Penilaian Status Gizi Dewasa

Lanjutan Tabel 2.1 Jenis Zat Gizi Kelompok Umur Pria Wanita 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun Mineral - Kalsium mg - Zat besi mg 1100 35 1000 35 1000 30 1100 26 1000 26 1000 12 Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2013

2.7 Penilaian Status Gizi Dewasa

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim “penilai” Arisman, 2010. Penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi orang dewasa pada prinsipnya adalah berdasarkan pengukuran fisik atau antropometri, yaitu menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT. Pengukuran Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh Supariasa dkk, 2001. Universitas Sumatera Utara IMT = Berat Badan kg Tinggi Badan m 2 IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Intepretasi nilai IMT untuk Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori IMT Kurus 17,0 Normal 18,5-25,0 Overweight 25,0 – 27,0 Obesitas 27,0 Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 2014 Pengukuran survei konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Metode yang digunakan dalam mengukur konsumsi makanan dibagi atas dua metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitif Supariasa dkk, 2001. Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan food habits serta cara-cara memperoleh bahan makanan. tersebut. Salah satunya adalah frekuensi makan food frequency. Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap hari, minggu, bulan, tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi Universitas Sumatera Utara yang cukup sering oleh responden. Sedangkan metode kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi. Salah satunya adalah Recall 24 jam. Penggunaan recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu Supariasa dkk, 2001.

2.8 Kerangka Konsep