-  50 tahun 12
26,1 Jumlah
46 100,0
2 Jenis Kelamin
-  Laki-laki 27
58,7 -  Perempuan
19 41,3
Jumlah 46
100,0 3
Tingkat Pendidikan -  SLTA
9 19,6
-  DIII 3
6,5 -  S1
30 65,2
-  S2 4
8,7 Jumlah
46 100,0
Berdasarkan  Tabel 4.1. dapat dilihat  bahwa karakteristik responden  pada
PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat menurut umur, lebih banyak pada kelompok umur 31-50 tahun  yaitu sebanyak 28 orang 60,9. Sedangkan kelompok umur
yang paling sedikit adalah pada umur ≤30 tahun yaitu sebanyak 6 orang 13,0.
Karakteristik  responden  pada  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat menurut  jenis  kelamin  lebih  banyak  pada  jenis  kelamin  laki-laki  sebanyak  27
orang 58,7 sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang 41,3. Karakteristik  responden  pada  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat
menurut  tingkat  pendidikan  lebih  banyak  pada  tingkat  pendidikan  S1  yaitu sebanyak  30  orang  65,2  dan  yang  paling  sedikit  dengan  tingkat  pendidikan
DIII sebanyak 3 orang 6,5.
4.3 Pengetahuan Gizi Seimbang PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Pengetahuan  gizi seimbang PNS BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  dihitung melalui  pertanyaan  dari  kuesioner  yang  terdiri  dari  15  pertanyaan  mengenai
pengetahuan  gizi  seimbang,  maka  tingkat  pengetahuan  gizi  seimbang  PNS  dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel  4.2  Distribusi  Responden  Menurut  Pengetahuan  Gizi  Seimbang  pada  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Pengetahuan Gizi Seimbang n
Kurang 2
4,3 Sedang
27 58,7
Baik 17
37,0 Jumlah
46 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.2  dapat  dilihat    bahwa  jumlah  PNS  BAPPEDA
Kabupaten  Langkat  paling  banyak  terdapat  pada  PNS  dengan  pengetahuan  gizi seimbang  yang  tergolong  sedang    yaitu  sebanyak  27  orang    58,7,  sedangkan
yang  paling  sedikit  terdapat  pada  PNS  dengan  pengetahuan  gizi  seimbang  yang tergolong kurang yaitu sebanyak 2 orang 4,3.
4.4 Sikap PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Sikap  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  dihitung  melalui  pernyataan pada  kuesioner  yang  terdiri  dari  10  pernyataan  mengenai  sikap  terhadap  gizi
seimbang, maka sikap PNS dapat dilahat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten
Langkat Tahun 2015 Sikap
n Kurang
10 21,7
Sedang 23
50,0 Baik
13 28,3
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan  Tabel  4.3  dapat  dilihat    bahwa  jumlah  PNS  BAPPEDA
Kabupaten  Langkat  paling  banyak  terdapat  pada  PNS  dengan  sikap  yang tergolong  sedang    yaitu  sebanyak  23  orang  50,0,  sedangkan  yang  paling
sedikit terdapat pada PNS dengan sikap yang tergolong kurang yaitu sebanyak 10 orang 21,7.
4.5 Konsumsi Makanan PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
4.5.1  Konsumsi  Makanan  Berdasarkan  Susunan  Makanan  dan  Frekuensi Makanan
Konsumsi  makanan  berdasarkan  susunan  makanan  dapat  dilihat  pada Tabel 4.4.
Tabel  4.4  Konsumsi  Makanan  Berdasarkan  Susunan  Makanan  pada  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Susunan Makanan n
Tidak Lengkap 35
76,1 Lengkap
11 23,9
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan  Tabel  4.4  dapat  dilihat  bahwa  susunan  makanan  yang
dikonsumsi  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  paling  banyak  tergolong  tidak lengkap  yang  terdiri  makanan  pokok  dan  lauk  pauk    atau  makanan  pokok,  lauk
pauk  dan  sayuran  yaitu  sebanyak  35  orang  76,1,  sedangkan  PNS  yang memiliki susunan makanan  lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan yaitu  sebanyak 11 orang 23,9. Berdasarkan  hasil  wawancara  menggunakan  formulir  food  frequency
menurut jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh pegawai, diperoleh gambaran frekuensi  makan  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  berdasarkan  kelompok
jenis bahan makanan yang tercantum dalam tabel-tabel berikut :
Tabel  4.5  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Bahan  Makanan  Pokok  yang dikonsumsi  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Bahan Makanan
Pokok Frekuensi Makan
Jumlah 2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
n n
n n
n Nasi
46 100,0
0,0 0,0
0,0 46
100,0 Mie
0,0 8
17,4 37
80,4 1
2,2 46
100,0 Roti
0,0 7
5,2 35
76,1 4
8,7 46
100,0
Berdasarkan  Tabel  4.5  dapat  dilihat  bahwa  seluruh  PNS  BAPPEDA
Kabupaten  Langkat  selalu  mengkonsumsi  nasi  sebagai  makanan  pokok  100 dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari. Sedangkan untuk bahan makanan pokok
yang  jarang  dikonsumsi  adalah  mie  yaitu  sebanyak  37  orang  80,4  dan  roti sebanyak 35 orang 76,1 dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan.
