37
kuat dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni netral Barus, 1996.
3. Warna
Secara estetika warna dalam air minum dapat mengganggu. Penyebab air berwarna ini biasanya disebabkan oleh kandungan zat organik sehingga
membuat air menjadi berwarna. Selain itu kemungkinan zat organik atau kekeruhan penyebab air berwarna dapat berupa senyawa yang dapat
membahayakan kesehatan para pemakainya. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada
air rawa berwarna kuning, air buangan dari pabrik, selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain .
4. Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU Nephelo
Metrix Turbidity Unit atau JTU Jackson Turbidity Unit atau FTU Formazin Turbidity Unit, kekeruhan ini disebabkan oleh adanya
benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu
sendiri Barus, 1996. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh
menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
5. Rasa dan Bau
Air minum biasanya tidak memberi rasatawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Rasa logamamis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa tersebut Sastrawijaya,
2000.
6. Padatan Terlarut Total TDS
TDS mempengaruhi ketransparanan dan warna air. Padatan terlarut total mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam suatu contoh air.
Universitas Sumatera Utara
38
Penentuan padatan terlarut dapat cepat menetukan kualitas air, caranya dengan mengukur derajat konduktifitas air Sastrawijaya, 2000.
7. Logam
Beberapa jenis logam yang biasanya terdapat didalam air antara lain Al, Fe, Mn, Zn, dan Cu. Untuk Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492MENKESPERIV2010 menetapkan kadar zat besi di dalam air minum yang diperbolehkan
maksimum 0,3 mgl, sedangkan Aluminium 0,2 mgl, Mangan 0,4 mgl, Seng 3 mgl dan Tembaga 2 mgl. Zat besi di dalam air minum pada
tingkat konsentrasi mgl tidak memberikan pengaruh yang buruk pada kesehatan, tetapi dalam kadar yang besar dapat meneyebabkan air menjadi
coklat kemerahan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu didalam proses pengolahan air minum, garam besi valensi dua ferro yang larut di dalam
air perlu dirubah menjadi garam besi valensi tiga ferri yang tidak larut di dalam air sehingga mudah dipisahkan Tatsunami,1971. Air yang
mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi, dan bila Zink dalam kadar yang besar didalam air
akan menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena
kekurangan Seng dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
8. Persyaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli,
Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti : Actinomycetes,
Phytoplankton colifprom, Cladocera dan lain-lain. Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit patogen
sama sekali tidak boleh mengandung bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditetukan yaitu 1 coloni100 ml air. Bakteri
Universitas Sumatera Utara
39
golongan coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Air yang mengandung golongan coli dengan kadar yang melebihi batas yang telah ditentukan,
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologi, tidak langsung diperiksa apakah air itu
mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan coli Sutrisno,2006.
2.7 Proses Pengolahan Air Sungai
Teknologi-teknologi untuk mengolah air sungai menjadi air bersih diantaranya adalah yang berteknologi canggih dan berbiaya mahal Reverse
Osmosis, penukaran ion, sterilisasi ozon dan lainnya sampai dengan teknologi sederhana serta berbiaya murah tanpa bahan kimia diantaranya : metode
tradisionil dengan menggunakan lapisan ijuk, pasir dan batu kerikil, metode elektrokoagulasielektrolisa, dan karbon aktif.
2.7.1 Metode Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air secara elektrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam biasanya
alumunium atau besi ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas Hidrogen Holt et al., 2004. Menurut Mollah
2004, elektrokoagulasi adalah proses kompleks yang melibatkan fenomena kimia dan fisika dengan menggunakan elektroda untuk menghasilkan ion yang
digunakan untuk mengolah air limbah. Sedangkan elektrokoagulasi menurut Ni’am 2007, adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel
halus dalam air menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat dua penghantar arus listrik
searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan elektrolit.
Mekanime Dalam Elektrokoagulasi
Reaktor elektrokimia merupakan sebuah sel elektrokimia dimana kutub anoda yang berupa logam biasanya alumunium atau terkadang besi dimana ion
Universitas Sumatera Utara
40
logam yang terlepas berfungsi sebagai agen koagulan. Dan secara simultan terjadi gelembung gas hidrogen di kutub katoda.
Elektrokoagulasi mempunyai kemampuan untuk mengolah berbagai macam polutan termasuk padatan tersuspensi, logam berat, tinta, bahan organik,
minyak dan lemak, ion dan radionuklida. Karakteristik fisika kimia dari polutan mempengaruhi mekanisme pengolahan misalnya polutan berbentuk ion akan
diturunkan melalui proses presipitasi sedangkan padatan tersuspensi yang bermuatan akan diabsorbsi ke koagulan yang bermuatan. Kemampuan
elektrokoagulasi untuk mengolah berbagai macam polutan menarik minat industri untuk menggunakannya.
Gambar 2.1 memperlihatkan proses elektrokoagulasi yang sangat kompleks. Dimana koagulan dan produk hidrolisis saling berinteraksi dengan
polutan atau dengan ion yang lain atau dengan gas hidrogen.
Gambar 2.1 Mekanisme dalam elektrokoagulasi Holt, 2006
Menurut Mollah 2004 mekanisme penyisihan yang umum terjadi di dalam elektrokoagulasi terbagi dalam tiga faktor utama yaitu : a terbentuknya
koagulan akibat proses oksidasi elektrolisis pada elektroda, b destabilisasi kontaminan, partikel tersuspensi, dan pemecahan emulsi, dan c agregatisasi dari
hasil destabilisasi untuk membentuk flok. Sedangkan proses destabilisasi kontaminan, partikel tersuspensi, dan
pemecahan emulsi terjadi dalam tahapan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
41
Kompresi dari lapisan ganda double layer difusi yang terjadi di sekelilingspesies bermuatan yang disebabkan interaksi dengan ion yang
terbentuk darioksidasi di elektroda. Netralisasi ion kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan
ionberlawananyang dihasilkan dari elektroda. Dengan adanya ion tersebut menyebabkanberkurangnya gaya tolak menolak antar partikel dalam air
limbah gaya Vander Waals sehingga proses koagulasi bisa berlangsung. Terbentuknya flok, dimana flok ini terbentuk akibat proses koagulasi
sehinggaterbentuk sludge blanket yang mampu menjebak dan
menjembatani partikelkoloid yang masih ada di air limbah. Proses elektrokoagulasi memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
mengolah air Holt, 2006. a.
Kelebihan Elektrokoagulasi Elektrokoagulasi dalam pengolahan limbah sudah dilakukan sejak ratusan
tahun yang lalu, tetapi nanti abad 20 ini telah ditemukan berbagai pengembangan teknologi tentang elektrokoagulasi, berikut ini kelebihan dari elektrokoagulasi :
1. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk
dioperasikan. 2.
Flok yang dihasilkan elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang dihasilkan koagulasi biasa. Perbedaannya adalah flok yang dihasilkan dari
elektrokoagulasi lebih besar dengan kandungan air yang sedikit, lebih stabil dan mudah dipisahkan secara cepat dengan filtrasi.
3. Keuntungan dari elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi kandungan
koloidpartikel yang paling kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik ke dalam air akan mempercepat pergerakan mereka didalam air dengan
demikian akan memudahkan proses. 4.
Lumpur yang dihasilkan dari proses elektrokoagulasi relatif stabil dan mudah dipisahkan karena terutama berasal dari oksida logam. Selain itu
jumlah lumpur yang dihasilkan sedikit.
Universitas Sumatera Utara
42
5. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini
dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan.
6. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai
kondisi, dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur. 7.
Tidak diperlukan pengaturan pH. 8.
Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.
b. Kelemahan Elektrokoagulasi
Ada beberapa kekurangan elektrokoagulasi ini, berikut ini kekurangan dari proses elektrokoagulasi :
Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda.
1. Besarnya reduksi logam berat dalam air dipengaruhi oleh besar kecilnya
arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar elektroda.
2. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.
3. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu
diganti.
2.7.2 Proses Khlorosi
Teknik khlorosi ini dipakai untuk mematikan kuman yang ada didalam air yaitu dengan cara memasukan pasir halus ke dalam wadah setinggi 10-15 cm
dengan tujuan menahan lumpur pada dasar wadah. Setelah air sumur naik setinggi semula misalnya 3 meter dari dasar wadah pemberian khlor sebanyak 3 sendok
makan. Keesokan harinya diberi tawas, tujuan pemberian tawas agar kuman lumpur koloidal akan mengendap kedasar sumur Gabriel, 2001.
2.7.2 Ozonisasi
Air yang mengendap ozon ozonisasi, kuman-kuman yang terkandung didalamnya akan mati. Cara ozonasi yaitu : air mengalir dan melalui sutau
penekanan, ozon O
3
akan larut dalam air :
Universitas Sumatera Utara
43
H
2
O + O
3
H
2
O + O
2
+ O. Cara pembuatan ozon yaitu alat Rumkorff dialiri listrik 220 volt, akan timbul
loncatan potensial sebesar 3000-6000 volt. Dengan pemberian O
2
, oksigen ini akan berubah menjadi ozon. Sifat air setelah ozonisasi yaitu akan member rasa
sejuk dan rasanya enak serta agak sedikit pahit. Hal ini terjadi oleh karena ada tambahan O
2
, sama halnya air diberi aerosol akan terasa sejuk dan enak Gabriel, 2001.
2.7.3 Proses Filtrasi
Filtrasi merupakan pemisahan koloid atau partikel padat dari fluida dengan menggunakan media penyaringan atau saringan. Air yang mengandung
suatu padatan atau koloid dilewatkan pada media saring dengan ukuran pori-pori yang lebih kecil dari ukuran suatu padatan tersebut. Hal yang paling utama dalam
filtrasi adalah mengalirkan fluida melalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya gaya dorong, misalnya ; gravitasi, tekanan dan gaya sentrifugal
Gabriel, 2001.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan pengaktivasian pemanasan material yang digunakan yaitu arang tempurung
kelapa, ziolit dan pasir kuarsa untuk meningkatkan daya adsorpsinya dilakukan uji untuk setiap suhu aktivasi untuk memperoleh daya serap, kadar air dan porositas
yang optimum dari masing-masing material. Kemudian digabungan menjadi filter Tahap kedua adalah pengaplikasian gabungan filter yang mempunyai
daya serap, kadar air dan porositas optimum hasil pengujian tahap I untuk penjernihan air sungai Tamiang.
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2013 – April 2013.
Lokasi penelitian dilakukan dibeberapa tempat yaitu : 1.
Pengaktivasian suhu material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa di Laboratorium Kimia Dasar, FMIPA USU.
2. Eksperimen penjernihan air di Laboratorium Fisika LIDA USU .
3. Pengujian Sampel Air sebelum dan sesudah diolah di Laboratorium
Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan. 4.
Pengujian struktur mikro di Laboratorium Fisika Material Unimed.
3.2 ALAT dan BAHAN 3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pengaktivasian
1. Furnance
Fungsi : untuk karbonisasi
Universitas Sumatera Utara
45
2. Neraca Elektrik Fungsi : untuk menimbang massa material yang digunakan.
3. Oven
Fungsi : untuk mengeringkan sampel 4.
