- 50 tahun 12
26,1 Jumlah
46 100,0
2 Jenis Kelamin
- Laki-laki 27
58,7 - Perempuan
19 41,3
Jumlah 46
100,0 3
Tingkat Pendidikan - SLTA
9 19,6
- DIII 3
6,5 - S1
30 65,2
- S2 4
8,7 Jumlah
46 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa karakteristik responden pada
PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat menurut umur, lebih banyak pada kelompok umur 31-50 tahun yaitu sebanyak 28 orang 60,9. Sedangkan kelompok umur
yang paling sedikit adalah pada umur ≤30 tahun yaitu sebanyak 6 orang 13,0.
Karakteristik responden pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat menurut jenis kelamin lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 27
orang 58,7 sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang 41,3. Karakteristik responden pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
menurut tingkat pendidikan lebih banyak pada tingkat pendidikan S1 yaitu sebanyak 30 orang 65,2 dan yang paling sedikit dengan tingkat pendidikan
DIII sebanyak 3 orang 6,5.
4.3 Pengetahuan Gizi Seimbang PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Pengetahuan gizi seimbang PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dihitung melalui pertanyaan dari kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan mengenai
pengetahuan gizi seimbang, maka tingkat pengetahuan gizi seimbang PNS dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Gizi Seimbang pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Pengetahuan Gizi Seimbang n
Kurang 2
4,3 Sedang
27 58,7
Baik 17
37,0 Jumlah
46 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat paling banyak terdapat pada PNS dengan pengetahuan gizi seimbang yang tergolong sedang yaitu sebanyak 27 orang 58,7, sedangkan
yang paling sedikit terdapat pada PNS dengan pengetahuan gizi seimbang yang tergolong kurang yaitu sebanyak 2 orang 4,3.
4.4 Sikap PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Sikap PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dihitung melalui pernyataan pada kuesioner yang terdiri dari 10 pernyataan mengenai sikap terhadap gizi
seimbang, maka sikap PNS dapat dilahat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten
Langkat Tahun 2015 Sikap
n Kurang
10 21,7
Sedang 23
50,0 Baik
13 28,3
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat paling banyak terdapat pada PNS dengan sikap yang tergolong sedang yaitu sebanyak 23 orang 50,0, sedangkan yang paling
sedikit terdapat pada PNS dengan sikap yang tergolong kurang yaitu sebanyak 10 orang 21,7.
4.5 Konsumsi Makanan PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
4.5.1 Konsumsi Makanan Berdasarkan Susunan Makanan dan Frekuensi Makanan
Konsumsi makanan berdasarkan susunan makanan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Konsumsi Makanan Berdasarkan Susunan Makanan pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Susunan Makanan n
Tidak Lengkap 35
76,1 Lengkap
11 23,9
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa susunan makanan yang
dikonsumsi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat paling banyak tergolong tidak lengkap yang terdiri makanan pokok dan lauk pauk atau makanan pokok, lauk
pauk dan sayuran yaitu sebanyak 35 orang 76,1, sedangkan PNS yang memiliki susunan makanan lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan yaitu sebanyak 11 orang 23,9. Berdasarkan hasil wawancara menggunakan formulir food frequency
menurut jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh pegawai, diperoleh gambaran frekuensi makan PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat berdasarkan kelompok
jenis bahan makanan yang tercantum dalam tabel-tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bahan Makanan Pokok yang dikonsumsi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Bahan Makanan
Pokok Frekuensi Makan
Jumlah 2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
n n
n n
n Nasi
46 100,0
0,0 0,0
0,0 46
100,0 Mie
0,0 8
17,4 37
80,4 1
2,2 46
100,0 Roti
0,0 7
5,2 35
76,1 4
8,7 46
100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat selalu mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok 100 dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari. Sedangkan untuk bahan makanan pokok
yang jarang dikonsumsi adalah mie yaitu sebanyak 37 orang 80,4 dan roti sebanyak 35 orang 76,1 dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lauk Pauk yang dikonsumsi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Lauk Pauk Frekuensi Makan