Tabel  4.6  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Lauk  Pauk  yang  dikonsumsi  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Lauk Pauk Frekuensi Makan
Jumlah 2-3 kali
sehari 3-5 kali
seminggu 1-2 kali
sebulan Tidak
pernah n
n n
n n
Ikan 44
95,7 2
4,3 0,0
0,0 46
100,0 Telur
0,0 22
47,8 24
52,2 0,0
46 100,0
Ayam 0,0
15 32,6
31 67,4
0,0 46
100,0 Daging
0,0 4
8,7 42
91,3 0,0
46 100,0
Tahu 24
52,2 16
34,8 6
13,0 0,0
46 100,0
Tempe 23
50,0 17
37,0 6
13,0 0,0
46 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.6  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  PNS  BAPPEDA
Kabupaten Langkat selalu mengkonsumsi lauk pauk berjenis ikan yaitu sebanyak 44  orang    95,7,  tahu  sebanyak  24  orang    52,2  dan  tempe  sebanyak  23
orang  50,0  dengan  frekuensi    2-3  kali  dalam  sehari.  Sedangkan  untuk  lauk pauk  yang  jarang  dikonsumsi  adalah    daging  sebanyak  42  orang  91,3  dan
ayam sebanyak 31 orang 67,4 dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Tabel  4.7  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Sayuran  yang  dikonsumsi  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Sayuran Frekuensi Makan
Jumlah 2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
n n
n n
n Daun ubi
0,0 14
30,4 28
60,9 4
8,7 46
100,0 Nangka
muda 0,0
12 26,1
26 56,5
8 17,4
46 100,0
Buncis 0,0
10 21,7
32 69,6
4 8,7
46 100,0
Bayam 0,0
21 45,7
23 50,0
2 4,3
46 100,0
Kangkung 0,0
15 32,6
28 60,9
3 6,5
46 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.7  dapat  dilihat  bahwa  PNS  BAPPEDA  Kabupaten Langkat  jarang  mengkonsumsi  sayuran  yaitu  seperti  sayuran  buncis  yaitu
sebanyak  32  orang  69,6,  sayuran  kangkung  sebanyak  28  orang  60,9  dan sayuran daun ubi sebanyak 28 orang 60,9 dengan frekuensi 1-2 kali sebulan.
Tabel  4.8  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Buah-Buahan  yang  dikonsumsi  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Buah- buahan
Frekuensi Makan Jumlah
2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah
n n
n n
n Pisang
0,0 14
30,4 30
65,2 2
4,3 46
100,0 Pepaya
0,0 16
34,8 27
58,7 3
6,5 46
100,0 Jeruk
0,0 10
21,7 34
73,9 2
4,3 46
100,0 Nenas
0,0 7
15,2 36
78,3 3
6,5 46
100,0
Berdasarkan  Tabel  4.8  dapat  dilihat  bahwa  PNS  BAPPEDA  Kabupaten Langkat    jarang  mengkonsumsi  buah-buahan  seperti  buah  nenas  yaitu  sebanyak
36 orang 78,3, buah jeruk sebanyak 34 orang 73,9, buah pisang sebanyak 30  orang  65,2  dan  pepaya  sebanyak  27  orang  58,7  dengan  frekuensi  1-2
kali dalam sebulan.
Tabel  4.9  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Makanan  dan  Minuman  lain  yang dikonsumsi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Makanan dan Minuman
Frekuensi Makan Jumlah
2-3 kali sehari
3-5 kali seminggu
1-2 kali sebulan
Tidak pernah n
n n
n n
Universitas Sumatera Utara
A.  Makanan -  Gorengan
-  Makanan bersantan
-  Sate tusuk -  Bakso
B.  Minuman -  Teh manis
-  Kopi -  Susu
28
31 60,9
0,0 0,0
0,0 67,4
0,0 0,0
23 15
1 17
18 0,0
50,0 32,6
2,2 0,0
37,0 39,1
18 21
26 43
10 6
9 39,1
45,7 56,5
93,5 21,7
13,0 19,6
2 5
2 5
23 19
0,0 4,3
10,9 4,3
10,9 50,0
41,3 46
46 46
46 46
46 46
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0 100,0
100,0
Berdasarkan  Tabel  4.9  dapat  dilihat  bahwa  PNS  BAPPEDA  Kabupaten Langkat    selalu  mengkonsumsi  jenis  makanan  lain  seperti  gorengan  yaitu
sebanyak  28  orang  60,9  dan  sering  mengkonsumsi  makanan  bersantan sebanyak  23  orang  50,0.  Selain  itu  PNS  juga  selalu  mengkonsumsi  jenis
minuman lain seperti teh manis sebanyak 31 pegawai 67,4 dengan frekuensi 2- 3 kali dalam sehari.