Cawan Porselen Fungsi : sebagai wadah sampel uji pada saat pembakaran dan
pengeringan 5.
Ayakan 60 mesh 6.
Ayakan 30 mesh
Peralatan yang digunakan dalam proses penjernihan air
1. Power Supplay Adaptor Simetri 0 – 12 Volt
Fungsi : sebagai sumber tegangan DC 2.
Kabel Penghubung dan penjepit buaya Fungsi : untuk menghubungkan peralatan
3. Bak sampel 38,5 cm x 24,5 cm x 22,5 cm
Fungsi : Sebagai wadah air yang akan diolah 4.
Stopwatch Fungsi : untuk menghitung waktu yang digunakan
5. Penyangga Elektroda
Fungsi : sebagai tempat untuk meletakkan atau menggantungkan elektroda
6. Tabung Plastik
Fungsi : sebagai tempat filter 7.
Scanning Elektron Microscope SEM EVO MA 10 Fungsi : untuk melihat mikrostruktur arang tempurung kelapa, zeolit
dan pasir kuarsa
3.2.2 Bahan Bahan dalam proses aktivasi
1. Material arang dari tempurung kelapa
2. Material Zeolit
Universitas Sumatera Utara
46
3. Material Pasir kuarsa
4. Aquadest
Bahan dalam proses penjernihan air
1. Elektroda Aluminium
Jumlah 8 4 anoda 4 Katoda Tebal 1 mm
Ukuran Plat 25 x 18,5 cm Jarak antara plat 1,5 cm
2. Sampel air Sungai Tamiang
3. Kertas saring kasar
3.3 Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di lima titik daerah sepanjang aliran sungai Tamiang yaitu :
1. Didaerah Kampung Kebun sungai Liput kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang pada 4
o
11,156
’
LU dan 98 2,275
’
BT. 2.
Daerah Kampung Pekan Sungai Liput Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang pada 4
o
13,636
’
LU dan 98
o
3,391’ BT. 3.
Didaerah Kampung Simpang Kanan kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang pada 4
o
14,08
’
LU dan 98 3,167
’
BT. 4.
Didaerah Kampung Kota Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang pada 4
o
16,773
’
LU dan 98 4,173
’
BT. 5.
Tempat Bak penampungan air baku PDAM Tirta Peusada didaerah Kampung Kesehatan Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang pada 4
o
16,934
’
LU dan 98 3,178
’
BT.
Universitas Sumatera Utara
47
3.4. Diagram Alir 3.4.1 Diagram Alir Untuk Pengaktivasian Material Filter Tahap I
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahap 1
Pengadaan Bahan Material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
Aktivasi Material mulai
Arang Tempurung Kelapa 600
– 1000
o
C selama 60 menit Pengujian material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir
kuarsa terhadap daya serap, kadar air dan porositas
Pengujian Material setelah diativasi, pengujian daya serap, kadar air , porositas dan SEM
Selesai Hasil Pengujian Daya Serap, Kadar Air, Porositas dan SEM
Zeolit 600
– 1000
o
C selama 60 menit Pasir Kuarsa
600 – 1000
o
C selama 60 menit
Suhu optimum material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
Material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang memiliki suhu optimum digabungan untuk dijadikan filter
Susunan arang tempurung kelapa,zeolit
dan pasir kuarsa Susunan zeolit, arang
tempurung kelapa dan pasir kuarsa
Susunan pasir kuarsa, zeolit dan arang
tempurung kelapa Campuran arang
tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
Pengujian daya serap, kadar air dan porositas diperoleh gabungan filter yang optimum
Pengadaan Bahan Material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
Aktivasi Material mulai
Arang Tempurung Kelapa 600
– 1000
o
C selama 60 menit Pengujian material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir
kuarsa terhadap daya serap, kadar air dan porositas
Universitas Sumatera Utara
48
3.4.2. Diagram alir proses penjernihan air Tahap II
Berikut adalah diagram alir untuk proses penjernihan air
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian Tahap 2
Aplikasi gabungan filter optimum hasil tahap I pada proses penjernihan air
Tanpa proses EC hanya menggunakan
filter
mulai
PENGUJIAN PARAMETER AIR
Kekeruhan, Warna, Rasa bau, Endapan, Temperatur, Kadar Ph, Kandungan
logam Al, Fe dan bakteri E. Coli dan Coliform
Selesai
AIR BERSIH HASIL PENGOLAHAN
Sesuai dengan Kepmenkes RI N0. 492MENKESPERIV2010
Kepmenkes RI No. 416MENKESPERIX1990 Dengan proses EC
kemudian di filter PENGUJIAN PARAMETER AIR SEBELUM DIPROSES
Kekeruhan, Warna, Rasa bau, Endapan, Temperatur, Kadar Ph, Kandungan
logam Al, Fe dan bakteri E. Coli dan Coliform
Universitas Sumatera Utara
49
3.5 Susunan Filter Gabungan
Pada penelitian ini digabungan filter dengan mengkombinasikan material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang mempunyai daya serap,
kadar air dan porositas optimum yang terdiri dari : a.
Filter dengan pencampuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa menjadi satu. kode : F
1
b. Filter dengan susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
kode : F
2
c. Filter dengan susunan zeolit, arang tempurung kelapa dan pasir kuarsa
kode : F
3
d. Filter dengan susunan pasir kuarsa, zeolit dan arang tempurung kelapa
kode : F
4
3.6 Prosedur Penelitian
A. Pengaktivasian arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
1. Sebelum diaktivasi material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir
kuarsa dilakukan pengujian terhadap daya serap, kadar air dan porositas.
2. Untuk aktivasi dilakukan secara fisika untuk masing-masing material
yaitu arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa secara terpisah dengan pemanasan pada variasi suhu 600
o
C, 700
o
C, 800
o
C, 900
o
C dan 1000
o
C dengan waktu penahan 60 menit. 3.
Selanjutnya material yang telah diaktivasi dibersihkan dari abu dengan dicuci menggunakan air aquadest dan dikeringkan.
4. Kemudian dilakukan pengujian untuk material arang tempurung
kelapa, zeolit dan pasir kuarsa terhadap daya serapnya, kadar air porositas dan pengamtan struktur mikro dengan SEM
5. Diperoleh suhu aktivasi optimum untuk arang tempurung kelapa,
zeolit dan pasir kuarsa. 6.
Arang tempurung kelapa , zeolit dan pasir kuarsa yang memiliki suhu optimum dijadikan filter gabungan.
Universitas Sumatera Utara
50
B. Proses Pengolahan Air dengan menggunakan metode EC dan di filter 1.
Pemeriksaan parameter-parameter sampel air sungai Tamiang, yaitu : temperature, TDS, kekeruhan, warna, bau, pH, besi, aluminium, E. Coli
dan Coliform sebelum di olah. 2.
Pengaturan alat yang akan digunakan 3.
Pengaturan jumlah dan jarak elektroda plat Aluminium yang diletakkan dalam bak elektrokoagulasi.
4. Memasukkan air sungai Tamiang kedalam bak sampel elektrokoagulasi
volume 15 liter . 5.
Sumber arus searah power supply dihidupkan dengan mengaktifkan saklar pada tegangan 1 volt. Proses elekrokoagulasi berlangsung selama 15
menit, setelah jernih dialirkan ke bak penampungan. 6.
Setelah didiamkan 15 menit, air yang sudah jernih dialirkan ke dalam botol filtrasi yang digabungan .
7. Setelah di filtrasi kemudian dialirkan ke dalam bak air bersih dan
didiamkan selama 15 menit. 8.
Proses selesai, kemudian dilakukan pemeriksaan parameter-parameter air bersih sesudah proses yaitu temperature, TDS, kekeruhan, warna, bau, rasa,
pH, logam Fe, logam Al, bakteri E. Coli dan Colifrom. C. Proses Pengolahan Air Tanpa Metode EC Langsung di Filter
1. Pemeriksaan parameter-parameter sampel air sungai Tamiang, yaitu :
temperature, TDS, kekeruhan, warna, bau, pH, besi, aluminium, E. Coli dan Coliform sebelum di olah.
2. Sampel air sungai Tamiang di masukkan kedalam bak sampel.
3. Kemudian langsung difilter dengan filter yang telah digabungan .
4. Setelah di filtrasi kemudian dialirkan ke dalam bak air bersih untuk
masing-masing filter dan didiamkan selama 15 menit. 5.
Proses selesai, kemudian dilakukan pemeriksaan parameter-parameter air bersih sesudah proses yaitu temperature, TDS, kekeruhan, warna, bau, rasa,
pH, logam Fe, logam Al, bakteri E. Coli dan Colifrom.
Universitas Sumatera Utara
51
3.7 Skema Pengolahan Air Sungai.
Berikut ini adalah skema penjernihan air sumur dengan menggunakan filter optimum seperti terlihat pada Gambar 3.3 dan skema penjernihan air sumur
dengan metode elektrokoagulasi dan difilter menggunakan filter optimum pada Gambar 3.4
Air Hasil Proses Filtrasi
Sekat Zeolit
Pasir Karbon
Air Sampel Untuk Proses Filtrasi
Proses filtrasi dengan karbon filter optimum +
zeolit + Pasir yang diberi sekat
Sekat
Gambar 3.3 Proses penjernihan air dengan filter optimum
_ _ _ _ _ _ _ _
1,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
Bak Elektrokoagulasi
Bak Pengontrol Air
PSA 12 V
Air Hasil Proses Filtrasi dan elektrokoagulasi
Sekat
Pasir Zeolit
Karbon
AIR
Proses filtrasi dengan karbon filter optimum +
zeolit + Pasir yang diberi sekat
Gambar 3.4 Proses penjernihan air dengan metode elektrokoagulasi dan difilter dengan filter optimum
Universitas Sumatera Utara
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan yang dibahas pada penelitian ini adalah pembuatan modifikasi gabungan filter dari arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
optimum hasil dari pengujian aktivasi fisika, pengolahan air dengan proses elektrokoagulasi dengan menggunakan plat aluminium Al yang kemudian di
filter dan pengolahan air dengan filter arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang dimodifikasi
4.1. Proses Pengaktivasian arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa.
Proses aktivasi dilakukan bertujuan untuk menghilangkan volatile dan tar yang tersisa sehingga arang tempurung kelapa, zeolit, dan pasir kuarsa benar-
benar bebas dan luas permukaannya pun semakin besar. Aktivasi yang dilakukan secara fisika dengan cara dipanaskan dengan furnance yang tertutup rapat tanpa
dipengaruhi udara dari luar furnance. Proses aktivasi ini dilakukan untuk melihat peningkatan daya serap, kadar
air dan porositas pada material yang digunakan untuk filter dalam percobaan ini. Dilakukan pengamatan struktur mikro dengan menggunakan SEM.