Jumlah 2-3 kali
sehari 3-5 kali
seminggu 1-2 kali
sebulan Tidak
pernah n
n n
n n
Ikan 44
95,7 2
4,3 0,0
0,0 46
100,0 Telur
0,0 22
47,8 24
52,2 0,0
46 100,0
Ayam 0,0
15 32,6
31 67,4
0,0 46
100,0 Daging
0,0 4
8,7 42
91,3 0,0
46 100,0
Tahu 24
52,2 16
34,8 6
13,0 0,0
46 100,0
Tempe 23
50,0 17
37,0 6
13,0 0,0
46 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat selalu mengkonsumsi lauk pauk berjenis ikan yaitu sebanyak 44 orang 95,7, tahu sebanyak 24 orang 52,2 dan tempe sebanyak 23
orang 50,0 dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari. Sedangkan untuk lauk pauk yang jarang dikonsumsi adalah daging sebanyak 42 orang 91,3 dan
ayam sebanyak 31 orang 67,4 dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sayuran yang dikonsumsi PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Sayuran Frekuensi Makan
Jumlah 2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
n n
n n
n Daun ubi
0,0 14
30,4 28
60,9 4
8,7 46
100,0 Nangka
muda 0,0
12 26,1
26 56,5
8 17,4
46 100,0
Buncis 0,0
10 21,7
32 69,6
4 8,7
46 100,0
Bayam 0,0
21 45,7
23 50,0
2 4,3
46 100,0
Kangkung 0,0
15 32,6
28 60,9
3 6,5
46 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat jarang mengkonsumsi sayuran yaitu seperti sayuran buncis yaitu
sebanyak 32 orang 69,6, sayuran kangkung sebanyak 28 orang 60,9 dan sayuran daun ubi sebanyak 28 orang 60,9 dengan frekuensi 1-2 kali sebulan.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Buah-Buahan yang dikonsumsi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Buah- buahan
Frekuensi Makan Jumlah
2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah
n n
n n
n Pisang
0,0 14
30,4 30
65,2 2
4,3 46
100,0 Pepaya
0,0 16
34,8 27
58,7 3
6,5 46
100,0 Jeruk
0,0 10
21,7 34
73,9 2
4,3 46
100,0 Nenas
0,0 7
15,2 36
78,3 3
6,5 46
100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat jarang mengkonsumsi buah-buahan seperti buah nenas yaitu sebanyak
36 orang 78,3, buah jeruk sebanyak 34 orang 73,9, buah pisang sebanyak 30 orang 65,2 dan pepaya sebanyak 27 orang 58,7 dengan frekuensi 1-2
kali dalam sebulan.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Makanan dan Minuman lain yang dikonsumsi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Makanan dan Minuman
Frekuensi Makan Jumlah
2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah n
n n
n n
Universitas Sumatera Utara
A. Makanan - Gorengan
- Makanan bersantan
- Sate tusuk - Bakso
B. Minuman - Teh manis
- Kopi - Susu
28
31 60,9
0,0 0,0
0,0 67,4
0,0 0,0
23 15
1 17
18 0,0
50,0 32,6
2,2 0,0
37,0 39,1
18 21
26 43
10 6
9 39,1
45,7 56,5
93,5 21,7
13,0 19,6
2 5
2 5
23 19
0,0 4,3
10,9 4,3
10,9 50,0
41,3 46
46 46
46 46
46 46
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat selalu mengkonsumsi jenis makanan lain seperti gorengan yaitu
sebanyak 28 orang 60,9 dan sering mengkonsumsi makanan bersantan sebanyak 23 orang 50,0. Selain itu PNS juga selalu mengkonsumsi jenis
minuman lain seperti teh manis sebanyak 31 pegawai 67,4 dengan frekuensi 2- 3 kali dalam sehari.
4.5.2 Asupan Karbohidrat
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui formulir recall 24 jam, maka dapat dilihat asupan karbohidrat PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat pada
Tabel 4.10. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Karbohidrat pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015 Asupan Karbohidrat
n Kurang
9 19,6
Baik 10
21,7 Lebih
27 58,7
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa tingkat asupan karbohidrat
PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat paling tinggi adalah tergolong lebih yaitu sebanyak 27 orang 58,7, sedangkan tingkat asupan karbohidrat paling rendah
adalah tergolong kurang yaitu sebanyak 9 orang 19,6.
Universitas Sumatera Utara
4.5.3 Asupan Protein
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui formulir recall 24 jam, maka dapat dilihat asupan protein PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat pada
Tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Protein pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015 Asupan Protein
n Kurang
4 8,7
Baik 16
34,8 Lebih
26 56,5
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa tingkat asupan protein PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat paling tinggi adalah tergolong lebih yaitu sebanyak 26 orang 56,5, sedangkan tingkat asupan protein paling rendah
adalah tergolong kurang yaitu sebanyak 4 orang 8,7.