4.5.2 Asupan  Karbohidrat
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui formulir  recall 24 jam, maka dapat dilihat asupan karbohidrat PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat pada
Tabel 4.10. Tabel  4.10  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Asupan  Karbohidrat  pada  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015 Asupan Karbohidrat
n Kurang
9 19,6
Baik 10
21,7 Lebih
27 58,7
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan  Tabel  4.10  dapat  dilihat  bahwa  tingkat  asupan  karbohidrat
PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  paling  tinggi  adalah  tergolong  lebih  yaitu sebanyak 27 orang 58,7, sedangkan tingkat asupan karbohidrat paling rendah
adalah tergolong kurang yaitu sebanyak 9 orang 19,6.
Universitas Sumatera Utara
4.5.3 Asupan Protein
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui formulir  recall 24 jam, maka  dapat  dilihat  asupan  protein  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  pada
Tabel 4.11. Tabel  4.11  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Asupan  Protein  pada  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015 Asupan Protein
n Kurang
4 8,7
Baik 16
34,8 Lebih
26 56,5
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan  Tabel  4.11  dapat  dilihat  bahwa  tingkat  asupan  protein  PNS
BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  paling  tinggi  adalah  tergolong  lebih  yaitu sebanyak  26  orang  56,5,  sedangkan  tingkat  asupan  protein  paling  rendah
adalah tergolong kurang yaitu sebanyak 4 orang 8,7.
4.5.4 Asupan Lemak
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui formulir  recall 24 jam, maka dapat dilihat asupan lemak PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat pada Tabel
4.12.
Tabel  4.12  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Asupan  Lemak  pada  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Asupan Lemak n
Kurang 15
32,6 Baik
8 17,4
Lebih 23
50,0 Jumlah
46 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  Tabel  4.12  dapat  dilihat  bahwa  tingkat  asupan  lemak  PNS BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  paling  tinggi  adalah  tergolong  lebih  yaitu
sebanyak 23 orang 50,0, sedangkan tingkat asupan lemak paling rendah adalah tergolong baik yaitu sebanyak 8 orang 17,4.
4.6 Status Gizi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Berdasarkan hasil peneltian,  maka status gizi PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel  4.13  Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan  Status  Gizi  pada  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Status Gizi n
Kurus 3
6,5 Normal
15 32,6
Overweight 7
15,2 Obesitas
21 45,7
Jumlah 46
100,0 Berdasarkan  Tabel  4.13  dapat  dilihat    bahwa  jumlah  PNS  BAPPEDA
Kabupaten  Langkat  paling  banyak  terdapat  pada  PNS  dengan  status  gizi  yang tergolong  obesitas    yaitu  sebanyak  21  orang    45,7  ,  sedangkan  yang  paling
sedikit terdapat pada PNS dengan status gizi yang tergolong kurus yaitu sebanyak 3 orang 6,5.
4.7  Hubungan  Perilaku  Konsumsi  Makanan  dengan  Status  Gizi  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Hubungan  perilaku  konsumsi  makanan  dengan  status  gizi  dapat  dilihat dari    hasil  tabulasi  silang  antara  pengetahuan  gizi  seimbang  dengan  sikap,  sikap
dengan konsumsi makanan susunan makanan, asupan karbohidrat, asupan protein
Universitas Sumatera Utara
dan  asupan  lemak,  konsumsi  makanan  susunan  makanan,  asupan  karbohidrat, asupan protein  dan asupan lemak yang dikonsumsi dengan status gizi.
4.7.1  Hubungan  Pengetahuan  Gizi  Seimbang  dengan  Sikap  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat
Hubungan pengetahuan gizi seimbang dengan sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.14
Tabel  4.14  Distribusi  Sikap  Berdasarkan  Pengetahuan  Gizi  Seimbang  pada  PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Sikap
Pengetahuan Gizi Seimbang Korelasi
r p
Kurang Sedang
Baik Jumlah
n n
n n
0,294 0,047
1 Kurang
0,0 6  60,0
4 40,0
10 100,0
2 Sedang
1 4,3
16  69,6 6
26,1 23
100,0 3
Baik 1
7,7 5  38,5
7 53,8
13 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.14  dapat  diketahui  bahwa  PNS  BAPPEDA
Kabupaten  Langkat  yang  memiliki  pengetahuan  gizi  seimbang  tergolong  sedang dengan  sikap  yang  tergolongsedang  pula  yaitu    sebanyak  69,6.  Berdasarkan
hasil  statistik  dengan    menggunakan  uji    korelasi  Pearson    diperoleh  p=0,047 p0,05 dengan nilai korelasi r sebesar 0,294 yang berarti bahwa ada hubungan
yang  lemah,  signifikan  dan  searah  antara    pengetahuan  gizi  seimbang  dengan sikap pada PNS.