4.1.1. Daya Serap Air
Daya serap ini merupakan persentase massa air yang mampu diserap karbon aktif didalam air. Pengujian daya serap ini telah dilakukan terhadap semua
jenis variasi sampel yang ada. Pengujian daya serap ini mengacu pada ASTM C- 20-00-2005. Pengujian daya serap air Water absorbtion dilakukan pada
masing-masing sampel pengeringan. Lama perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar. Daya serap ini dihitung berdasarkan persamaan 2.1.
Universitas Sumatera Utara
53
4.1.1.1 Daya Serap Air Arang Tempurung Kelapa
Daya serap air karbon aktif tempurung kelapa, sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.1 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu
diperlihatkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Data hasil pengujian daya serap air tanpa aktivasi Material
Daya serap
Arang tempurung kelapa 31,8
Tabel 4.2 Data hasil pengujian daya serap setelah diaktivasi N
o Su
hu
o
C Da
ya Ser
ap
1 2
3 4
5
60
70
80
90
10 00
42, 8
55, 6
62, 1
75, 4
---
Data hasil pengujian pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.1
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 4.1 Grafik Daya Serap Air Arang Tempurung Kelapa
Penetapan daya serap air bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari material diatas untuk menyerap bakteri dan logam yang terkandung didalam air
sungai . Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 terlihat bahwa ada kenaikan daya serap sebelum diaktivasi nilainya 31,8 dan sesudah diaktivasi hasil pengujian daya
serap arang tempurung kelapa nilai maksimalnya adalah 75,4 pada suhu 900 C
sedangkan nilai daya serap minimalnya adalah 42,8 pada suhu 600 C, pada
suhu 1000 C tidak bisa dihitung daya serapnya karena arang tempurung kelapa
tersebut menjadi abu pada suhu tersebut. Nilai daya serap pada pengaktivasian suhu mengalami kenaikan seiring dengan semakin meningkatnya suhu. Ini dapat
dilihat dari hasil daya serap pada suhu 700 C nilai daya serapnya 55,6, pada
suhu 800 C juga mengalami kenaikan nilai daya serap dimana nilai daya
serapnya 62,1. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat semakin banyaknya pengotor yang terlepas dari permukaan karbon aktif. Seiring dengan peningkatan
31.8 42.8
55.6 62.1
74.8
10 20
30 40
50 60
70 80
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase Daya
S er
ap Air
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
55
suhu, pengotor-pengotor yang mulanya terdapat pada bagian pori dan menutupi pori, ikut terlepas atau teruapkan sehingga memperluas permukaan karbon aktif.
Semakin besar luas permukaan karbon aktif maka semakin besar kemampuan absorpsi arang tempurung kelapa.
4.1.1.2 Daya Serap Zeolit
Daya serap air zeolit, sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.3 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Data hasil pengujian daya serap air tanpa aktivasi Material
Daya serap
Zeolit 16,8
Tabel 4.4 Data hasil pengujian daya serap setelah diaktivasi N
o Su
hu
o
C Da
ya Ser
ap
1 2
3 4
5
60
70
80
90
10 30,
2 45,
8 65,
8 33,
6 26,
Universitas Sumatera Utara
56
00 8
Data hasil pengujian pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Daya Serap Air Zeolit
Meningkatnya daya serap air oleh zeolit seiring dengan kenaikan suhu pemanasan pada saat aktivasi fisika, pada zeolit juga terjadi nilai kenaikan daya
serap sesudah diaktivasi, dari kelima suhu yang digunakan terlihat jelas bahwa pada suhu 800
C zeolit memiliki kemampuan absorbsi terbesar yaitu 65,8 dibandingkan dengan suhu lainnya yaitu suhu 600
C, 700 C, 900
C dan 1000 C.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pada suhu 800 C,
semakin banyak air bebas didalam kristal zeolit yang teruapkan, sehingga membuat struktur pori zeolit menjadi sangat terbuka dan memiliki luas internal
yang mampu mengadsorpsi sejumlah besar substansi seperti air.
16.8 30.2
45.8 65.8
33.6 26.4
10 20
30 40
50 60
70
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase Daya
S er
ap Air
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
57
Bila dilihat dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa daya serap zeolit tanpa aktivasi sangat kecil yaitu sebesar 16,8 , hal ini tersebut disebabkan
karena rongga-rongga kristal di dalam zeolit sebagian sudah berisi air, yang membuat keadaan zeolit mendekati keadaan jenuh akan air sehingga kemampuan
zeolit itu sendiri untuk menyerap air dari lingkungannya jelas akan sangat kecil bila dibandingkan dengan zeolit yang sebagian besar air yang berada di dalam
rongga tersebut di keluarkan. Namun pada suhu aktivasi 900
C dan 1000 C kemampuan daya serap air
menurun yaitu dari 65,8 pada suhu 800 C menjadi 33,6 dan menurun lagi
pada suhu aktivasi 1000 C menjadi 33,6 , hal ini disebabkan pada zeolit
memiliki temperatur maksimal pada saat aktivasi fisika. Untuk tipe zeolit yang paling rendah dan biasanya zeolit alam, rata-rata memiliki temperatur maksimal
600 C. Pada penelitian ini zeolit yang digunakan adalah zeolit yang dijual
dipasaran yang memiliki temperatur maksimal 800 C, bila dipanaskan lebih dari
temperatur maksimal maka akan merusak struktur zeolit itu sendiri. Dengan rusaknya struktur di dalam kristal zeolit akan mengakibatkan berkurangnya ruang-
ruang hampa udara di dalam zeolit dan akhirnya akan mengurangi daya adsorpsi zeolit tersebut.
4.1.1.3 Daya Serap Pasir Kuarsa
Daya serap air pasir kuarsa sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.5 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.5 Data hasil pengujian daya serap air tanpa aktivasi Material
Daya serap
Pasir Kuarsa 12,7
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.6 Data hasil pengujian daya serap setelah diaktivasi N
o Su
hu
o
C Da
ya Ser
ap
1 2
3 4
5
60
70
80
90
10 00
13, 1
18, 1
24,
27, 2
45, 5
Data hasil pengujian pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.3
Universitas Sumatera Utara
59
Gambar 4.3 Grafik Daya Serap Air Pasir kuarsa
Pada pasir kuarsa juga terjadi nilai kenaikan daya serap sebelum diaktivasi dan sesudah diaktivasi, sebelum diaktivasi nilai daya serapnya sebesar
12,7, setelah diaktivasi pada suhu 600 C sebesar 13.1 , hal ini juga
disebabkan karena pada saat terjadi pemanasan rongga-rongga kristal dalam pasir kuarsa yang sebagian besar diisi oleh air yang membuat keadaan pasir kuarsa
mendekati keadaan jenuh menjadi terbuka, sehingga kemampuan pasir kuarsa sendiri untuk menyerap air dari lingkungannya bertambah bila dibandingkan
dengan yang sebelum diaktivasi. Gambar 4.3 diatas dilihat dari grafik bahwa nilai daya serap maksimal
pasir kuarsa adalah 45.5 pada suhu 1000 C karena semakin banyak air bebas
didalam pasir kuarsa yang teruapkan, sehingga membuat struktur pori pasir kuarsa menjadi sangat terbuka sehingga mampu mengadsorpsi dalam jumlah besar. Pada
penelitian ini terlihat bahwa semakin naiknya suhu aktivasi maka pori-pori pada permukaan pasir kuarsa semakin besar.
4.1.2 Kadar Air Menguap
12.7 13.1
18.1 24
27.2 45.5
10 20
30 40
50
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase Daya
S er
ap Air
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
60
Salah satu sifat dari adsorben yang mempengaruhi kualitasnya yaitu kadar air. Tujuan penetapan kadar air untuk mengetahui seberapa banyak air yang
dapat teruapkan agar air yang terikat pada arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa tidak menutupi pori dari material tersebut. Kadar air arang
tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang dihasilkan dihitung berdasarkan
persamaan 2.2
4.1.2.1 Kadar Air Menguap Tempurung Kelapa
Kadar air arang tempurung kelapa sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.7 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.7 Data hasil pengujian kadar air tanpa aktivasi Material
Kadar Air
Arang tempurung kelapa 0,68
Tabel 4.8 Data hasil pengujian kadar air No
Suhu
o
C Kadar
Air SNI
No. 06-
3730- 1995
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000 1,72
2,4 3,08
3.92 ---
4,5
Data hasil pengujian pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.4
Universitas Sumatera Utara
61
Gambar 4.4 Grafik Kadar Air Arang Menguap Tempurung Kelapa
Dari data pada Tabel 4.8 diatas dapat dijelaskan bahwa suhu aktivasi yang lebih tinggi yaitu 900
C menghasilkan kadar air sedikit sebesar 3,92 dari pada sebelum diaktivasi sebesar 0,68 dan suhu aktivasi 600
C sebesar 1,72, namun pada suhu 1000
C tidak bisa digunakan sebagai adsorben karena pada suhu tersebut pada waktu penelitian sampel hasil pembakaran menjadi abu. Dari
Gambar grafik 4.4 semakin tinggi suhu aktivasi kadar air teruapkan semakin besar yang artinya semakin berkurangnya kadar air di dalam arang tempurung kelapa
tersebut, disebabkan pori-pori arang aktif terbuka dengan adanya energi panas, Melalui uji kadar air ini dapat diketahui seberapa banyak air yang dapat
teruapkan agar air yang terikat pada karbon aktif tidak menutupi pori dari karbon aktif itu sendiri. Hilangnya molekul air yang ada pada karbon aktif menyebabkan
pori-pori pada karbon aktif semakin besar. Semakin tinggi suhu aktivasi maka semakin besar pori-pori dan luas permukaan karbon aktif semakin bertambah
Jankowska, 1991. Bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan semakin
0.68 1.72
2.4 3.08
3.92
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase K
ad ar
air
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
62
meningkatnya kemampuan adsorpsi dari karbon aktif. Meningkatnya kemampuan adsorpsi dari karbon aktif maka semakin baik kualitas dari karbon aktif tersebut
Nilai kadar air dari semua sampel yang dihasilkan memenuhi standar kualitas karbon aktif butiran menurut Stansar Nasional Indonesia SNI no 06-
3730-1995 yaitu maksimal 4,5. Dari Tabel 4.8 persentase kadar air terbesar
pada suhu 900 C dengan 3,92 .
4.1.2.2 Kadar Air Menguap Zeolit Kadar air zeolit sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.9 dan
sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.9 Data hasil pengujian kadar air tanpa aktivasi Material
Kadar Air
Zeolit 0,4
Tabel 4.10 Data hasil pengujian kadar air No
Suhu
o
C Kadar
Air
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000 2,84
3,32 5,36
3,24 2,08
Data hasil pengujian pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.5
Universitas Sumatera Utara
63
Gambar 4.5 Grafik Kadar Air Menguap Zeolit
Melalui uji kadar air ini dapat diketahui seberapa banyak air yang dapat teruapkan agar air yang terikat pada zeolit tidak menutupi pori dari zeolit tersebut.