4.5.4 Asupan Lemak
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui formulir recall 24 jam, maka dapat dilihat asupan lemak PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat pada Tabel
4.12.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Lemak pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Asupan Lemak n
Kurang 15
32,6 Baik
8 17,4
Lebih 23
50,0 Jumlah
46 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa tingkat asupan lemak PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat paling tinggi adalah tergolong lebih yaitu
sebanyak 23 orang 50,0, sedangkan tingkat asupan lemak paling rendah adalah tergolong baik yaitu sebanyak 8 orang 17,4.
4.6 Status Gizi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Berdasarkan hasil peneltian, maka status gizi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Status Gizi n
Kurus 3
6,5 Normal
15 32,6
Overweight 7
15,2 Obesitas
21 45,7
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa jumlah PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat paling banyak terdapat pada PNS dengan status gizi yang tergolong obesitas yaitu sebanyak 21 orang 45,7 , sedangkan yang paling
sedikit terdapat pada PNS dengan status gizi yang tergolong kurus yaitu sebanyak 3 orang 6,5.
4.7 Hubungan Perilaku Konsumsi Makanan dengan Status Gizi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Hubungan perilaku konsumsi makanan dengan status gizi dapat dilihat dari hasil tabulasi silang antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap, sikap
dengan konsumsi makanan susunan makanan, asupan karbohidrat, asupan protein
Universitas Sumatera Utara
dan asupan lemak, konsumsi makanan susunan makanan, asupan karbohidrat, asupan protein dan asupan lemak yang dikonsumsi dengan status gizi.
4.7.1 Hubungan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Sikap PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Hubungan pengetahuan gizi seimbang dengan sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.14
Tabel 4.14 Distribusi Sikap Berdasarkan Pengetahuan Gizi Seimbang pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Sikap
Pengetahuan Gizi Seimbang Korelasi
r p
Kurang Sedang
Baik Jumlah
n n
n n
0,294 0,047
1 Kurang
0,0 6 60,0
4 40,0
10 100,0
2 Sedang
1 4,3
16 69,6 6
26,1 23
100,0 3
Baik 1
7,7 5 38,5
7 53,8
13 100,0
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat yang memiliki pengetahuan gizi seimbang tergolong sedang dengan sikap yang tergolongsedang pula yaitu sebanyak 69,6. Berdasarkan
hasil statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh p=0,047 p0,05 dengan nilai korelasi r sebesar 0,294 yang berarti bahwa ada hubungan
yang lemah, signifikan dan searah antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap pada PNS.
4.7.2 Hubungan Sikap dengan Konsumsi Makanan PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Hubungan sikap dengan konsumsi makanan pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel 4.15 Distribusi Susunan Makanan Berdasarkan Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
No Susunan
Makanan Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n 0,16
0,914 1
Tidak lengkap 8
22,9 18 51,4 9
25,7 35 100,0
2 Lengkap
2 18,2 5 45,5
4 36,4 11
100,0
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki
susunan makanan tidak lengkap yaitu sebanyak 51,4. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh p=0,914 p0,05 dengan
nilai korelasi r sebesar 0,16 yang berarti bahwa antara sikap dengan susunan makanan pada PNS memiliki hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan
searah. Tabel 4.16 Distribusi Asupan Karbohidrat Berdasarkan Sikap pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Karbohidrat Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n -0,082
0,588 1
Kurang 1
11,1 6 66,7 2
22,2 9
100,0 2
Baik 2
20,0 5 50,0 3
30,0 10
100,0 3
Lebih 7
25,9 12 44,4 8
29,6 27
100,0
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki asupan
karbohidrat tergolong lebih yaitu sebanyak 44,4. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji korelasi pearson diperoleh p=0,588 p0,05 dengan
nilai korelasi r sebesar -0,082 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah antara asupan karbohidrat dengan sikap
pada PNS. Tabel 4.17 Distribusi Asupan Protein Berdasarkan Sikap pada PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat
No Asupan
Protein Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n -0,191
0,204
Universitas Sumatera Utara
1 Kurang
0,0 4 100,0
0,0 4 100,0
2 Baik
2 12,5 10
62,5 4
25,0 16 100,0
3 Lebih
8 30,8 9
34,6 9
34,6 26 100,0
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki asupan