4.7.2  Hubungan  Sikap  dengan  Konsumsi  Makanan  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat
Hubungan  sikap  dengan  konsumsi  makanan  pada  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel 4.15 Distribusi Susunan Makanan Berdasarkan Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
No Susunan
Makanan Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n 0,16
0,914 1
Tidak lengkap 8
22,9  18  51,4 9
25,7  35 100,0
2 Lengkap
2 18,2    5  45,5
4 36,4  11
100,0
Berdasarkan  Tabel  4.15  dapat  diketahui  bahwa  PNS  BAPPEDA Kabupaten  Langkat  yang  memiliki  sikap  yang  tergolong  sedang,  memiliki
susunan makanan tidak lengkap yaitu sebanyak 51,4.  Berdasarkan hasil statistik dengan  menggunakan uji  korelasi Pearson  diperoleh p=0,914 p0,05 dengan
nilai  korelasi  r  sebesar  0,16  yang  berarti  bahwa  antara  sikap  dengan  susunan makanan  pada  PNS  memiliki  hubungan  yang  sangat  lemah,  tidak  signifikan  dan
searah. Tabel  4.16  Distribusi  Asupan  Karbohidrat  Berdasarkan  Sikap  pada  PNS
BAPPEDA  Kabupaten Langkat
No Asupan
Karbohidrat Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n -0,082
0,588 1
Kurang 1
11,1    6  66,7 2
22,2 9
100,0 2
Baik 2
20,0    5  50,0 3
30,0 10
100,0 3
Lebih 7
25,9  12  44,4 8
29,6 27
100,0
Berdasarkan  Tabel  4.16  dapat  diketahui  bahwa  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat  yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki asupan
karbohidrat  tergolong  lebih  yaitu  sebanyak  44,4.    Berdasarkan  hasil  statistik dengan  menggunakan uji   korelasi pearson  diperoleh p=0,588 p0,05 dengan
nilai korelasi r sebesar -0,082 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah antara  asupan karbohidrat dengan sikap
pada PNS. Tabel  4.17  Distribusi  Asupan  Protein  Berdasarkan  Sikap  pada  PNS    BAPPEDA
Kabupaten Langkat
No Asupan
Protein Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n -0,191
0,204
Universitas Sumatera Utara
1 Kurang
0,0    4 100,0
0,0    4 100,0
2 Baik
2 12,5  10
62,5 4
25,0  16 100,0
3 Lebih
8 30,8    9
34,6 9
34,6  26 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.17  dapat  diketahui  bahwa  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat  yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki asupan
protein tergolong baik yaitu sebanyak 62,5.  Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan  uji    korelasi  Pearson    diperoleh  p=0,204  p0,05  dengan  nilai
korelasi  r  sebesar  -0,191  yang  berarti  bahwa  terdapat  hubungan  yang  sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah antara  asupan protein dengan sikap pada
PNS. Tabel  4.18  Distribusi  Asupan  Lemak  Berdasarkan  Sikap  pada  PNS    BAPPEDA
Kabupaten Langkat
No Asupan
Lemak Sikap
Korelasi r
p Kurang
Sedang Baik
Jumlah n
n n
n -0,217
0,147 1
Kurang 1
6,7 10
66,7 4
26,7  15 100,0
2 Baik
1 12,5
6 75,0
1 12,5    8
100,0 3
Lebih 8
34,8 7
30,4 8
34,8  23 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.18  dapat  diketahui  bahwa  PNS  BAPPEDA Kabupaten Langkat  yang memiliki sikap yang tergolong sedang, memiliki asupan
lemak tergolong kurang yaitu sebanyak 66,7.  Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan  uji    korelasi  Pearson    diperoleh  p=0,147  p0,05  dengan  nilai
korelasi  r  sebesar  -0,217  yang  berarti  bahwa  terdapat  hubungan  yang  sangat lemah, tidak signifikan dan tidak searah  antara  asupan lemak dengan sikap pada
PNS. 4.7.3  Hubungan  Konsumsi  Makanan  dengan  Status  Gizi  PNS  BAPPEDA
Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
Hubungan  konsumsi  makanan  susunan  makanan,  asupan  karbohidrat, asupan  protein  dan  asupan  lemak  dengan  status  gizi  pada  PNS  BAPPEDA
Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini : Tabel  4.19  Distribusi  Susunan  Makanan  Berdasarkan  Status  Gizi  pada  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Susunan
Makanan Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
-0,299 0,043
1 Tidak
Lengkap
2 5,7
9 25,7  24
68,6 35
100,0 2
Lengkap 1
9,1 6
54,5    4 36,4
11 100,0
Berdasarkan  Tabel  4.19    dapat  diketahui  bahwa  PNS  BAPPEDA Kabupaten  Langkat    yang  berstatus  gizi  overweight  dan  obesitas,  memiliki
susunan makanan tidak lengkap yaitu sebanyak 68,6. Berdasarkan hasil statistik dengan    menggunakan  uji    korelasi  Pearson    diperoleh  nilai  p=0,043    p0,05
dengan  nilai  korelasi  r  sebesar  -0,299  yang  berarti  bahwa  antara  susunan makanan  dengan  status  gizi  pada  PNS  memiliki  hubungan  yang  sangat  lemah,