Hilangnya molekul air yang ada pada zeolit menyebabkan pori-pori pada zeolit semakin besar. Semakin besar pori-pori maka luas permukaan zeolit semakin
bertambah. Bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan semakin meningkatnya kemampuan adsorpsi dari zeolit Treybal, Robert R, 1981.
Ada peningkatan kadar air pada saat sebelum diaktivasi fisika, dari Gamabar 4.5 terlihat bahwa kadar air tanpa aktivasi sangat kecil yaitu sebesar
0,4. Hal ini disebabkan karena rongga-rongga kristal di dalam zeolit masih sangat kecil sehingga sulit untuk terjadi penguapan dibandingkan setelah
diaktivasi pada suhu 800 C kadar air yang teruapkan sebesar 5,36 , dengan
aktivasi maka rongga-rongga kristal di dalam zeolit terbuka lebar sehingga muda terjadi penguapan.
Aktivasi fisika dengan pemanasan untuk zeolit memiliki temperature maksimal, dalam penelitian ini temepartur maksimalnya 800
C pada suhu 900 C
menurun menjadi 3,24 dan suhu 1000 C sebesar 2,08 hal ini dikarenakan
0.4 2.84
3.32 5.36
3.24 2.08
1 2
3 4
5 6
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase K
ad ar
air
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
64
bila dipanaskan lebih dari temperatur maksimal maka akan merusak strukutur zeolit itu sendiri, yang akan mengakibatkan pori-porinya mengecil.
4.1.2.3 Kadar Air Menguap Pasir Kuarsa Kadar air pasir kuarsa sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.11
dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.11 Data hasil pengujian kadar air tanpa aktivasi Material
Kadar Air
Pasir kuarsa 0,36
Tabel 4.12 Data hasil pengujian kadar air No
Suhu
o
C Kadar
Air
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000 1,8
2,72 3,16
3,60 4,86
Data hasil pengujian pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.6
Universitas Sumatera Utara
65
Gambar 4.6 Grafik Kadar Air Menguap Pasir Kuarsa
Semakin besar pori-pori maka semakin mudah kadar air teruapkan . gambar 4.6 menunjukkan bahwa kadar air yang terupkan paling besar berada pada
suhu aktivasi 1000 C sebesar 4,86 , artinya kadar air yang tertinggal di
permukaan pasir kuarsa semakin sedikit dimana semakin sedikit kadar air dalam material tersebut maka kemampuan daya serapnya semakin besar.
Aktivasi fisika dengan pemanasan untuk pasir kuarsa dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu aktivasi maka semakin besar
jumlah kadar air yang teruapkan dikarenakan semakin besarnya pori-pori pada permukaan pasir kuarsa, akibat dari pemanasan.
4.1.3 Porositas
Untuk pengujian porositas, material sebelum dan sesudah diaktivasi ditimbang dengan neraca dan menghasilkan massa kering, lalu direndam dalam
air selama 24 jam, kemudian ditimbang untuk mendapatkan massa dalam air dan
0.36 1.8
2.72 3.16
3.6 4.86
1 2
3 4
5 6
600 700
800 900
1000
P er
se ntase
K adar
air
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
66
diangkat dari dalam air untuk memperoleh massa basah. Perhitungan porositas dihitung berdasarkan persamaan 2.3.
4.1.3.1 Porositas Arang Tempurung Kelapa
Porositas arang tempurung kelapa sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.13 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel
4.14.
Tabel 4.13 Data hasil pengujian porositas tanpa aktivasi Material
Porositas
Arang tempurung kelapa 24,33
Tabel 4.14 Data hasil pengujian porositas No
Suhu
o
C Porositas
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000 37,19
57,88 64,28
71,13 ---
Data hasil pengujian pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.7
Universitas Sumatera Utara
67
Gambar 4.7 Grafik porositas Arang Tempurung Kelapa
Dari Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 hasil pengujian porositas arang tempurung kelapa terjadi perubahan nilai porositas sebelum dan sesudah diaktivasi, sebelum
diaktivasi nilai porositasnya 24.33 , setelah diaktivasi pada suhu 600 C
porositasnya bertambah menjadi 37,19 . Sebelum diaktivasi pori-pori arang pada permukaannya masih tertutup hidrokarbon yang menyebabkan kemampuan
adsorbsi nya rendah. Pada suhu aktivasi 1000 C tidak bisa digunakan sebagai
adsorben karena pada aktivasi suhu tersebut arang tempurung kelapa dalam penelitian menjadi abu.
Nilai porositas pada suhu lainnya mengalami kenaikan seiring dengan semakin tingginya suhu aktivasi, ini dapat dilihat dari nilai porositas untuk suhu
aktivasi 700 C sebesar 57,88, selanjutnya pada suhu 800
C sebesar 64,28 . Pada aktivasi suhu 900
C permukaan arang tempurung kelapa memiliki pori yang semakin besar yaitu 71,13 , hal ini disebabkan semakin berkurangnya senyawa
hidrokarbon pada permukaan arang tempurung kelapa sehingga memperbesar
24.33 37.19
57.88 64.28
71.13
10 20
30 40
50 60
70 80
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase p
or ositas
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
68
porinya. Bonelli et all 1991 menyatakan pembentukan dan pembesaran pori disebabkan oleh penguapan komponen yang terdegrasi dan lepasnya zat terbang
Dengan berkurangnya senyawa hidrokarbon maka pori pada permukaan arang tempurung kelapa semakin terlihat jelas, Modi lempang 2011 Aktivasi
menyebabkan semakin banyaknya bahan mudah terbang volatile terlepas dari arang sehingga menyebabkan terbukanya struktur seluler yang tersisa yang
berakibat pada pembentukan pori.
4.1.3.2 Porositas Zeolit
Porositas zeolit sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.15 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.15 Data hasil pengujian porositas tanpa aktivasi Material
Porositas
zeolit 14,89
Tabel 4.16 Data hasil pengujian porositas No
Suhu
o
C Porositas
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000 32,51
45,71 57,53
35,22 28,49
Data hasil pengujian pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.8
Universitas Sumatera Utara
69
Gambar 4.8 Grafik Porositas Zeolit
Keaktifan zeolit dalam menyerap kontaminan-kontaminan dipengaruhi oleh porositas dari zeolit. Semakin tinggi porositasnya maka semakin baik dalam
menyerap kontaminan I Putu Putra, 2010 . Gambar 4.8 menunjukkan bahwa adanya kenaikan nilai porositas sebelum
dan sesudah diaktivasi, sebelum diaktivasi nilai porositas sebesar 14,89 setelah diaktivasi pada suhu 600
C nilai porositasnya 32,51 hal ini disebabkan karena dengan adanya pemanasan maka membuat struktur pori zeolit menjadi sangat
terbuka dan selanjutnya mengalami kenaikan pada suhu aktivasi 700 C dengan
nilai porositasnya 45,71 selanjutnya pada suhu 800 C juga mengalami kenaikan
nilai porositas sebesar 57,53 . Perbesaran porositas zeolit seiring dengan kenaikan suhu pemanasan
namun pada suhu 900 C nilai porositasnya menurun menjadi 35,22 dan terus
menurun pada suhu 1000 C nilai porositasnya 28,49 , hal ini disebabkan
perubahan struktur mikro yang terjadi akibat variasi suhu aktivasi. Zeolit yang tanpa diaktivasi memiliki struktur mikro dengan porositas yang sangat kecil dan
sedikit bila dibandingkan dengan zeolit pada suhu aktivasi 600 C dimana
14.89 32.51
45.71 57.53
35.22 28.49
10 20
30 40
50 60
70
600 700
800 900
1000
P er
se n
tase p
or ositas
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
70
porositas nya semakin membesar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa zeolit yang diteliti dalam penelitian ini memiliki keaktivasian optimum jika
dipanaskan sampai suhu 800 C.
4.1.3.3 Porositas Pasir Kuarsa
Porositas pasir kuarsa sebelum aktivasi diperlihatkan pada Tabel 4.17 dan sesudah diaktivasi pada suhu tertentu diperlihatkan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.17 Data hasil pengujian porositas tanpa aktivasi Material
Porositas
Pasir Kuarsa 18,40
Tabel 4.18 Data hasil pengujian porositas No
Suhu
o
C Porositas
1 2
3 4
5
600 700
800 900
1000 22,07
26,96 28,25
34,36 45,46
Data hasil pengujian pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.9
Universitas Sumatera Utara
71
Gambar 4.9 Grafik Porositas Pasir Kuarsa
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa adanya kenaikan nilai porositas sebelum dan sesudah diaktivasi, sebelum diaktivasi nilai porositas sebesar 18,4
setelah diaktivasi pada suhu 600 C nilai porositasnya 22,07 dan selanjutnya
mengalami kenaikan pada suhu aktivasi 700 C dengan nilai porositasnya 26,96
dan terus mengalami kenaikan nilai porositas pada aktivasi suhu 1000 C sebesar
45,46 , hal ini disebabkan karena pengaruh dari aktivasi fisika tersebut yang menyebabkan semakin banyaknya bahan mudah terbang yang terlepas dari
permukaan pasir kuarsa yang menutupi pori-porinya sehingga permukaan pasir kuarsa tersebut memiliki pori yang lebih besar.
4.1.4 Analisi SEM
Morfologi permukaan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa diidentifikasi menggunakan SEM dengan perbesaran objek 10 x 10
3
yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 Mikrograf SEM permukaan arang tempurung
kelapa, Gambar 4.11 Mikrograf SEM permukaan zeolit dan Gambar 4.12 Mikrograf SEM permukaan pasir kuarsa.
18.4 22.07
26.96 28.25
34.36 45.46
10 20
30 40
50
600 700
800 900
1000
Per sen
tase p
o ro
si tas
Suhu Aktivasi C
Universitas Sumatera Utara
72
4.1.4.1 Morfologi Permukaan Arang Tempurung Kelapa
a. Sebelum diaktivasi b. Aktivasi suhu 700
C
c. Aktivasi suhu 900
C Gambar 4.10. Mikrograf SEM permukaan arang tempurung kelapa
Berdasarkan Gambar 4.10, terlihat perbedaan morfologi permukaan dari arang tempurung kelapa sebelum diaktivasi dan sesudah diaktivasi. Permukaan
arang tempurung kelapa sebelum diaktivasi distribusi pori-pori tidak beraturan dengan jumlah pori yang lebih kecil bila dibandingkan dengan yang diaktivasi
fisika pada suhu 700 C dan suhu 900
C. Gambar 4.10.a pada penampang atas tempurung kelapa pori-pori arang
belum terlihat karena keseluruhan permukaannya masih tertutup hidrokarbon
Universitas Sumatera Utara
73
dimana senyawa tersebut menutupi pori dan permukaan arang yang dapat menyebabkan kemampuan daya serapnya rendah.
Gambar 4.10.b menunjukkan permukaan arang tempurung kelapa pada aktivasi 700
C ternyata telah mampu membuka pori-pori kecil dan mengurangi penutupan hidrokarbonnya. Pada aktivasi suhu 900
C permukaan arang tempurung kelapa memiliki pori yang semakin besar dan teratur. Dengan
berkurangnya senyawa hidrokarbon maka pori pada permukaan arang tempurung kelapa semakin terlihat jelas Gambar 4.10.c .