protein tergolong baik yaitu sebanyak 62,5. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh p=0,204 p0,05 dengan nilai
korelasi r sebesar -0,191 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah antara asupan protein dengan sikap pada
PNS. Tabel 4.18 Distribusi Asupan Lemak Berdasarkan Sikap pada PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat
No Asupan
Lemak Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n -0,217
0,147 1
Kurang 1
6,7 10
66,7 4
26,7 15 100,0
2 Baik
1 12,5
6 75,0
1 12,5 8
100,0 3
Lebih 8
34,8 7
30,4 8
34,8 23 100,0
Berdasarkan Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki asupan
lemak tergolong kurang yaitu sebanyak 66,7. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh p=0,147 p0,05 dengan nilai
korelasi r sebesar -0,217 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah antara asupan lemak dengan sikap pada
PNS. 4.7.3 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Status Gizi PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
Hubungan konsumsi makanan susunan makanan, asupan karbohidrat, asupan protein dan asupan lemak dengan status gizi pada PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini : Tabel 4.19 Distribusi Susunan Makanan Berdasarkan Status Gizi pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Susunan
Makanan Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
-0,299 0,043
1 Tidak
Lengkap
2 5,7
9 25,7 24
68,6 35
100,0 2
Lengkap 1
9,1 6
54,5 4 36,4
11 100,0
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang berstatus gizi overweight dan obesitas, memiliki
susunan makanan tidak lengkap yaitu sebanyak 68,6. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh nilai p=0,043 p0,05
dengan nilai korelasi r sebesar -0,299 yang berarti bahwa antara susunan makanan dengan status gizi pada PNS memiliki hubungan yang sangat lemah,
signifikan dan tidak searah. Tabel 4.20 Distribusi Asupan Karbohidrat Berdasarkan Status Gizi pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Karbohidrat Status Gizi
Korelasi r
p
Kurus Normal
Overweight dan Obesitas
Jumlah n
n n
n 0,296
0,045 1
Kurang 3
33,3 2
22,2 4 44,4
9 100,0
2 Baik
0,0 4
40,0 6 60,0
10 100,0
3 Lebih
0,0 9
33,3 18 66,7
27 100,0
Berdasarkkan Tabel 4.20 terlihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang berstatus gizi overweight dan obesitas, memiliki tingkat asupan
karbohidrat yang tergolong lebih yaitu sebanyak 66,7. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh nilai p=0,045
Universitas Sumatera Utara
p0,05 dengan nilai korelasi r sebesar 0,296 yang berarti bahwa antara asupan karbohidrat dengan status gizi pada PNS memiliki hubungan yang lemah,
signifikan dan searah. Tabel 4.21 Distribusi Asupan Protein Berdasarkan Status Gizi pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Protein Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
0,420 0,004
1 Kurang
1 25,0
1 25,0
2 50,0
4 100,0
2 Baik
2 12,5
7 43,8
7 43,8
16 100,0
3 Lebih
0,0 7
26,9 19
73,1 26
100,0
Berdasarkan Tabel 4.21 terlihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang berstatus gizi overweight dan obesitas, memiliki tingkat asupan
protein yang tergolong lebih yaitu sebanyak 73,1. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh nilai p=0,004
p0,01 dengan nilai korelasi r sebesar 0,420 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat, signifikan dan searah antara asupan protein dengan status
gizi pada PNS memiliki hubungan. Tabel 4.22 Distribusi Asupan Lemak Berdasarkan Status Gizi pada PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Lemak Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
0,591 0,001
1 Kurang
2 13,3
8 53,3
5 33,3
15 100,0
2 Baik
1 12,5
3 37,5
4 50,0
8 100,0
Lanjutan Tabel 4.22.
No Asupan
Lemak Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
3 Lebih
0,0 4
17,4 19 82,6
23 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.22 terlihat bahwa PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang berstatus gizi overweight dan obesitas, memiliki tingkat asupan
lemak yang tergolong lebih yaitu sebanyak 82,6. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh nilai p=0,001 p 0,01
dengan nilai korelasi r sebesar 0,591 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat, signifikan dan searah antara asupan lemak dengan status gizi pada PNS.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Gizi Seimbang dan Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
Seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan yang bergizi seimbang bukanlah
makanan yang hanya mahal dan enak, melainkan memenuhi kebutuhan zat gizi yang berimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga mineral.
