Pengetahuan Gizi Seimbang dan Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 4.22 terlihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang berstatus gizi overweight dan obesitas, memiliki tingkat asupan lemak yang tergolong lebih yaitu sebanyak 82,6. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh nilai p=0,001 p 0,01 dengan nilai korelasi r sebesar 0,591 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat, signifikan dan searah antara asupan lemak dengan status gizi pada PNS.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Gizi Seimbang dan Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara Seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan yang bergizi seimbang bukanlah makanan yang hanya mahal dan enak, melainkan memenuhi kebutuhan zat gizi yang berimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga mineral. Pengetahuan gizi dibutuhkan dalam pemilihan makanan yang dikonsumsi, ini bertujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat memiliki pengetahuan dalam kategori sedang yaitu sebesar 58,7. Dapat dilihat bahwa PNS memiliki pengetahuan gizi seimbang yang cukup. Ini dikaitkan dengan sebagian besar PNS memiliki tingkat pendidikan S1 yaitu sebesar 62,5. Pendidikan memengaruhi pengetahuan seseorang, ini dikarenakan seseorang yang mengenyam pendidikan biasanya lebih memahami dalam menerima informasi mengenai gizi. PNS cukup mengetahui tentang makanan gizi seimbang, sehingga diharapkan PNS memiliki pola konsumsi makan yang cukup. Pengetahuan gizi yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku makan yang kurang baik sehingga dapat memilih makanan bergizi serta menyusun menu yang beragam dan seimbang sesuai kebutuhan, juga akan mengetahui akibat dari kelebihan gizi. Pengetahun gizi yang cukup pada pegawai salah satunya dapat dilihat pegawai belum mengerti cara menerapkan menu beragam dan seimbang dalam setiap kali makan. Mereka berfikir bahwa dalam setiap kali makan tidak harus mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, khususnya saat makan pagi dan siang. Sikap merupakan bentuk respon yang belum tampak dalam tindakan. Menurut teori yang dipaparkan oleh Notoatmodjo dalam pembentukan perilaku, 52 Universitas Sumatera Utara sikap sangat tergantung pada pengetahuan. Semakin baik pengetahuan maka akan terbentuk sikap yang baik pula. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan akan terbentuk sikap yang rendah pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat memiliki sikap dalam kategori sedang yaitu sebesar 50,0. Ini berkaitan dengan PNS yang memiliki pengetahuan gizi seimbang yang cukup juga, artinya pengetahuan membentuk sikap PNS mengenai gizi seimbang. Sikap yang cukup diharapkan dapat membentuk tindakan dalam mengkonsumsi makanan yang baik. Tindakan dalam mengkonsumsi makanan yang baik terwujud dari makanan yang dikonsumsi kemudian terbentuknya status gizi yang baik pula. Sikap yang cukup pada pegawai salah satunya dapat dilihat PNS masih belum mengerti bagaimana bersikap dalam mengkonsumsi susunan makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang. 5.2 Konsumsi Makanan Berdasarkan Susunan Makanan dan Frekuensi Makanan pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015 Susunan makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor. Bagi masyarakat, biasanya susunan makanan lebih ditentukan oleh sebatas rasa kenyang dan rasa gurih pada makanan tersebut. Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan susunan makanan dalam bentuk slogan gizi yang telah disempurnakan dari slogan sebelumnya “Empat Sehat, Lima Sempurna” menjadi “ i i Simbang Bangsa Sehat Berprestasi”. Adapun susunan makanan yang dianjurkan menurut slogan yang dibentuk adalah terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan air putih Departemen Kesehatan RI, 2014. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,1 PNS BAPPEDA Kabupaten memiliki susunan makanan yang tidak lengkap. Adapun susunan makanan yang tidak lengkap tersebut adalah makanan pokok dan lauk pauk. Tingginya persentase PNS yang memiliki susunan makanan yang tidak lengkap dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa mengkonsumsi makanan cukup dengan nasi dan lauk pauk sudah memenuhi kebutuhan gizi untuk aktivitas mereka, sedangkan buah dan sayur tergantung ketersediaan atau tidaknya. Oleh karena itu mereka lebih cenderung mengkonsumsi makanan pokok dan lauk pauk saja. Ini dapat dilihat dari frekuensi mereka makan sayuran dan buah-buahan sangat jarang yaitu hanya 1-2 kali dalam sebulan. Bahan makanan pokok dianggap paling penting dalama susunan menu makanan di Indonesia. Bahan makanan pokok dianggap paling penting karena bila suatu susunan menu makanan tidak mengandung bahan makanan pokok, maka tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan meskipun perutnya telah kenyang Sediaoetama, 2008. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumsi makanan berdasarkan frekuensi makan menurut bahan makanan pokok yang dikonsumsi PNS adalah nasi yaitu sebesar 100. dengan kategori selalu yaitu 2-3 kali dalam sehari. Sedangkan untuk mie dan roti dikonsumsi sebagai makanan selingan maupun pengganti nasi pada waktu tertentu saja yaitu tergolong jarang atau 1-2 kali dalam sebulan. Mie yang dikonsumsi biasanya diolah dengan direbus dan digoreng. Sedangkan roti yang dikonsumsi biasanya dalam bentuk kering seperti biscuit dan crackers serta berbagai jenis kue. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya, lauk pauk merupakan kelompok bahan makanan yang memberikan sumber utama protein dalam hidangan. Protein terdiri atas protein hewani dan protein nabati. Protein hewani terdiri dari daging ruminansia daging sapi, daging kambing, dsb, daging unggas daging ayam, bebek, dsb, ikan dan seafood. Sedangkan protein nabati terdiri dari tahu, tempe dan lain-lain Departemen Kesehatan RI, 2014. Lauk berfungsi untuk memberi rasa nikmat, sehingga makanan pokok yang pada umumnya mempunyai rasa netral menjadi lebih terasa enak Almatsier, 2003. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lauk pauk yang selalu dikonsumsi PNS dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari adalah lauk pauk berjenis ikan yaitu sebesar sebesar 95,7. Selain itu, PNS juga selalu mengkonsumi tahu 52,2 dan tempe 50,0 sebagai pelengkap dalam menu makanan. Lauk pauk yang dikonsumsi tidak bervariasi, terlihat dari jenis lauk pauk yang dikonsumsi tidak beragam. Mereka jarang mengkonsumsi lauk pauk lain seperti daging sapi maupun ayam. Selain itu, ikan yang dikonsumsi biasanya diolah dengan digoreng dan digulai. Begitu pula dengan tahu dan tempe yang biasa dikonsumsi diolah dengan digoreng. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa konsumsi protein responden mengandung lemak yang tinggi. Ini dikarenakan cara pengolahan makanan dengan menggunakan minyak dan santan, sehingga kandungan lemak dalam makanan semakin bertambah. Selain kebiasaan konsumsi pangan dari jenis dan frekuensi yang sering, kondisi kantin dan rumah makan sekitar kantor juga menyediakan jenis lauk pauk yang sama dengan kebiasaan konsumsi PNS di Universitas Sumatera Utara rumah. Jika kebiasaan pola konsumsi makanan ini terus terjadi maka, kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan lemak didalam tubuh. Sayur merupakan berbagai bagian tumbuhan seperti daun, akar, batang dan bunga, bahkan buahnya yang biasanya masih muda Sediaoetama, 2008. Sayur berperan dalam melancarkan proses menelan makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah Almatsier, 2003 Sebagian besar frekuensi rata-rata konsumsi sayuran pada PNS tergolong jarang yaitu sebanyak 59,6. Jenis sayuran yang sangat jarang dikonsumsi adalah sayuran buncis sebanyak 69,6, begitu pula dengan sayuran lain seperti sayuran kangkung sebanyak 60,9 dan sayuran daun ubi sebanyak 60,9 dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan, sebagian PNS menganggap sayuran bukan kebutuhan makanan yang wajib dipenuhi, selain itu sebagian responden lain mengkonsumsi sayuran, jika hanya tersedia saja. Padahal seharusnya, mengkonsumsi sayuran sangat dianjurkan dalam setiap kali makan. Ini dikarenakan sayuran mengandung serat yang tinggi, sehingga sangat baik untuk orang yang mengalami berat badan berlebih. Sebagian besar frekuensi rata-rata konsumsi buah-buahan PNS tergolong jarang yaitu sebanyak 69,0. Jenis buah-buahan yang sangat jarang dikonsumsi adalah buah nenas 78,3, begitu pula dengan buah-buahan lain seperti buah jeruk sebanyak 73,9, buah pisang sebanyak 65,2 dan pepaya sebanyak 58,7 dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan, sebagian PNS menganggap buah-buahan tidak harus dikonsumsi setiap kali makan. Selain itu mereka hanya mengkonsumsi buah jika Universitas Sumatera Utara tersedia saja. Kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan dianjurkan bagi yang mengalami kegemukan atau obesitas agar lebih sering mengkonsumsinya. Ini dikarenakan buah-buahan mempunyai efek yang mengenyangkan dan tinggi akan vitamin, mineral dan serat. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar PNS selalu mengkonsumsi jenis makanan lain seperti gorengan yaitu sebanyak 60,9 dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari. Pada jam senggang diantara makan pagi ke makan siang, PNS mengkonsumsi gorengan 2-3 potong dalam sehari. Selain itu, setiap kali makan terkadang PNS menambahkan gorengan ke dalam hidangan makanannya. PNS juga selalu mengkonsumsi jenis minuman lain seperti teh manis sebanyak 67,4. Sebagian besar pegawai mengkonsumsi teh manis 2-3 kali dalam sehari. Mengkonsumsi lemak dan gula sebaiknya dibatasi, karena dapat menyebabkan gizi lebih. Berdasarkan Pesan Gizi Seimbang PGS konsumsi gula sebaiknya 4-5 sendok makan perhari dan lemak tidak lebih dari 5 sendok makan perhari. Hal ini berbeda dengan konsumsi gula pada pegawai, dimana mereka selalu mengonsumsi gula 3-4 sendok makan setiap kali minum dan sebagian besar PNS mengonsumsinya 2-3 kali dalam sehari. Selain itu, PNS selalu mengkonsumsi gorengan yang tinggi akan lemak jenuh 2-3 potong dalam sehari dan sebagian besar pegawai mengkonsumsinya 2-3 kali dalan sehari. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi gorengan dan minuman yang mengandung gula pada PNS sangat tinggi bila dibandingkan dengan yang dianjurkan dalam Pedoman Gizi Seimbang PGS. 5.3 Konsumsi Makanan Berdasarkan Kuantitas Karbohidrat, Protein dan Lemak pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015 Universitas Sumatera Utara Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Bahan makanan pokok biasanya merupakan sumber utama karbohidrat, karena selain tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan dalam jumlah besar oleh seseorang tanpa menimbulkan keluhan. Bahan makanan pokok di Indonesia dapat berupa beras serelia, akar dan umbi, serta ekstrak tepung seperti sagu Sediaoetama, 2008. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam, dapat diketahui bahwa jumlah asupan karbohidrat pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang terbanyak berada pada kategori lebih yaitu sebanyak sebanyak 58,7. Ini dikarenakan pegawai mengkonsumsi nasi sebanyak 250-400 gram setiap kali makan, selain itu mereka juga sering megkonsumsi gorengan dan teh manis dalam jumlah yang banyak. Akibatnya karbohidrat yang dikonsumsi lebih dari yang seharusnya. Konsumsi karbohidrat yang berlebih setiap hari, dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Ini dikarenakan kelebihan karbohidrat dapat disimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh. Lemak yang tersimpan ini selanjutnya dapat menyebabkan berat badan menjadi naik. Jika keadaan ini berlanjut dapat mengakibatkan gizi lebih. Gizi lebih merupakan salah satu faktor resiko yang dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat asupan protein pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat berada pada kategori lebih yaitu sebesar 56,5. Ini dikarenakan pegawai sering mengkonsumsi lauk pauk berjenis Universitas Sumatera Utara ikan dengan 2-3 kali dalam sehari, selain itu mereka juga sering mengkonsumsi gorengan tahu dan tempe untuk makanan selingan maupun pelengkap makanan utama. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan gizi lebih Almatsier, 2003. Lemak merupakan salah satu zat gizi penghasil utama energi. Kekurangan konsumsi lemak akan mengurangi konsumsi kalori. Tetapi hal ini tidak begitu penting, karena kalori dapat pula dipenuhi oleh zat-zat gizi lain yaitu karbohidrat dan lemak. Lemak di dalam hidangan makanan memberikan kecenderungan yang meningkatkan kadar kolesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung asam lemak jenuh rantai panjang Sediaoetama, 2008. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat asupan lemak pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat tergolong dalam kategori lebih yaitu sebesar 50,0. Ini dikarenakan pengolahan makanan yang dikonsumsi pegawai sebagian besar adalah digoreng dan digulai. Selain itu pegawai juga sering mengkonsumsi gorengan dalam jumlah banyak. Kelebihan mengkonsumsi lemak serta rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan, dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam tubuh. Ini dikarenakan tubuh hanya bisa membakar kalori dalam jumlah terbatas per hari, tergantung dari jumlah energi yang dibutuhkan Jika kalori yang dikonsumsi berlebih dari kebutuhan, maka akan disimpan sebagai lemak tubuh. Lemak yang tersimpan inilah yang dapat menyebabkan gizi lebih.

5.4 Status Gizi pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015