signifikan dan tidak searah. Tabel  4.20  Distribusi  Asupan  Karbohidrat  Berdasarkan  Status  Gizi  pada  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Karbohidrat Status Gizi
Korelasi r
p
Kurus Normal
Overweight dan Obesitas
Jumlah n
n n
n 0,296
0,045 1
Kurang 3
33,3 2
22,2    4 44,4
9 100,0
2 Baik
0,0 4
40,0    6 60,0
10 100,0
3 Lebih
0,0 9
33,3  18 66,7
27 100,0
Berdasarkkan    Tabel  4.20  terlihat  bahwa  PNS  BAPPEDA  Kabupaten Langkat    yang  berstatus  gizi  overweight  dan  obesitas,  memiliki  tingkat  asupan
karbohidrat  yang  tergolong  lebih  yaitu  sebanyak  66,7.  Berdasarkan  hasil    uji statistik  dengan    menggunakan  uji  korelasi  Pearson      diperoleh  nilai  p=0,045
Universitas Sumatera Utara
p0,05 dengan nilai korelasi r sebesar 0,296 yang berarti bahwa antara asupan karbohidrat  dengan  status  gizi  pada  PNS  memiliki  hubungan  yang  lemah,
signifikan dan searah. Tabel  4.21  Distribusi  Asupan  Protein  Berdasarkan  Status  Gizi  pada  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Protein Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
0,420 0,004
1 Kurang
1 25,0
1 25,0
2 50,0
4 100,0
2 Baik
2 12,5
7 43,8
7 43,8
16 100,0
3 Lebih
0,0 7
26,9 19
73,1 26
100,0
Berdasarkan    Tabel  4.21  terlihat  bahwa  PNS  BAPPEDA  Kabupaten Langkat    yang  berstatus  gizi  overweight  dan  obesitas,  memiliki  tingkat  asupan
protein  yang  tergolong  lebih  yaitu  sebanyak  73,1.    Berdasarkan  hasil    uji statistik  dengan    menggunakan  uji  korelasi  Pearson  diperoleh  nilai  p=0,004
p0,01  dengan  nilai  korelasi  r  sebesar  0,420  yang  berarti  bahwa  terdapat hubungan  yang  kuat,  signifikan  dan  searah  antara  asupan  protein  dengan  status
gizi pada PNS memiliki hubungan. Tabel  4.22  Distribusi  Asupan  Lemak  Berdasarkan  Status  Gizi  pada  PNS
BAPPEDA Kabupaten Langkat
No Asupan
Lemak Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
0,591 0,001
1 Kurang
2 13,3
8 53,3
5 33,3
15 100,0
2 Baik
1 12,5
3 37,5
4 50,0
8 100,0
Lanjutan Tabel 4.22.
No Asupan
Lemak Status Gizi
Korelasi r
p Kurus
Normal Overweight
dan Obesitas Jumlah
n n
n n
3 Lebih
0,0 4
17,4  19 82,6
23 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  Tabel  4.22  terlihat  bahwa  PNS  BAPPEDA  Kabupaten Langkat    yang  berstatus  gizi  overweight  dan  obesitas,  memiliki  tingkat  asupan
lemak yang tergolong lebih yaitu sebanyak 82,6. Berdasarkan hasil  uji statistik dengan    menggunakan  uji  korelasi  Pearson    diperoleh  nilai  p=0,001  p  0,01
dengan nilai korelasi r sebesar 0,591 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat, signifikan dan searah antara asupan lemak dengan status gizi pada PNS.
BAB V PEMBAHASAN
5.1  Pengetahuan Gizi Seimbang dan Sikap pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
Seseorang  dengan  pengetahuan  gizi  yang  baik  akan  memperhatikan  setiap makanan  yang  akan  dikonsumsinya.  Makanan  yang  bergizi  seimbang  bukanlah
makanan  yang  hanya  mahal  dan  enak,  melainkan  memenuhi  kebutuhan  zat  gizi yang  berimbang  antara  karbohidrat,  protein,  lemak,  vitamin  dan  juga  mineral.
Pengetahuan  gizi  dibutuhkan  dalam  pemilihan  makanan  yang  dikonsumsi,  ini bertujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PNS BAPPEDA  Kabupaten Langkat memiliki pengetahuan dalam kategori sedang yaitu sebesar 58,7. Dapat
dilihat bahwa PNS memiliki pengetahuan gizi seimbang yang cukup. Ini dikaitkan dengan sebagian besar PNS memiliki tingkat pendidikan S1 yaitu sebesar 62,5.
Pendidikan memengaruhi pengetahuan seseorang, ini dikarenakan seseorang yang mengenyam  pendidikan  biasanya  lebih  memahami  dalam  menerima  informasi
mengenai gizi. PNS cukup mengetahui tentang makanan gizi seimbang, sehingga diharapkan  PNS  memiliki  pola  konsumsi  makan  yang  cukup.  Pengetahuan  gizi
yang  cukup  diharapkan  dapat  mengubah  perilaku  makan  yang  kurang  baik sehingga dapat memilih makanan bergizi serta menyusun menu yang beragam dan
seimbang  sesuai  kebutuhan,  juga  akan  mengetahui  akibat  dari  kelebihan  gizi. Pengetahun  gizi  yang  cukup  pada  pegawai  salah  satunya  dapat  dilihat  pegawai
belum mengerti cara menerapkan menu beragam dan seimbang dalam setiap kali makan.  Mereka  berfikir  bahwa  dalam  setiap  kali  makan  tidak  harus
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, khususnya saat makan pagi dan siang. Sikap  merupakan  bentuk  respon  yang  belum  tampak  dalam  tindakan.