Pengetahuan gizi dibutuhkan dalam pemilihan makanan yang dikonsumsi, ini bertujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat memiliki pengetahuan dalam kategori sedang yaitu sebesar 58,7. Dapat
dilihat bahwa PNS memiliki pengetahuan gizi seimbang yang cukup. Ini dikaitkan dengan sebagian besar PNS memiliki tingkat pendidikan S1 yaitu sebesar 62,5.
Pendidikan memengaruhi pengetahuan seseorang, ini dikarenakan seseorang yang mengenyam pendidikan biasanya lebih memahami dalam menerima informasi
mengenai gizi. PNS cukup mengetahui tentang makanan gizi seimbang, sehingga diharapkan PNS memiliki pola konsumsi makan yang cukup. Pengetahuan gizi
yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku makan yang kurang baik sehingga dapat memilih makanan bergizi serta menyusun menu yang beragam dan
seimbang sesuai kebutuhan, juga akan mengetahui akibat dari kelebihan gizi. Pengetahun gizi yang cukup pada pegawai salah satunya dapat dilihat pegawai
belum mengerti cara menerapkan menu beragam dan seimbang dalam setiap kali makan. Mereka berfikir bahwa dalam setiap kali makan tidak harus
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, khususnya saat makan pagi dan siang. Sikap merupakan bentuk respon yang belum tampak dalam tindakan.
Menurut teori yang dipaparkan oleh Notoatmodjo dalam pembentukan perilaku,
52
Universitas Sumatera Utara
sikap sangat tergantung pada pengetahuan. Semakin baik pengetahuan maka akan terbentuk sikap yang baik pula. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan akan
terbentuk sikap yang rendah pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah PNS BAPPEDA
Kabupaten Langkat memiliki sikap dalam kategori sedang yaitu sebesar 50,0. Ini berkaitan dengan PNS yang memiliki pengetahuan gizi seimbang yang cukup
juga, artinya pengetahuan membentuk sikap PNS mengenai gizi seimbang. Sikap yang cukup diharapkan dapat membentuk tindakan dalam mengkonsumsi
makanan yang baik. Tindakan dalam mengkonsumsi makanan yang baik terwujud dari makanan yang dikonsumsi kemudian terbentuknya status gizi yang baik pula.
Sikap yang cukup pada pegawai salah satunya dapat dilihat PNS masih belum mengerti bagaimana bersikap dalam mengkonsumsi susunan makanan yang
beraneka ragam dan bergizi seimbang.
5.2 Konsumsi Makanan Berdasarkan Susunan Makanan dan Frekuensi Makanan pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Susunan makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor. Bagi masyarakat, biasanya susunan makanan lebih ditentukan oleh sebatas rasa
kenyang dan rasa gurih pada makanan tersebut. Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan susunan makanan dalam bentuk slogan gizi yang telah
disempurnakan dari slogan sebelumnya “Empat Sehat, Lima Sempurna” menjadi “ i i Simbang Bangsa Sehat Berprestasi”. Adapun susunan makanan yang
dianjurkan menurut slogan yang dibentuk adalah terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan air putih Departemen Kesehatan RI, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,1 PNS BAPPEDA Kabupaten memiliki susunan makanan yang tidak lengkap. Adapun susunan makanan yang
tidak lengkap tersebut adalah makanan pokok dan lauk pauk. Tingginya persentase PNS yang memiliki susunan makanan yang tidak
lengkap dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa mengkonsumsi makanan cukup dengan nasi dan lauk pauk sudah memenuhi kebutuhan gizi untuk aktivitas
mereka, sedangkan buah dan sayur tergantung ketersediaan atau tidaknya. Oleh karena itu mereka lebih cenderung mengkonsumsi makanan pokok dan lauk pauk
saja. Ini dapat dilihat dari frekuensi mereka makan sayuran dan buah-buahan sangat jarang yaitu hanya 1-2 kali dalam sebulan.