Gambar 4.4 menunjukkan semakin tinggi suhu aktivasi kadar air teruapkan semakin besar yang artinya semakin berkurangnya kadar air di dalam
arang tempurung kelapa tersebut, disebabkan pori-pori arang tempurung kelapa terbuka dengan adanya energi panas, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.10.c
aktivasi suhu 900 C. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa pada aktivasi suhu 900
C porositasnya lebih besar dimana ternyata terdapat hubungan yang bersesuaian
dengan hasil pengujian daya serap, kadar air dan porositas terhadap perubahan struktur mikro akibat suhu pemanasan.
4.1.4.2 Morfologi Permukaan Zeolit
a. Tanpa Aktivasi
b. Aktivasi Suhu 600 C
Universitas Sumatera Utara
74
c. aktivasi 800 C
d. aktivasi 1000 C
Gambar 4.11 Mikrograf SEM permukaan zeolit Gambar 4.11, terlihat perbedaan morfologi permukaan dari zeolit sebelum
diaktivasi dengan sesudah diaktivasi pada suhu 600 C. Pada zeolit aktivasi suhu
600 C terlihat pori-pori walau belum beraturan dengan jumlah pori yang lebih
banyak dibandingkan dengan zeolit tanpa aktivasi. Gambar 4.2 menunjukkan daya serap sebelum aktivasi sebesar 16,8 dibandingkan setelah aktivasi suhu 600
C sebesar 30,2
Zeolit yang tanpa diaktivasi Gambar 4.11.a memiliki struktur mikro dengan porositas yang sangat kecil dan sedikit bila dibandingkan dengan zeolit
pada suhu aktivasi 600 C Gambar 4.11.b dimana porositas nya semakin
membesar dan sudah mulai tersusun dengan rapi. Pada aktivasi suhu 800 C
Gambar 4.11.c, porositas nya mulai membentuk rongga-rongga dan memiliki jumlah yang banyak, tetapi di aktivasi suhu 1000
C Gambar 4.11.d porositannya kembali mengecil dan tidak teratur hampir sama permukaannya
dengan zeolit aktivasi suhu 600 C.
Aktivasi fisika dengan pemanasan memiliki temperatur maksimal, tetapi temperatur tersebut masih tergantung darti type zeolit itu sendiri. Untuk tipe zeolit
alam, rata-rata memiliki temperatur maksimal 600 C. Bila dipanaskan lebih
dari temperatur maksimalnya maka akan merusak struktur zeolit itu sendiri. Dengan rusaknya struktur di dalam kristal zeolit akan mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
75
berkurangnya ruang-ruang hampa udara di dalam zeolit dan akhirnya akan mengurangi daya adsorben zeolit Arnelli, 1999
Perubahan struktur mikro akibat suhu pemanasan jika di hubungkan dengan hasil pengujian daya serap, kadar air dan porositas seperti tersaji pada
Gambar 4.11 ternyata terdapat hubungan yang bersesuaian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa zeolit yang diteliti dalam penelitian ini memiliki
keaktivasian optimum jika dipanaskan sampai suhu 800 C.
4.1.4.3 Morfologi Permukaan Pasir Kuarsa
a. Tanpa aktivasi b. Aktivasi suhu 600
C
Universitas Sumatera Utara
76
c. Aktivasi suhu 800 C
d. Aktivasi suhu 1000 C
Gambar 4.12 Mikrograf SEM permukaan pasir kuarsa
Hasil uji SEM pada pasir kuarsa sebelum diaktivasi dapat dilihat pada Gambar 4.12.a dimana pori-pori pasir kuarsa terlihat tidak begitu jelas dan
susunan strukturnya tidak teratur. Pada perlakuan aktivasi suhu 600 C Gambar
4.12 b permukaan pasir kuarsa sudah menunjukkan adanya pembukaan pori-pori pada permukaannya.
Aktivasi suhu 800 C, sudah terlihat pori-pori pada permukaan pasir kuarsa
Gambar 4.12 c, dan pada suhu 1000 C permukaan dari pasir kuarsa memiliki
pori-pori yang semakin besar dan banyak serta memiliki struktur yang teratur Gambar 4.12 d, ternyata proses aktivasi telah mampu membuka pori-pori kecil
dan mengurangi penutupan pori pada permukaan pasir kuarsa. Gambar 4.3 menunjukkan daya serap paling besar pada aktivasi suhu
1000 C sebesar 45,5 , Gambar 4.6 menunjukkan bahwa kadar air yang
teruapkan yang paling banyak pada suhu 1000 C yaitu sebesar 4,86 dan
Gambar 4.19 juga menunjukkan nilai porositas terbesar pada suhu 1000 C
sebesar 45.46 . Hal ini menunjukkan kesesuaian antara hasil dengan struktur perubahan permukaan pasir kuarsa terhadap perubahan suhu aktivasi.
Dari perhitungan daya serap, kadar air, porositas dan hasil dari Mikrograf SEM untuk material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa diperoleh
suhu aktivasi optimum, untuk arang aktif suhu optimum pada suhu 900 C dengan
nilai daya serap 75,4 , kadar air 3,92 dan porositas sebesar 71,13 . Untuk
Universitas Sumatera Utara
77
zeolit suhu optimum pada suhu 800 C dengan nilai daya serap 65,8, kadar air
5,36 dan porositas sebesar 57,53 . Sedangkan untuk pasir kuarsa suhu optimum berada pada suhu 1000
C dengan nilai daya serap 45,5 , kadar air 4,86 dan porositas sebesar 45,46 .
4.2 Modifikasi Gabungan Filter
Dari hasil arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang memiliki suhu optimum aktivasi digabungkan untuk dijadikan filter, dengan gabungan
sebagai berikut :
Campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa F
1
Arang tempurung kelapa + zeolit + pasir kuarsa F
2
Zeolit + arang tempurung kelapa + pasir kuarsa F
3
Pasir kuarsa + zeolit + arang tempurung kelapa F
4
Ke empat gabungan filter tersebut juga diuji daya serap, kadar air dan porositasnya.
4.2.1 Daya Serap Daya serap untuk gabungan filter ditunjukkan pada Tabel 4.19. Data hasil
pengujian pada tabel 4.19 dikarakterisasi secara grafik seperti pada gambar 4.13
Tabel 4.19 Data hasil pengujian daya serap gabungan filter No
Desain Filter Daya Serap
1 2
3 4
F
1
F
2
F
3
F
4
70,27 65,73
38,84 21,17
Data hasil pengujian pada tabel 4.19 dikarakterisasi secara grafik seperti pada gambar 4.13
Universitas Sumatera Utara
78
Gambar 4.13 Grafik Daya Serap Gabungan Filter
Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai daya serap maksimum pada F
1
sebesar 70,27 dimana ketiga material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang dicampur menjadi satu memiliki daya serap yang optimum.Hal ini
disebabkan dengan dicampurnya arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang memiliki porositas yang maskimum menjadi satu tanpa ada sekat membuat
daya serapnya semakin besar. Daya serap minimum pada F
4
dengan nilai 21,17 hal ini dikarenakan pada filter sekat ini yang berada disekat paling bawah adalah pasir kuarsa, zeolit
dan arang tempurung kelapa diatas, sedangkan dari ketiganya daya serap yang paling kecil adalah pasir kuarsa. Untuk F
2
daya serapnya 65,73 berbeda dengan F
1
yang lebih besar karena F
2
gabungan nya memiliki sekat sehinga porositas dalam menyerap melewati satu persatu material tersebut dimana sekat yang paling
bawah adalah arang tempurung kelapa yang juga memiliki porositas yang besar dana daya serap yang tinggi, dimana dari ketiga material yang digunakan arang
tempurung kelapa yang memiliki daya serap yang tinggi.
70.27 65.73
38.84
21.17 10
20 30
40 50
60 70
80
F1 F2
F3 F4
P er
se n
tase d
aya se rap
Disain Filter
Universitas Sumatera Utara
79
4.2.2 Kadar Air Menguap Kadar air untuk gabungan filter ditunjukkan pada tabel pada Tabel 4.20.
Tabel 4.19 Data hasil pengujian Kadar Air gabungan filter No
Desain Filter Daya Serap
1 2
3 4
F
1
F
2
F
3
F
4
5,36 4,39
3,82 1,41
Data hasil pengujian pada Tabel 4.20 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.14
Gambar 4.14 Grafik Kadar Air Gabungan Filter
5.36 4.39
3.82
1.41 1
2 3
4 5
6
F1 F2
F3 F4
P er
se n
tase K
ad ar
air
Disain Filter
Universitas Sumatera Utara
80
Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai kadar air yang teruapkan maksimum pada F
1
sebesar 5,36 yaitu untuk campuran ketiga material yang sama-sama memiliki kadar air yang baik, sehingga ketika ketiga material tersebut
dicampur memiliki kadar air yang baik pula. Untuk kadar air minimum pada F
4
dengan nilai 1,41. Semakin tinggi persentase kadar air yang teruapkan menunjukkan semakin besarnya volume pori
yang digunakan sebagai adsorben untuk menyerap adsorbat. Pada F
2
nilai kadar air hampir mendekati dengan F
1
dengan nilai kadar air 4,39 .
4.2.3 Porositas Porositas untuk gabungan filter ditunjukkan pada tabel pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Data hasil pengujian porositas gabungan filter No
Desain Filter Porositas
1 2
3 4
F
1
F
2
F
3
F
4
76,60 70,43
25,41 41,22
Data hasil pengujian pada Tabel 4.21 dikarakterisasi secara grafik seperti pada Gambar 4.15
Universitas Sumatera Utara
81
Gambar 4.15 Grafik Porositas Gabungan Filter
Gambar diatas menunjukkan bahwa nilai porositas maksimum pada F
1
sebesar 76,60 hal ini hampir sama dengan daya serap dan kadar air bahwa untuk F
1
filter yang dicampur menjadi satu dari ketiga material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang memiliki porositas yang paling besar dan
tidak ada penyekat antara ketiga material tersebut sehingga menghasilkan porositas yang besar pula.
Daya serap minimum pada F
4
dengan nilai 25,41 . Hal ini disebabkan karena filter F
4
yang disekat pasir kuarsa berada di paling bawah sehingga pada saat penyerapan air pori pasir kuarsa yang duluan menyerap dimana dari ketiga
material tersebut porositas yang terkecil adalah pasir kuarsa. Semakin besar nilai porositas maka semakin besar daya adsorpsi nya.
Sedangkan pada F
2
porositasnya 70,43 ini juga tidak jauh berbeda dengan F
1
dengan nilai porositas 76,60, hal ini disebabkan karena arang tempurung kelapa berada di bawah sehingga dalam penyerapan air arang tempurung kelapa duluan
76.6 70.43
41.22 25.41
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
F1 F2
F3 F4
Per sen
tase Po
ro si
tas
Disain Filter
Universitas Sumatera Utara
82
menyerap dimana memang porositas arang tempurung kelapa lebih besar dari zeolit dan pasir kuarsa.