Menurut  teori  yang  dipaparkan  oleh  Notoatmodjo  dalam  pembentukan  perilaku,
52
Universitas Sumatera Utara
sikap sangat tergantung pada pengetahuan. Semakin baik pengetahuan maka akan terbentuk  sikap  yang    baik  pula.  Sebaliknya,  semakin  rendah  pengetahuan  akan
terbentuk sikap yang rendah pula. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  setengah  PNS  BAPPEDA
Kabupaten  Langkat  memiliki  sikap  dalam  kategori  sedang  yaitu  sebesar  50,0. Ini berkaitan dengan PNS yang memiliki pengetahuan gizi seimbang yang cukup
juga, artinya pengetahuan membentuk sikap PNS mengenai gizi seimbang. Sikap yang  cukup  diharapkan  dapat  membentuk  tindakan  dalam  mengkonsumsi
makanan yang baik. Tindakan dalam mengkonsumsi makanan yang baik terwujud dari makanan yang dikonsumsi kemudian terbentuknya status gizi yang baik pula.
Sikap  yang  cukup  pada  pegawai  salah  satunya  dapat  dilihat  PNS  masih  belum mengerti  bagaimana  bersikap  dalam  mengkonsumsi  susunan  makanan  yang
beraneka ragam dan bergizi seimbang.
5.2  Konsumsi  Makanan  Berdasarkan  Susunan  Makanan  dan  Frekuensi Makanan pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Susunan makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor. Bagi masyarakat,  biasanya  susunan  makanan  lebih  ditentukan  oleh  sebatas  rasa
kenyang  dan  rasa  gurih  pada  makanan  tersebut.  Di  Indonesia,  pemerintah  telah menerapkan  susunan  makanan  dalam  bentuk  slogan    gizi  yang  telah
disempurnakan dari slogan sebelumnya “Empat Sehat, Lima Sempurna” menjadi “ i i  Simbang  Bangsa  Sehat    Berprestasi”.  Adapun  susunan  makanan  yang
dianjurkan  menurut  slogan  yang  dibentuk  adalah  terdiri  dari  makanan  pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan air putih Departemen Kesehatan RI, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  76,1  PNS  BAPPEDA  Kabupaten memiliki  susunan  makanan  yang  tidak  lengkap.  Adapun  susunan  makanan  yang
tidak lengkap tersebut adalah makanan pokok dan lauk pauk. Tingginya  persentase  PNS  yang  memiliki  susunan  makanan  yang  tidak
lengkap dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa mengkonsumsi makanan cukup dengan  nasi  dan  lauk  pauk    sudah  memenuhi  kebutuhan  gizi  untuk  aktivitas
mereka,  sedangkan  buah  dan  sayur  tergantung  ketersediaan  atau  tidaknya.  Oleh karena itu mereka lebih cenderung mengkonsumsi makanan pokok dan lauk pauk
saja.  Ini  dapat  dilihat  dari  frekuensi  mereka  makan  sayuran  dan  buah-buahan sangat jarang yaitu hanya 1-2 kali dalam sebulan.
Bahan  makanan  pokok  dianggap  paling  penting  dalama  susunan  menu makanan di Indonesia. Bahan makanan pokok dianggap paling penting karena bila
suatu  susunan  menu  makanan  tidak  mengandung  bahan  makanan  pokok,  maka tidak  dianggap  lengkap  dan  sering  orang  yang  mengkonsumsinya  mengatakan
belum makan meskipun perutnya telah kenyang Sediaoetama, 2008. Berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  diketahui  bahwa  konsumsi  makanan
berdasarkan  frekuensi  makan  menurut  bahan  makanan  pokok  yang    dikonsumsi PNS adalah nasi yaitu sebesar 100. dengan kategori selalu yaitu  2-3 kali dalam
sehari.  Sedangkan  untuk  mie  dan  roti  dikonsumsi    sebagai  makanan  selingan maupun  pengganti  nasi  pada  waktu  tertentu  saja  yaitu  tergolong  jarang  atau  1-2
kali  dalam  sebulan. Mie  yang  dikonsumsi  biasanya  diolah  dengan  direbus  dan
digoreng. Sedangkan roti  yang dikonsumsi biasanya dalam bentuk kering seperti biscuit dan crackers serta berbagai jenis kue.
Universitas Sumatera Utara
Pada  umumnya,  lauk  pauk  merupakan  kelompok  bahan  makanan  yang memberikan  sumber  utama  protein  dalam  hidangan.  Protein  terdiri  atas  protein
hewani dan protein nabati. Protein hewani terdiri dari daging ruminansia daging sapi,  daging  kambing,  dsb,  daging  unggas  daging  ayam,  bebek,  dsb,  ikan  dan
seafood.  Sedangkan  protein  nabati  terdiri  dari  tahu,  tempe  dan  lain-lain Departemen  Kesehatan  RI,  2014.  Lauk  berfungsi  untuk  memberi  rasa  nikmat,
sehingga  makanan  pokok  yang  pada  umumnya  mempunyai  rasa  netral  menjadi lebih terasa enak Almatsier, 2003.
