Sejarah Nandong DESKRIPSI KESENIAN NANDONG

terlalu banyak dan begitu juga sebaliknya. Setiap karangan mengandung makna yang berbeda-beda tergantung pada liriknya, ada yang memilki makna nasehat, teguran dan pujian. Nandong memiliki fungsi social maupun estetis. Hal tersebut terdapat dalam setiap syair yang terdapat didalam Nandong.

3.2. Sejarah Nandong

Nandong adalah salah satu kesenian tradisional yang dimiliki masyarakat di Kabupaten Simulue. Kesenian ini telah ada sejak ratusan tahun lalu. Sebagai kesenian daerah yang penuh dengan nasehat-nasehat dan pesan moral yang tergandung didalamnya. Tidak dapat dipastikan kapan Nandong diciptakan dan siapa yang menciptakannya, akan tetapi menurut cerita orang tua terdahulu, Nandong telah ada di kabupaten Simeulue dan telah diwariskan turun temurun. Menurut sejarah kesenian Nandong ini berasal dari kerinduan nenek moyang masyarakat Simeulue pada kampung halamannya yang telah mereka tinggalkan. Mereka diusir oleh penguasa daratan sumetera karena melakukan pelanggaran. Ketika mereka meherik-herik bersyair karena sangat merindukan kampung halaman, maka timbulah irama yang syadu dan lama kelamaan mereka menyebutnya dengan Nandong. Kerinduan nenek moyang tersebut, sering diungkapkan atau dinyanyikan ketika mereka lagi mencari ikan. Dalam menunggu hasil tangkapan ikan tersebut nenek moyang sering memukul-mukul tepi sampan atau perahu dan diiringgi dengan Universitas Sumatera Utara syair yang mereka ciptakan sehingga menimbulkan bunyi serta diiringi dengan syair- syair yang menarik. Nenek moyang merasa nyaman dengan syair dan irama yang ada mereka terus mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan. Irama dan lantunan ini kemudian sering juga dilantunkan ketika memanen cengkeh. Dalam perkembangnya pada saat bersyair diambilah seruas bambu kemudian dipukul-pukul pada pohon kayu. Perkembangan kebudayan di Simeulue membuat kesenian Nandong ini semakin banyak dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat Simeulue. Tahap selanjutnya dibuatlah alat music kedang untuk mengiringi Nandong dan disusunlah syair karangan yang bervariasi, serta menciptkan variasi pukulan Nandong yang membuat syai-syair Nandong semakin enak didengar. Semakin berkembangnya berbagai alat music yang ada, masyarakat Simeulue kemudian menambah alat music biola dan seruling sebagai penambahan music biar tambah enak didengar. Tetapi alat music biola dan seruling tidak lah menjadi alat music utama, bila alat music ini tidak ada pertunjukan nandong tetap bisa dilangsungkan. Perkembangan kesenian Nandong di Simeulue sesuai dengan perkembangan zaman. Kesenian Nandong pada awalnya dilakasanakan hanya pada acara turun anak, perkawinan atau sekedar mengisi waktu luang. Nandong biasanya dilaksanakan semalam suntuk, mulai dari setelah sholat isya hingga menjelang subuh tiba. Akan tetapi, Nandong saat ini tidak hanya ditampilkan pada kegiatan tradisional saja melainkan pada acara-acara resepsi kabupaten dan juga ditampilkan dalam festival budaya. Universitas Sumatera Utara Kesenian nandong dalam kehidupan masyarakat dikabupaten Simeulue masih tetap dilestarikan hingga saat sekarang. Nandong masih relative terjaga meski para pemain dan ahli nandong kebanyakan adalah orang tua. Pewarisan nandong kepada generasi muda sebagai penerus cendrung tidak seimbang dengan budaya luar yang mulai menenggelamkan kesenian nandong ini. Hingga saat sekarang tidak banyak yang mampu memainkan Nandong dengan baik.

3.2 Pertunjukan Kesenian Nandong