Dari pengujian daya serap, kadar air dan porositas dapat disimpulkan bahwa gabungan filter F
1
arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa di campur menjadi satu memiliki nilai yang optimum untuk daya serap 70,27 ,
kadar air 5,36 dan porositas 76,60 , tetapi desain filter F
2
filter sekat dengan susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa juga memiliki
nilai daya serap, kadar air dan porositas yang tidak jauh berbeda dengan F
1
dimana daya serapnya 65,73 , kadar air 4,39 dan porositas 70,43 . F
1
dan F
2
kedua-duanya memiliki daya serap dan porositas diatas 50 . Menurut Yuliusman dan Arif 2009 adsorben yang dihasilkan memiliki nilai
porositas sudah diatas 50, ini berarti adsorben tersebut sudah layak digunakan sebagai adsorpsi. Jadi dalam penelitian ini untuk filter dalam penjernihan air
menggunakan filter F
1
dan F
2
.
4.3 Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang 4.3.1 Karakteristik air sungai
Karakteristik air sungai Tamiang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana air sungai sebelum diolah dan sesudah diolah menggunakan metode
elektrokoagulasi dan menggunakan gabungan filter yang layak digunakan berdasarkan standar air bersih PERMENKES No. 416 Tahun 1990 dan standar
air minum PERMENKES No. 492 Tahun 2010. Parameter – parameter
pengujian yang dilakukan terdiri dari 3 yaitu parameter fisika Suhu, TDS, Kekeruhan, Warna bau dan rasa, kimia pH, Logam Fe dan Al dan mikrobiologi
bakteri E.Coli dan Kolifrom Sebelum
melakukan proses
penjernihan air
sungai dengan
elektrokoagulasi dan di filter, air sungai yang diambil dari sungai Tamiang, Kabupaten Aceh Tamiang diuji terlebih dahulu sehingga dapat diketahui
karakteristiknya. Hasil pengujian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.22. .
Universitas Sumatera Utara
83
Tabel 4.22 Pengujian Air Sungai Sebelum Diolah
N0 Parameter
Satuan Hasil Pengujian
Standar Air Bersih
Standar Air Minum
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Suhu
TDS Kekeruhan
Warna Bau
Rasa pH
Fe Al
E. Coli Coliform
C MgL
NTU Pt.Co
- -
- mgl
mgl Jml100 ml
Jml100 ml 26
56,0 68,0
344 Normal
Tidak berasa 7,49
2,29 11,3
1600 1600
Suhu udara ±3 1500
25 50
Tdk Berbau Tdk Berasa
6,5-9,0 1
- 50
50 Suhu udara ±3
500 5
15 Tdk Berbau
Tdk Berasa 6,5-8,5
0,3 0,2
= Permenkes RI No. 492MENKESPERIV2010
=
Permenkes 416MenkesPERIX1990 Dari Tabel 4.22 terlihat bahwa beberapa parameter masih diatas baku
mutu air bersih dan air minum, terutama untuk parameter kimia logam Fe dan Al serta parameter biologi bakteri E. Coli dan Colifrom yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.
4.3.2. Proses Penjernihan air sungai dengan menggunakan filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
Penjernihan air sungai dengan gabungan filter pada filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dilakukan untuk melihat proses
penjernihan air sungai tanpa proses elektrokoagulasi untuk menghasilkan air jernih berdasarkan peraturan pemerintah tentang air bersih dan air minum. Hasil
pengujian air sungai setelah difilter dilihat pada Tabel 4.23.
Universitas Sumatera Utara
84
Tabel 4.23 Karakteristik Air Sungai Tamiang sebelum dan sesudah difilter dengan filter campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir
kuarsa
N0 Parameter
Satuan Hasil Uji
Standar Air Bersih
Standar Air Minum
Sebelum Sesudah
penurunan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Suhu
TDS Kekeruhan
Warna Bau
Rasa pH
Fe Al
E. Coli Coliform
C MgL
NTU Pt.Co
- -
- mgl
mgl Jml100 ml
Jml100 ml 26
56,0 68,0
344 Normal
7,49 2,29
11,3 1600
1600 28,1
81,3 20
20 Tdk Berbau
Tdk Berasa 7,70
3,15 10,10
10 55
- -
70,59 94,19
- -
- 27,30
10,62 99,37
96,56 Suhu udara ±3
1500 25
50 Tdk Berbau
Tdk Berasa 6,5-9,0
1 -
50 50
Suhu udara ±3 500
5 15
Tdk Berbau Tdk Berasa
6,5-8,5 0,3
0,2
= Permenkes RI No. 492MENKESPERIV2010 = Permenkes 416MenkesPERIX1990
= Kenaikan
Dari Tabel 4.23 air sungai yang diolah dengan filter campuran menunjukkan kenaikan sebesar konsentrsai logam Fe mengalami kenaikan
sebesar 27,30 dari 2,29 menjadi 3,15. Selain mengalami kenaikan dari Tabel 4.23 ada juga parameter
– parameter yang mengalami penurunan yaitu kekeruhan mengalami penurunan 70,59 dari 68 NTU menjadi 20 NTU, warna sebesar
94,19 dari 344 Pt.Co menjadi 20 Pt.Co, konsentrasi logam Al mengalami penurunan sebesar 10,62 dari 11,3 ppm menjadi 10,10 ppm. Sedangkan
untuk bakteri E. Coli juga mengalami penurunan sebesar 99,37 dari 1600 Jml100 ml menjadi 10 Jml100 ml dan Colifrom sebesar 96,56 . dari 1600
Jml100 ml menjadi 55 Jml100 ml
Universitas Sumatera Utara
85
Kenaikan logam Fe dikarenakan susunan zeolit mengandung Fe sedangkan penurunan nilai bakteri dikarenakan pada proses penjernihan air digunakan bahan
filter campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa memiliki pori –
pori yang mampu menyerap bakteri dalam air dan logam walaupun penurunan Al tidak terlalu jauh.
Hasil pengujian penjernihan air sumur dengan filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa untuk hanya mampu menurunkan
parameter fisika bau, rasa, TDS, warna, kekeruhan dan suhu dan parameter mikrobilogi E.Coli yang memenuhi standar air bersih, tetapi untuk parameter
kimia dan mikrobiologi belum memenuhi standar air bersih berdasarkan PERMENKES AIR BERSIH No.416 Thn 1990 dan air minum berdasarkan
PERMENKES AIR MINUM No. 492 Thn 2010.
4.3.3 Proses Penjernihan air sungai dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dan difilter dengan filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
Proses penjernihan air sungai untuk menghasilkan air bersih dilakukan dua tahap. Tahap pertama dilakukan metode elektrokoagulasi dengan menggunakan
plat Aluminium Al selama 15 menit. Tahap kedua, air sampel hasil elektrokoagulasi dialirkan ke tabung filtrasi yang berisi filter campuran arang
tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa, setelah itu dialirkan ke bak penampungan .
Metode elektrokoagulasi dilakukan untuk menurunkan kadar logam yang terkandung di dalam air sungai dimana hasil pengujian air sungai, logam-logam
yang berada di dalam air sungai akan direduksi dan diendapkan di kutub negatif, sedangkan elektroda positif Al akan teroksidasi menjadi [AlOH
3
] yang berfungsi sebagai koagulan. Data hasil pengujian air sungai dengan proses
elektokoagulasi dan di filter dengan filter campuran dilihat pada Tabel 2.24.
Universitas Sumatera Utara
86
Tabel 4.24 Karakteristik Air Sungai Tamiang sesudah diolah dengan Elektrokoagulasi kemudian difilter dengan campuran ketiga material
arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir aktif.
N0 Parameter
Satuan Hasil Uji
Standar Air Bersih
Standar Air Minum
difilter Ec + Filter
penurunan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
Suhu TDS
Kekeruhan Warna
Bau Rasa
pH Fe
Al E. Coli
Coliform C
MgL NTU
Pt.Co -
- -
mgl mgl
Jml100 ml Jml100 ml
28,1 81,3
20 20
Normal Tdk Brasa
7,70 3,15
10,10 10
55 28,2
62,3 2
2 Tdk Berbau
Tdk Berasa 6,39
0,014 0,023
4,5 25
- -
90 90
- -
- 99,55
99,77 55
54,54 Suhu udara ±3
1500 25
50 Tdk Berbau
Tdk Berasa 6,5-9,0
1 -
50 50
Suhu udara ±3 500
5 15
Tdk Berbau Tdk Berasa
6,5-8,5 0,3
0,2
= Permenkes RI No. 492MENKESPERIV2010
=
Permenkes 416MenkesPERIX1990 = kenaikan
Dari Tabel 4.24 terlihat bahwa persentase perbedaan parameter dari hasil pengujian proses penjernihan air dengan filter saja dan proses penjernihan dengan
elektrokoagulasi kemudian di filter terlihat penurunan persentase parameter. Kekeruhan mengalami penurunan sebesar 90 dari 20 NTU menjadi 2 NTU,
warna juga mengalami penurunan sebesar 90 dari 20 Pt.Co menjadi 2 Pt.Co, untuk parameter kimia juga mengalami penurunan, pH sebesar 17,01 dari
Universitas Sumatera Utara
87
7,70 menjadi 6,39 , logam Fe penurunannya sebesar 99,55 dari 3,15 ppm menjadi 0,014 ppm dan logam Al menurun sebesar 99,77 dari 10,10 ppm
menjadi 0,023 ppm. Untuk parameter mikrobiologi juga mengalami penurunan, untuk E. Coli sebesar 55 dari 10 Jml100 ml menjadi 4,5 Jml100 ml dan
Colifrom sebesar 54,54 dari 55 Jml100 ml menjadi 25 Jml100 . Parameter fisika, kimia dan mikrobilogi mengalami penurunan selain
karena filter memiliki pori yang luas untuk menjerap kontaminan, proses elektrokoagulasi juga memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam
penurunan nilai konsentrasi logam. Dari proses elektrokoagulasi dengan menggunakan aluminium Al sebagai elektroda, pada anoda akan dihasilkan gas,
buih dan flok - flok berupa AlOH
3
. Selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat logam yang ada di dalam air, sehingga flok akan memiliki
kecenderungan mengendap Bambang HP, 2010. Berdasarkan hasil pengujian air sungai Tamiang pada parameter fisika,
kimia, dan mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa proses penjernihan air dengan elektrokoagulasi dan difilter dengan filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa telah memenuhi PERMENKES AIR BERSIH No.416
Thn 1990. Tetapi Untuk air minum hanya parameter fisika dan kimia yang memenuhi standar air sesuai minum PERMENKES AIR MINUM No. 492 Thn
2010 untuk parameter mikrobilogi masih ada pertumbuhan sehingga belum mencapai baku mutu untuk air minum yang sesuai dengan standar PERMENKES
AIR MINUM No. 492 Thn 2010.