Berdasarkan  hasil  penelitian  diketahui  bahwa  lauk  pauk  yang  selalu dikonsumsi PNS dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari adalah lauk pauk berjenis
ikan yaitu sebesar sebesar 95,7. Selain itu, PNS juga selalu mengkonsumi tahu 52,2 dan tempe 50,0 sebagai pelengkap dalam menu makanan. Lauk pauk
yang  dikonsumsi  tidak  bervariasi,  terlihat  dari  jenis  lauk  pauk  yang  dikonsumsi tidak  beragam.  Mereka  jarang  mengkonsumsi  lauk  pauk  lain  seperti  daging  sapi
maupun ayam. Selain itu, ikan yang dikonsumsi biasanya diolah dengan digoreng dan  digulai.  Begitu  pula  dengan  tahu  dan  tempe  yang  biasa  dikonsumsi  diolah
dengan  digoreng.  Berdasarkan  data  tersebut,  diketahui  bahwa  konsumsi  protein responden  mengandung  lemak  yang  tinggi.  Ini  dikarenakan  cara  pengolahan
makanan  dengan  menggunakan  minyak  dan  santan,  sehingga  kandungan  lemak dalam makanan semakin bertambah. Selain kebiasaan konsumsi pangan dari jenis
dan  frekuensi  yang  sering,  kondisi  kantin  dan  rumah  makan  sekitar  kantor  juga menyediakan  jenis  lauk  pauk  yang  sama  dengan  kebiasaan  konsumsi  PNS  di
Universitas Sumatera Utara
rumah. Jika kebiasaan pola konsumsi makanan ini terus terjadi maka, kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan lemak didalam tubuh.
Sayur merupakan berbagai bagian tumbuhan seperti daun, akar, batang dan bunga,  bahkan  buahnya  yang  biasanya  masih  muda  Sediaoetama,  2008.  Sayur
berperan  dalam  melancarkan  proses  menelan  makanan  karena  biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah Almatsier, 2003
Sebagian  besar  frekuensi  rata-rata  konsumsi  sayuran  pada  PNS  tergolong jarang yaitu sebanyak 59,6. Jenis sayuran yang sangat jarang dikonsumsi adalah
sayuran buncis sebanyak 69,6, begitu pula dengan sayuran lain seperti sayuran kangkung  sebanyak  60,9  dan  sayuran  daun  ubi  sebanyak  60,9  dengan
frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan, sebagian PNS menganggap sayuran  bukan  kebutuhan  makanan  yang  wajib  dipenuhi,  selain  itu  sebagian
responden  lain  mengkonsumsi  sayuran,  jika  hanya  tersedia  saja.  Padahal seharusnya,  mengkonsumsi  sayuran  sangat  dianjurkan  dalam  setiap  kali  makan.
Ini  dikarenakan  sayuran  mengandung  serat  yang  tinggi,  sehingga  sangat  baik untuk orang yang mengalami berat badan berlebih.
Sebagian  besar  frekuensi  rata-rata  konsumsi  buah-buahan  PNS  tergolong jarang  yaitu  sebanyak  69,0.  Jenis  buah-buahan  yang  sangat  jarang  dikonsumsi
adalah buah nenas 78,3, begitu pula dengan buah-buahan lain seperti buah jeruk sebanyak  73,9,  buah  pisang  sebanyak  65,2  dan  pepaya  sebanyak  58,7
dengan frekuensi 1-2 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan, sebagian PNS menganggap buah-buahan tidak harus
dikonsumsi setiap kali makan. Selain  itu mereka hanya  mengkonsumsi buah jika
Universitas Sumatera Utara
tersedia  saja.  Kebiasaan  mengkonsumsi  buah-buahan  dianjurkan  bagi  yang mengalami  kegemukan  atau  obesitas  agar  lebih  sering  mengkonsumsinya.  Ini
dikarenakan buah-buahan mempunyai efek yang mengenyangkan dan tinggi akan vitamin, mineral dan serat.
Berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  diketahui  bahwa  sebagian  besar  PNS selalu mengkonsumsi jenis makanan lain seperti gorengan  yaitu sebanyak 60,9
dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari. Pada jam senggang diantara makan pagi ke  makan  siang,  PNS  mengkonsumsi  gorengan  2-3  potong  dalam  sehari.  Selain
itu, setiap kali makan terkadang PNS menambahkan gorengan ke dalam hidangan makanannya.  PNS  juga  selalu  mengkonsumsi  jenis  minuman  lain  seperti  teh
manis sebanyak 67,4. Sebagian besar pegawai mengkonsumsi teh manis 2-3 kali dalam  sehari.  Mengkonsumsi  lemak  dan  gula  sebaiknya  dibatasi,  karena  dapat
menyebabkan gizi lebih. Berdasarkan Pesan Gizi Seimbang PGS konsumsi gula sebaiknya 4-5 sendok makan perhari dan lemak tidak lebih dari 5 sendok makan
perhari.  Hal  ini  berbeda  dengan  konsumsi  gula  pada  pegawai,  dimana  mereka selalu  mengonsumsi  gula  3-4  sendok  makan  setiap  kali  minum  dan    sebagian
besar  PNS  mengonsumsinya  2-3  kali  dalam  sehari.  Selain  itu,  PNS  selalu mengkonsumsi  gorengan  yang  tinggi  akan  lemak  jenuh  2-3  potong  dalam  sehari
dan  sebagian  besar  pegawai  mengkonsumsinya  2-3  kali  dalan  sehari.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  konsumsi  gorengan  dan  minuman  yang  mengandung  gula
pada  PNS  sangat  tinggi  bila  dibandingkan  dengan  yang  dianjurkan  dalam Pedoman Gizi Seimbang PGS.