Bahan makanan pokok dianggap paling penting dalama susunan menu makanan di Indonesia. Bahan makanan pokok dianggap paling penting karena bila
suatu susunan menu makanan tidak mengandung bahan makanan pokok, maka tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan
belum makan meskipun perutnya telah kenyang Sediaoetama, 2008. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumsi makanan
berdasarkan frekuensi makan menurut bahan makanan pokok yang dikonsumsi PNS adalah nasi yaitu sebesar 100. dengan kategori selalu yaitu 2-3 kali dalam
sehari. Sedangkan untuk mie dan roti dikonsumsi sebagai makanan selingan maupun pengganti nasi pada waktu tertentu saja yaitu tergolong jarang atau 1-2
kali dalam sebulan. Mie yang dikonsumsi biasanya diolah dengan direbus dan
digoreng. Sedangkan roti yang dikonsumsi biasanya dalam bentuk kering seperti biscuit dan crackers serta berbagai jenis kue.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya, lauk pauk merupakan kelompok bahan makanan yang memberikan sumber utama protein dalam hidangan. Protein terdiri atas protein
hewani dan protein nabati. Protein hewani terdiri dari daging ruminansia daging sapi, daging kambing, dsb, daging unggas daging ayam, bebek, dsb, ikan dan
seafood. Sedangkan protein nabati terdiri dari tahu, tempe dan lain-lain Departemen Kesehatan RI, 2014. Lauk berfungsi untuk memberi rasa nikmat,
sehingga makanan pokok yang pada umumnya mempunyai rasa netral menjadi lebih terasa enak Almatsier, 2003.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lauk pauk yang selalu dikonsumsi PNS dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari adalah lauk pauk berjenis
ikan yaitu sebesar sebesar 95,7. Selain itu, PNS juga selalu mengkonsumi tahu 52,2 dan tempe 50,0 sebagai pelengkap dalam menu makanan. Lauk pauk
yang dikonsumsi tidak bervariasi, terlihat dari jenis lauk pauk yang dikonsumsi tidak beragam. Mereka jarang mengkonsumsi lauk pauk lain seperti daging sapi
maupun ayam. Selain itu, ikan yang dikonsumsi biasanya diolah dengan digoreng dan digulai. Begitu pula dengan tahu dan tempe yang biasa dikonsumsi diolah
dengan digoreng. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa konsumsi protein responden mengandung lemak yang tinggi. Ini dikarenakan cara pengolahan
makanan dengan menggunakan minyak dan santan, sehingga kandungan lemak dalam makanan semakin bertambah. Selain kebiasaan konsumsi pangan dari jenis
dan frekuensi yang sering, kondisi kantin dan rumah makan sekitar kantor juga menyediakan jenis lauk pauk yang sama dengan kebiasaan konsumsi PNS di
Universitas Sumatera Utara
rumah. Jika kebiasaan pola konsumsi makanan ini terus terjadi maka, kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan lemak didalam tubuh.
Sayur merupakan berbagai bagian tumbuhan seperti daun, akar, batang dan bunga, bahkan buahnya yang biasanya masih muda Sediaoetama, 2008. Sayur
berperan dalam melancarkan proses menelan makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah Almatsier, 2003
Sebagian besar frekuensi rata-rata konsumsi sayuran pada PNS tergolong jarang yaitu sebanyak 59,6. Jenis sayuran yang sangat jarang dikonsumsi adalah
sayuran buncis sebanyak 69,6, begitu pula dengan sayuran lain seperti sayuran kangkung sebanyak 60,9 dan sayuran daun ubi sebanyak 60,9 dengan
frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan, sebagian PNS menganggap sayuran bukan kebutuhan makanan yang wajib dipenuhi, selain itu sebagian
responden lain mengkonsumsi sayuran, jika hanya tersedia saja. Padahal seharusnya, mengkonsumsi sayuran sangat dianjurkan dalam setiap kali makan.
Ini dikarenakan sayuran mengandung serat yang tinggi, sehingga sangat baik untuk orang yang mengalami berat badan berlebih.