4.3.4 Proses Penjernihan air sungai dengan menggunakan filter F
2
arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat
Penjernihan air sungai dengan gabungan filter pada filter F
2
arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat dilakukan untuk melihat
proses penjernihan air sungai tanpa proses elektrokoagulasi untuk menghasilkan air jernih berdasarkan peraturan pemerintah tentang air bersih dan air minum.
Hasil pengujian air sungai setelah difilter dilihat pada Tabel 4.25.
Universitas Sumatera Utara
88
Tabel 4.25 Karakteristik Air Sungai Tamiang sesudah difilter dengan filter F
2
susunan karbon aktif, zeolit dan pasir aktif yang disekat
N0 Parameter
Satuan Hasil Uji
Standar Air Bersih
Standar Air Minum
Sebelum Sesudah
Penurunan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
Suhu TDS
Kekeruhan Warna
Bau Rasa
pH Fe
Al E. Coli
Coliform C
MgL NTU
Pt.Co -
- -
mgl mgl
Jml100 ml Jml100 ml
26 56,0
68,0 344
Normal Normal
7,49 2,29
11,3 1600
1600 28,1
79,0 20
18 Tdk Berbau
Tdk Berasa 7,65
2,15 9,10
2 900
- -
70,59 94,77
- -
- 6,11
19,47 -
43,75 Suhu udara ±3
1500 25
50 Tdk Berbau
Tdk Berasa 6,5-9,0
1 -
50 50
Suhu udara ±3 500
5 15
Tdk Berbau Tdk Berasa
6,5-8,5 0,3
0,2
= Permenkes RI No. 492MENKESPERIV2010
=
Permenkes 416MenkesPERIX1990 = Kenaikan
Tabel 4.25 air sungai yang diolah dengan filter sekat menunjukkan parameter penurunan yaitu kekeruhan mengalami penurunan 70,59 dari 68
NTU menjadi 20 NTU, warna sebesar 94,77 dari 344 Pt.Co menjadi 18 Pt.Co, konsentrasi logam Fe mengalami penuruanan sebesar 6,11 dari 2,29
ppm menjadi 2,15 ppm konsentrasi logam Al mengalami penurunan sebesar 19,47 dari 11,3 ppm menjadi 9,10 ppm. Sedangkan untuk bakteri E. Coli
juga mengalami penurunan lebih dari 100 dari 1600 Jml100 ml menjadi 2Jml100 ml dan Colifrom sebesar 43,75 . dari 1600 Jml100 ml menjadi 900
Jml100 ml Penurunan nilai bakteri dikarenakan pada proses penjernihan air
digunakan bahan F
2
filter sekat dengan susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa memiliki pori
– pori yang mampu menyerap bakteri dalam air
Universitas Sumatera Utara
89
dan logam walau pun penurunan Al tidak terlalu jauh. Tetapi lebih besar persentasenya dari filter F
1
campuran arang aktif, zeolit dan pasir kuarsa karena parameter logam dan mikrobilogi melewati satu-satu filter yang disekat sehingga
lebih banyak yang terperangkap didalam pori filter. Hasil pengujian penjernihan air sumur dengan filter F
2
filter sekat arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dapat menurunkan parameter fisika
saja bau, rasa, TDS, warna, kekeruhan dan suhu yang sudah memenuhi standar air bersih dan tetapi parameter kimia dan mikrobiologi belum memenuhi standar
air bersih menurut PERMENKES AIR BERSIH No.416 Thn 1990 dan air minum menurut PERMENKES AIR MINUM No. 492 Thn 2010.
4.3.5 Proses Penjernihan air sungai dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dan difilter dengan filter F
2
filter susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat
Pada proses ini diperlakukan juga sama dengan proses penjernihan air sungai untuk menghasilkan air bersih dengan 2 tahap. Tahap pertama dilakukan
metode elektrokoagulasi dengan menggunakan plat Aluminium Al selama 15 menit. Tahap kedua, air sampel hasil elektrokoagulasi dialirkan ke tabung filtrasi
F
2
yang berisi filter susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat, setelah itu dialirkan ke bak penampungan .Data hasil pengujian air
sungai dengan proses elektokoagulasi dan di filter dengan filter campuran dilihat pada Tabel 2.26.
Universitas Sumatera Utara
90
Tabel 4.26 Karakteristik Air Sungai Tamiang sebelum dan sesudah diolah dengan Elektrokoagulasi kemudian difilter dengan kombinasi filter
arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat
N0 Parameter
Satuan Hasil Uji
Standar Air Bersih
Standar Air Minum
Difilter F
2
Ec + Filter F
2
penurunan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
Suhu TDS
Kekeruhan Warna
Bau Rasa
pH Fe
Al E. Coli
Coliform C
MgL NTU
Pt.Co -
- -
mgl mgl
Jml100 ml Jml100 ml
28,1 79,0
20 18
Normal
7,65 2,15
9,10 2
900 27,9
62 1
0,8 Tdk Berbau
Tdk Berasa 7,38
0,014 0,15
1,6 1,6
- -
95 -
- -
- 99,34
98,35 -
- Suhu udara ±3
1500 25
50 Tdk Berbau
Tdk Berasa 6,5-9,0
1 -
50 50
Suhu udara ±3 500
5 15
Tdk Berbau Tdk Berasa
6,5-8,5 0,3
0,2
= Permenkes RI No. 492MENKESPERIV2010
=
Permenkes 416MenkesPERIX1990
Dari Tabel 4.26 terlihat bahwa persentase perbedaan parameter dari hasil pengujian proses penjernihan air dengan filter F
2
saja dan proses penjernihan dengan elektrokoagulasi kemudian di filter dengan F
2
. Semua Parameter mengalami persentase penurunan . Parameter fisika kekeruhan mengalami
penurunan 95 dari 20 NTU menjadi 1 NTU, warna juga mengalami penurunan sebesar 95,5 dari 18 Pt.Co menjadi 0,8 Pt.Co, untuk parameter
kimia juga mengalami penurunan, logam Fe penurunannya sebesar 99,34 dari 2,15 ppm menjadi 0,014 ppm dan logam Al menurun sebesar 98,37 dari 9,10
ppm menjadi 0,15 ppm. Untuk parameter mikrobiologi juga mengalami
Universitas Sumatera Utara
91
penurunan, untuk E. Coli 99,9 dari1600 Jml100 ml menjadi 1,6 Jml100 ml dan Colifrom lebih dari 99,9 dari 1600 Jml100 ml menjadi 1,6
Jml100 ml . Tabel 4.26 terjadi penurunan logam dari yang menggunakan proses
elektrokoagulasi dengan yang difilter saja artinya bahwa proses elektrokoagulasi bereperan penting dalam menurunkan konsentrasi logam yang terkandung
didalam air. Dan dengan gabungan filter F
2
susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang memiliki daya serap yang sama dengan Filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa memiliki penyerapan kontaminan yang lebih besar, ini dikarenakan proses penyerapannya melalui
tahapan sehingga akan lebih banyak kontaminan-kontaminan tertahan. Pada Mikrobilogi memiliki nilai 1,6 Jml100 ml, dimana menurut Permenkes No. 416
Tahun 1990 untuk mikrobilogi dengan nilai sebesar 1,6 Jml100 ml tidak ada lagi pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan hasil pengujian air sungai Tamiang dengan proses elektrokoagulasi dan difilter dengan filter F
2
susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dapat menurunkan parameter fisika untuk kekeruhan
sebesar 98,67 dari 68,0 NTU menjadi 1 NTU , warna sebesar 99,76 dari 344 Pt.co menjadi 0,8 Pt.co . Parameter kimia untuk Fe sebesar 99,39 dari
2,29 mgl menjadi 0,014 mgl dan Al sebesar 98,67 dari 11,3 mgl menjadi 0,15 mgl sedangkan parameter mikrobiologi untuk E.Coli sebesar 99,91
dari 1600 Jml100 ml menjadi 1,6 Jml100 ml dan Colifrom sebesar 99,91 dari 1600 Jml100 ml menjadi 1,6 Jml100 ml. Untuk Parameter Fisika,
kimia dan mikrobiologi telah memenuhi PERMENKES AIR BERSIH No.416 Thn 1990 dan PERMENKES AIR MINUM No. 492 Thn 2010.
Pada penelitian Hardini 2010, media filter mangan zeolit dan karbon aktif dapat menurunkan kadar logam Fe sebesar 93,52 sedangkan pada
penelitian ini mampu menurunkan logam Fe sebesar 99,39 . Penelitian Anis R 2009 efesiensi media filter pasir-zeolit dan filter pasir arang tempurung kelapa
Universitas Sumatera Utara
92
dapat mengurangi kandungan logam sebesar 97,47 dan bakteri 79,60 . Pada penelitian gabungan filter sekat arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa
dapat mengurangi kandungan logam Fe 99,39 dan Al 98,37 dan bakteri sebesar 99,91 dimana tidak ada lagi terdapat pertumbuhan bakteri.
Universitas Sumatera Utara
93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitiandisimpulkan bahwa : 1.
Suhu aktivasi optimum untuk masing- masing material adalah: a.
Arang tempurung kelapa pada suhu 900 C dengan daya serap sebesar
74,8 , kadar air sebesar 3,92 dan porositas sebesar 71,13 . b.
Zeolit pada suhu 800 C dengan daya serap sebesar 65,8 , kadar air
sebesar 5,36 dan porositas sebesar 57,53 . c.
Pasir Kuarsa pada suhu 1000 C dengan daya serap sebesar 45,5 ,
kadar air sebesar 4,86 dan porositas sebesar 45,46 . 2.
Gabungan filter optimum yaitu gabungan filter F
1
campuran arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dengan daya serap sebesar
70,27 , kadar air 5,36 dan porositas sebesar 76,6 , dan filter gabungan F
2
susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat
dengan daya serap sebesar 65,73 , kadar air 5,35 dan porositas sebesar 70,43 .
3. Hasil pengujian air sungai Tamiang parameter fisika suhu,TDS,
kekeruhan, dan warna parameter kimia pH, logam Fe dan Al dan mikrobilogi E. Coli dan Colifrom menunjukkan bahwa proses
penjernihan air dengan elektrokoagulasi dan difilter dengan gabungan filter F
2
susunan arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat lebih baik bila dibandingkan dengan proses filtrasi dengan filter F
2
saja, dimana hasil ujinya telah memenuhi standar air bersih PERMENKES
AIR BERSIH No.416 Thn 1990 dan standar air minum PERMENKES AIR MINUM No. 492 Thn 2010.
Universitas Sumatera Utara
94
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menitik beratkan pada
gabungan filter untuk variasi ketebelan filter, agar dapat diketahui dengan jelas bagaimana pengaruh ketebelan terhadap daya serap filter.
2. Perlu dilakukan perhitungan terhadap berapa lama ketahanan gabungan
filter dalam penggunaannya. 3.
Pada saat pembakaran material perlu diperhatikan waktu penahan, karena hal ini dapat mempengaruhi kualitas material sebagai bahan
adsorbsi kandungan logam dan bakteri didalam air.