5.3  Konsumsi  Makanan  Berdasarkan  Kuantitas  Karbohidrat,  Protein  dan Lemak pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
Karbohidrat  merupakan  sumber  energi  utama  bagi  manusia.  Bahan makanan  pokok  biasanya  merupakan  sumber  utama  karbohidrat,  karena  selain
tinggi kadar amylumnya, juga dapat dimakan dalam jumlah besar oleh seseorang tanpa  menimbulkan  keluhan.  Bahan  makanan  pokok  di  Indonesia  dapat  berupa
beras  serelia,  akar    dan  umbi,  serta  ekstrak  tepung  seperti  sagu  Sediaoetama, 2008.
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  dengan  menggunakan formulir  food  recall  24  jam,  dapat  diketahui  bahwa  jumlah  asupan  karbohidrat
pada  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  yang  terbanyak  berada  pada  kategori lebih    yaitu  sebanyak  sebanyak  58,7.  Ini  dikarenakan  pegawai  mengkonsumsi
nasi  sebanyak  250-400  gram  setiap  kali  makan,  selain  itu  mereka  juga  sering megkonsumsi  gorengan  dan  teh  manis  dalam  jumlah  yang  banyak.  Akibatnya
karbohidrat yang dikonsumsi lebih dari yang seharusnya. Konsumsi  karbohidrat  yang  berlebih  setiap  hari,  dapat  mengakibatkan
kenaikan  berat  badan.  Ini  dikarenakan  kelebihan  karbohidrat  dapat  disimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh. Lemak yang tersimpan ini selanjutnya dapat
menyebabkan  berat  badan  menjadi  naik.  Jika  keadaan  ini  berlanjut  dapat mengakibatkan  gizi  lebih.  Gizi  lebih  merupakan  salah  satu  faktor  resiko  yang
dapat  memicu  terjadinya  penyakit  degeneratif,  seperti  jantung  koroner,  diabetes mellitus, dan sebagainya.
Berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  dilihat  bahwa  tingkat  asupan  protein pada  PNS  BAPPEDA  Kabupaten    Langkat  berada  pada  kategori  lebih  yaitu
sebesar 56,5. Ini dikarenakan pegawai sering mengkonsumsi lauk pauk berjenis
Universitas Sumatera Utara
ikan  dengan  2-3  kali  dalam  sehari,  selain  itu  mereka  juga  sering  mengkonsumsi gorengan  tahu  dan  tempe  untuk  makanan  selingan  maupun  pelengkap  makanan
utama.  Protein  secara  berlebihan  tidak  menguntungkan  tubuh.  Makanan  tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan gizi lebih Almatsier,
2003. Lemak merupakan salah satu zat gizi penghasil utama energi. Kekurangan
konsumsi  lemak  akan  mengurangi  konsumsi  kalori.  Tetapi  hal  ini  tidak  begitu penting, karena kalori dapat pula dipenuhi oleh zat-zat gizi lain yaitu karbohidrat
dan lemak. Lemak di dalam hidangan makanan memberikan kecenderungan yang meningkatkan  kadar  kolesterol  darah,  terutama  lemak  hewani  yang  mengandung
asam lemak jenuh rantai panjang Sediaoetama, 2008. Berdasarkan  hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  tingkat  asupan  lemak
pada  PNS  BAPPEDA  Kabupaten  Langkat  tergolong  dalam  kategori  lebih  yaitu sebesar  50,0.  Ini  dikarenakan  pengolahan  makanan  yang  dikonsumsi  pegawai
sebagian  besar  adalah  digoreng  dan  digulai.  Selain  itu  pegawai  juga  sering mengkonsumsi gorengan dalam jumlah banyak.
Kelebihan  mengkonsumsi  lemak  serta  rendahnya  aktivitas  fisik  yang dilakukan,  dapat  menyebabkan  penumpukan  lemak  di  dalam  tubuh.  Ini
dikarenakan  tubuh  hanya  bisa  membakar  kalori  dalam  jumlah  terbatas  per  hari, tergantung  dari  jumlah  energi  yang  dibutuhkan  Jika  kalori  yang  dikonsumsi
berlebih  dari  kebutuhan,  maka akan  disimpan  sebagai  lemak  tubuh.  Lemak  yang tersimpan inilah yang dapat menyebabkan gizi lebih.
5.4 Status Gizi pada PNS BAPPEDA Kabupaten Langkat Tahun 2015