dimiliki kawasan itu dan kini 40 jenis di antaranya sudah punah. Nasib serupa menimpa seni tradisi lisan Keso-keso di Tanah Toraja. Setelah pelantun terakhir Keso-keso Toraja, Ne’ Pakunde, meninggal lebih dari 40 tahun lalu, tak terdengar lagi lantunan kisah heroic, romantic, dan ajaran moral yang dituturkan dengan kejenakaan. Universitas Sumatera Utara Seperti apa yang dicontohkan dalam kutipan diatas, warga masyarakat Simeulue akan mengalami nasib yang sama akan mengalami kepunahan jika tidak diwariskan kepada generasi berikutnya. sehingga unsure-unsur budaya Simeulue itu akan hilang seperti didalam upacara perkawinan. Jika dahulu apabila seorang melangsungkan hajatan maka warga yang berada di kampong yang agak berjauhan akan mendengar hajatan tersebut disebakan terdengan dari mulut ke mulut tradisi lisan. Namun hal ini jarang terjadi lagi dan bahkan tetangga dekatpun tidak mengetahuinya. Tadisi lisan sebagai salah satu bentuk budaya lisan yang ada pada masyarakat Simeulue memiliki hubungan batin dengan para pewarisnya dan diyakini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat pendukunya. Pengetahuan tradisi lisan yang dimiliki masyarakat Simeulue akan membangun pemahaman yang lebih jernih tentang Nandong dalam hal cara hidup, cara berekspresi, berkomunikasi. Dalam masyarakat Simeulue yang mengandalkan tradisi lisan, sering terjadi “permainan kata-kata” yang bersifat spontan seperti kebiasaan berbalas- balas pantun, menyanyi dalam senandung, dan berbagai penggunaan kata- kata halus untuk menceritakan suatu kejadian atau suatu nasehat-nasehat. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Secara Tulisan