Universitas Sumatera Utara
95
DAFTAR PUSTAKA Adamson, A.W, 1990, Physical Chemistry of Surface, John Wiley Sons, Inc
Alif, Atmin, Oki Norita, dan Mei Efendi, 2010, Penggunaan Membran Keramik Media Filter Titania Dalam Penjernihan Air Rawa
Gambut , Proseding: Seminar dan Rapat Tahunan BKS-PTN-Indonesia
Bagian Barat Bidang MIPA Pakam Baru
Anonim, 1979, Standar Kualitas Arang Aktif Menurut SII. 0258 – 79,
Departemen Perindustrian, Jakarta
Anonim, 1991, Teknik Pengambilan Sampel Air Sungai Menurut SNI 06-242,
Badan Standarisasi. Jakarta.
Anonim, 1995, Arang Aktif Teknis SNI 06 – 3730 – 1995, Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta
Ario AB, 2008, Perancangan Cigarette Smoke, Fakultas Teknik UI Arnelli, Hermawati.L, dan Ismaryata, 1999, Kegunaan Zeolit Termodifikasi
Sebagai Penyerap Anion , Laporan Penelitian, Semarang , UNDIP
Asmadi. Kahayan dan Kasjono,H.S., 2011, Teknologi Pengolahan Air Minum.
Gosyen Publishing. Yogyakarta
ASTM C 20-80a, American national standard, 1980, standard tes method for apparent porosity, water absorption, apparent specific gravity, and
bulk density of burned refractory brick and shape by boiling water .
Bambang HP dan Mining H, 2010, Pengolahan Limbah Cair Tekstil Menggunakan Proses Elektrokoagulasi dengan Sel Al
, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia, Pengembangan Teknik Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, Yogyakarta, 26 Januari 2010, ISSN 1639-4393
Barus, T.A, 1996, Metodologi Ekologis Untuk Menilai Kualitas Perairan Lotik
. Jurusan Biologi FPMIPA, USU. Medan
Bonelli, P.R, 2001, Effect of Pyrolisis Temperature on composition, surcafe properties and thermal degradation rates of Brazil Nut Shells
. Bioresource Tech 76: 15-22
Universitas Sumatera Utara
96
Cheremisinoff, DN., Ellerbusch F., 1978, Carbon Adsorption Handbook, An
Arbon Science, New York
Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
1994, Jakarta
Dian Kusuma R, 2011, Optimasi Aktivasi Zeolit Alam Untuk Dehumidifikasi,
Teknik Kimia, Fakultas teknik, Universitas Diponegoro
Fety, K dan Satoto Y. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih
. Laskar Akasara. Jawa Barat
Gabriel.J.F, 2001, Fisika Lingkungan,Hipokrates, Jakarta
Holt,P.K., Barton,G.W.,
and Mitchell,C.A.,2004,
The Future
for electrocoagulation as A Localised Water Treatment tecnologi
, Chesmosphare, El sevier ltd, pp 1-3
http:kualaclipping.wordpress.com20090606lingkungan-rusak-kekeruhan-air- sungai-tamiang-di-atas-ambang-batas
diakses 10 Januari 2013. http:Scanningelektronmikroskop-Wikipedia,ensiklopediabebas
diakses 10
Januari 2013 http:www.rakyataceh.comindex.php?open=viewnewsid=21980tit=Berita2
0Lalu20- 2020Bapedal20Akui20Sungai20Tercemar20Limbah
, diakses 10 Januari 2013
http:www.suara-Tamiang.com201106krueng-tamiang-tercemar-limbah- industri.html diakses 10 Januari 2013
I Putu. P.W.S, 2010, Studi Pengaruh Aktifasi Termal terhadap Struktur Mikro dan Porositas Zeolit Alam
, Teknik Mesin Universitas Udayana Bali
Ismaryata, 199, The Study of Acidic Washing Temperature and Calcination Effect on Modification Process of Natural Zeolite as an Anion
Exchanger , Laporan, Penelitian, Semarang, UNDIP
Jannati, Deby dan Shona Mazia, 2009, Karbon Aktif Sebagai Filter Air, Jakarta,
Edisi Cetak, 653, Jakarta
Kepmen LH RI,1988, Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Nomor 02 Tahun 1988
Universitas Sumatera Utara
97
Mifbakhudin, 2010, Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis
, Eksplanasi volume 2 nomor 5, Edisi oktober 2010
Modi.L, 2011, Struktur dan Komponen Arang serta Arang Aktif Tempurung Kemiri
, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor
Mollah, M.Y.A.,
Morkovsky,P., Gomes,J.A.G.,Kesmez,
M.,Parga,J.,Cocke.D.L.,2004, Fundamental Present and Future perspectives of Elektrocoagulation
, Journal of Hazardous Material, B114 :pp. 199-21
Mollah, M.Y.A.,
Schennach, R.,Parge.J.R.,
and Cocke,D.L.,2001,Elektrocoaqualation EC-Science and Aplication Gill
Chair of Chemistry Chemical Engenering,Lamar University, Beatmont, Tx77710,USA
Ni’am, M.F.,Othman,F.,Sohaili.J, Fauzia,Z., 2007, Removel of COD and Turbidity to Improve Wastewater Quality Using Electrocogulation
Technique, The Malaysia Journal of Analytical Sciences, vol.11 No.1, pp 198-205
Permenkes RI,1990, Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih, Nomor 416 Tahun 2010
Permenkes RI,2010,Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Nomor 492 Tahun 2010
Rosita Idrus, 2013, Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa
, Prisma Fisika, Vol.I, No.1 2013, Hal 50-55
Sastrawijaya A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Sembiring, Meilita dan Tuti S. Sinaga., 2003, Arang Aktif Pengenalan dan Proses Pembuatannya
, Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
Slamet, J.S., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
98
Sudrajat. R, 1993, Karakteristik Kayu Sebagai Bahan Energi. Diskusi Industri
Perkayuan, Proceeding, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor
Suhartana, 2006, Pemanfaatan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Baku Arang Aktif dan Aplikasinya Untuk Penjernihan Air Sumur Di Desa
Belor Kecamatan Ngaringan Kapubaten Grobogan , Laboratorium
Kimia Organik FMIPA UNDIP
Susilawati, 2010, Model Pengolahan Air Gambut Untuk Menghasilkan Air Bersih dengan Metode Elektrokoagualsi dengan Media Filter Pasir
, Disertasi, FMIPA Universitas Sumatera Utara
Sutrisno,C.T.2006. Teknologi Penyediaan Air bersih. Cetakan Keenam. Jakarta:
Rhineka Cipta. Tatsunami, I. 1971. Water Work Engineering. Josni Kogaku. Japanese edition.
Tokyo.
Wardhana, W.A., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi,
Penerbit Andi Yogyakarta.
Yani, M. 2010, Studi Karakteristik Kimiawi Air Sungai Tamiang dan Pengolahan dengan Zeolit-Polyaluminium Clorida Sebagai Sumber
Air Bersih , Tesis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan
Universitas Sumatera Utara
99
LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN SAMPEL
1. Daya Serap
a. Daya Serap arang tempurung kelapa
KODE Massa Sampel dalam
keadaan kering gr Massa sampel dalam keadaan basah gr
I II
III IV
V A
5 6,59
6,60 6,58
6,60 6,59
B 7,15
7,15 7,13
7,15 7,11
C 7,80
7,81 7,76
7,78 7,75
D 8,18
8,25 8,38
8,33 8,40
E 8,80
8,74 8,70
8,75 8,85
F -
- -
- -
Ket : A = tanpa aktivasi ; B = 600 C ; C = 700
C ; D = 800 C ; E = 900
C ; F = 1000
C Persamaan menghitung daya serap air :
Dimana : M
b
= Massa sampel dalam keadaan basah gr M
k
= Massa sampel dalam keadaan kering gr Perhitungan :
M
b
= 6,59 gr M
k
= 5 gr Maka :
L - 1
Universitas Sumatera Utara
100
Hasil perhitungan daya serap untuk setiap tertera pada tabel dibawah ini :
KODE Daya Serap
1 2
3 4
5 Rata-rata
A 31,8
32,0 31,6
32,0 31,8
31,8 B
43 43
42,6 43
42,6 42,8
C
56 56,2
55,2 55,6
55,2 55,6
D 63,6
65 67,6
66,6 68
62,1 E
76 74,8
74 75
77 75,4
F -
- -
- -
- Ket : A = tanpa aktivasi ; B = 600
C ; C = 700 C ; D = 800
C ; E = 900 C ; F =
1000 C
b. Daya Serap zeolit
KODE Massa Sampel dalam
keadaan kering gr Massa sampel dalam keadaan basah gr
I II
III IV
V A
5 5,80
5,95 5,70
5,90 5,85
B 6,1
6,80 6,75
6,10 7,8
C 7,20
7,95 7,10
7,05 7,15
D 8,10
8,30 8,20
8,50 8,35
E 6,21
6,30 6,25
6,04 6,10
F 6,0
5,70 5,80
5,70 5,90
Ket : A = tanpa aktivasi ; B = 600 C ; C = 700
C ; D = 800 C ; E = 900
C ; F = 1000
C
Universitas Sumatera Utara
101
Hasil perhitungan daya serap untuk setiap tertera pada tabel dibawah ini :
KODE Daya Serap
1 2
3 4
5 Rata-rata
A 16
19 14
18 17
16,8 B
22 36
35 22
36 30,2
C
44 59
42 41
43 45,8
D 62
66 64
70 67
65,8 E
24,2 26
25 20,8
22 33,6
F 20
14 16
14 18
26,4 Ket : A = tanpa aktivasi ; B = 600
C ; C = 700 C ; D = 800
C ; E = 900 C ; F
= 1000 C
c. Daya Serap pasir kuarsa
KODE Massa Sampel dalam
keadaan kering gr Massa sampel dalam keadaan basah gr
I II
III IV
V A
5 5,63
5,60 5,60
5,70 5,65
B 5,80
5,70 5,68
5,50 5,60
C 5,95
5,90 5,78
5,95 6,0
D 6,15
6,20 6,10
6,25 6,30
E 6,30
6,24 6,30
6,40 6,55
F 7,10
7,18 7,50
7,15 7,45
Ket : A = tanpa aktivasi ; B = 600 C ; C = 700
C ; D = 800 C ; E = 900
C ; F = 1000
C
Universitas Sumatera Utara
102
Hasil perhitungan daya serap untuk setiap tertera pada tabel dibawah ini :
KODE Daya Serap
1 2
3 4
5 Rata-rata
A 12,6
12 12
14 13
12,70 B
16 14
13,6 10
12 13,1
C 19
18 15,6
18 20
18,1 D
23 24
22 25
26 24,0
E 26
24,8 26
28 31
27,2 F
42 43,6
50 43
49 45,5
Ket : A = tanpa aktivasi ; B = 600 C ; C = 700
C ; D = 800 C ; E = 900
C ; F = 1000
C
2. Kadar Air