Sebagian besar frekuensi rata-rata konsumsi buah-buahan PNS tergolong jarang yaitu sebanyak 69,0. Jenis buah-buahan yang sangat jarang dikonsumsi
adalah buah nenas 78,3, begitu pula dengan buah-buahan lain seperti buah jeruk sebanyak 73,9, buah pisang sebanyak 65,2 dan pepaya sebanyak 58,7
dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan, sebagian PNS menganggap buah-buahan tidak harus
dikonsumsi setiap kali makan. Selain itu mereka hanya mengkonsumsi buah jika
Universitas Sumatera Utara
tersedia saja. Kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan dianjurkan bagi yang mengalami kegemukan atau obesitas agar lebih sering mengkonsumsinya. Ini
dikarenakan buah-buahan mempunyai efek yang mengenyangkan dan tinggi akan vitamin, mineral dan serat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar PNS selalu mengkonsumsi jenis makanan lain seperti gorengan yaitu sebanyak 60,9
dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari. Pada jam senggang diantara makan pagi ke makan siang, PNS mengkonsumsi gorengan 2-3 potong dalam sehari. Selain
itu, setiap kali makan terkadang PNS menambahkan gorengan ke dalam hidangan makanannya. PNS juga selalu mengkonsumsi jenis minuman lain seperti teh
manis sebanyak 67,4. Sebagian besar pegawai mengkonsumsi teh manis 2-3 kali dalam sehari. Mengkonsumsi lemak dan gula sebaiknya dibatasi, karena dapat
menyebabkan gizi lebih. Berdasarkan Pesan Gizi Seimbang PGS konsumsi gula sebaiknya 4-5 sendok makan perhari dan lemak tidak lebih dari 5 sendok makan
perhari. Hal ini berbeda dengan konsumsi gula pada pegawai, dimana mereka selalu mengonsumsi gula 3-4 sendok makan setiap kali minum dan sebagian
besar PNS mengonsumsinya 2-3 kali dalam sehari. Selain itu, PNS selalu mengkonsumsi gorengan yang tinggi akan lemak jenuh 2-3 potong dalam sehari
dan sebagian besar pegawai mengkonsumsinya 2-3 kali dalan sehari. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi gorengan dan minuman yang mengandung gula
pada PNS sangat tinggi bila dibandingkan dengan yang dianjurkan dalam Pedoman Gizi Seimbang PGS.
5.3 Konsumsi Makanan Berdasarkan Kuantitas Karbohidrat, Protein dan Lemak pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Bahan makanan pokok biasanya merupakan sumber utama karbohidrat, karena selain
tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan dalam jumlah besar oleh seseorang tanpa menimbulkan keluhan. Bahan makanan pokok di Indonesia dapat berupa
beras serelia, akar dan umbi, serta ekstrak tepung seperti sagu Sediaoetama, 2008.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam, dapat diketahui bahwa jumlah asupan karbohidrat
pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat yang terbanyak berada pada kategori lebih yaitu sebanyak sebanyak 58,7. Ini dikarenakan pegawai mengkonsumsi
nasi sebanyak 250-400 gram setiap kali makan, selain itu mereka juga sering megkonsumsi gorengan dan teh manis dalam jumlah yang banyak. Akibatnya
karbohidrat yang dikonsumsi lebih dari yang seharusnya. Konsumsi karbohidrat yang berlebih setiap hari, dapat mengakibatkan
kenaikan berat badan. Ini dikarenakan kelebihan karbohidrat dapat disimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh. Lemak yang tersimpan ini selanjutnya dapat
menyebabkan berat badan menjadi naik. Jika keadaan ini berlanjut dapat mengakibatkan gizi lebih. Gizi lebih merupakan salah satu faktor resiko yang
dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat asupan protein pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat berada pada kategori lebih yaitu
sebesar 56,5. Ini dikarenakan pegawai sering mengkonsumsi lauk pauk berjenis
Universitas Sumatera Utara
ikan dengan 2-3 kali dalam sehari, selain itu mereka juga sering mengkonsumsi gorengan tahu dan tempe untuk makanan selingan maupun pelengkap makanan
utama. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan gizi lebih Almatsier,
2003. Lemak merupakan salah satu zat gizi penghasil utama energi. Kekurangan
konsumsi lemak akan mengurangi konsumsi kalori. Tetapi hal ini tidak begitu penting, karena kalori dapat pula dipenuhi oleh zat-zat gizi lain yaitu karbohidrat
dan lemak. Lemak di dalam hidangan makanan memberikan kecenderungan yang meningkatkan kadar kolesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung
asam lemak jenuh rantai panjang Sediaoetama, 2008. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat asupan lemak
pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat tergolong dalam kategori lebih yaitu sebesar 50,0. Ini dikarenakan pengolahan makanan yang dikonsumsi pegawai
sebagian besar adalah digoreng dan digulai. Selain itu pegawai juga sering mengkonsumsi gorengan dalam jumlah banyak.
Kelebihan mengkonsumsi lemak serta rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan, dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam tubuh. Ini
dikarenakan tubuh hanya bisa membakar kalori dalam jumlah terbatas per hari, tergantung dari jumlah energi yang dibutuhkan Jika kalori yang dikonsumsi
berlebih dari kebutuhan, maka akan disimpan sebagai lemak tubuh. Lemak yang tersimpan inilah yang dapat menyebabkan gizi lebih.
5.4 Status Gizi pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015