6
Telah diuji pada Tanggal
: 24 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Susilawati, M.Si
Anggota : 1. Dr. Tulus Ikhsan Nasution, M.Sc
2. Dr. Anwar Dharma Sembiring, M.S 3. Dr. Hamonangan Nainggolan, M.S
4. Dr. Nasruddin MN, M. Eng. Sc
Universitas Sumatera Utara
7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap berikut gelar : Witri Mirza Yuhanan S.Pd
Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjung Tiram, 21 Juni 1981
Alamat Rumah : Labuhan Ruku Lk. V Kecamatan Talawi
Batu Bara Telepon HP
: 081370870107 E-mail
: mr.yoehananyahoo.com
Instansi Tempat Kerja : SMA Negeri 1 Sei Suka
Alamat Kantor : Jl. Beringin Tanjung Gading Kecamatan
Sei Suka, Kabupaten Batu Bara.
DATA PENDIDIKAN
SD : Negeri 010166 Tanjung Tiram
Tamat : 1991 SMP
: SMP Negeri 1 Tanjung Tiram Tamat : 1994
SMU : SMA Negeri 1 Tanjung Tiram
Tamat : 1997 Strata- 1
: FMIPA UNIMED Tamat : 2006
Strata- 2 : FMIPA USU
Tamat : 2013
Universitas Sumatera Utara
8
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga tesis ini
diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara c.q Kepala Bappeda Pemprovsu yang telah memberikan bantuan belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan Program
Magister Ilmu Fisika pada program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr Syahrial Pasaribu, DTHH, M.Sc CTM, Sp. AK atas kesempatan yang diberikan kepada kami
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister. Dekan Fakultas FMIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc
atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika Dr. Nasruddin MN, M.Eng. Sc, Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika, Dr. Anwar Dharma
Sembiring, M.S beserta seluruh staf Pengajar pada program Studi Magister Ilmu Fisika Program Pascasarjana Fakultas FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Dr. Susilawati, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Dr.
Tulus Ikhsan Nasution, M.Sc selaku Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan, dengan penuh kesabaran
menuntun dan membimbing penulis hingga selesainya tesisi ini.
Ucapan terima kasih kepada Ayahanda Yuhanan Bahar dan Ibunda Fatimah Anwar,
yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa tiada henti
berdoa dengan ikhlas untuk keselamatan dan keberhasilan penulis. Serta Ayahanda dan Ibunda Mertua, Zainal Alwi dan Rosidah terima kasih atas segala
dorongan dan dukungan nya yang dengan tulus ikhlas senantiasa menyayangi kami sekeluarga.
Yang paling istimewa Isteri terkasih Maria Ulfah, SE serta anak-anak ku tercinta Wildan Fadhlurrahman Mirza, Naura Fathyara Mirza dan Nayra Fathyara
Mirza, atas segala doa, kesabaran dan curahan kasih sayang sepenuh jiwa, dan terima kasih selama ini telah menjadi motivator dalam mencapai keberhasilan ini.
Semoga tetap dalam bingkai keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.
Keluarga besar Tasbi Blok LL12, khususnya Abangda Zulkarnain Putra, Winsyahputra Ritonga, Ucok Oka Rakasiwi, Warkum, Mulyadi dan adinda Mhd.
Ficky Afrianto, Masthura, Ikhsan Parindu terima kasih atas dukungan moral dan perhatian yang besar dalam menyelesaikan pendidikan dan tesis ini,
yang selalu seiring jalan dalam suka maupun duka, semoga persaudaraan ini tetap terjaga serta
menjadi kenangan terindah sampai akhir hayat.
Universitas Sumatera Utara
9
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan mahasiswa-mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011 atas kebersamaan dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.
Sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah penulis sebutkan satu persatu.
Semoga kebaikkan mereka dibalas dengan limpahan pahala yang berlipat ganda, terjaga kesehatannya, tetap dalam rahmat dan hidayah serta perlindungan Tuhan
Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak mungkin terlepas dari kesalahan. Oleh
sebab itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya.
Medan, 24 Juli 2013
WITRI MIRZA YUHANAN
Universitas Sumatera Utara
10
OPTIMALISASI GABUNGAN FILTER ARANG TEMPURUNG KELAPA, ZEOLIT, DAN PASIR KUARSA UNTUK
PENJERNIHAN AIR SUNGAI TAMIANG DENGAN ELEKTROKOAGULASI
ABSTRAK
Arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa merupakan material yang sering digunakan sebagai media adsorpsi terutama dalam penjernihan air. Pada
umumnya arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa masih mengandung pengotor-pengotor organik dan anorganik yang menutupi porinya, sehingga untuk
meningkatkan kemampuan daya serap harus dilakukan aktivasi terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh suhu aktivasi, terhadap daya serap,
kadar air dan porositas. Arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dengan suhu aktivasi optimum akan di modifikasi menjadi gabungan filter dalam
penjernihan air. Hasil penelitian menunjukkan suhu aktivasi optimum untuk arang tempurung kelapa 900
C dengan daya serap 74,8, kadar air 3,92 dan porositas sebesar 71,13. Untuk zeolit pada suhu 800
C dengan daya serap 65,8, kadar air 5,36 dan porositas 57,53. Sedangkan untuk pasir kuarsa pada suhu 1000
C dengan daya serap 45,5, kadar air 4,86 dan porositas 45,46. Gabungan filter
material yang optimum adalah modifikasi gabungan filter F
2
susunan sekat arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dengan daya serap 65,73, kadar air
5,35 dan porositas 70,43. Gabungan filter F
2
ini selanjutnya akan digunakan dalam proses penjernihan air. Penjernihan air sungai selain dilakukan dengan
gabungan filter F
2
juga dilakukan dengan proses elektrokoagulasi yang kemudian di filter dengan gabungan filter F
2
. Hasil Pengujian beberapa parameter fisika fisika suhu, TDS, kekeruhan, warna, bau dan rasa, parameter kimia pH, logam
Fe dan Al dan parameter mikrobiologi bakteri E. Coli dan Colifrom menunjukkan bahwa penjernihan air denga proses elektrokoagulasi yang
kemudian di filter dengan filter F
2
telah memenuhi standar air bersih berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 dan memenuhi standar air minum berdasarkan
Permenkes RI No. 492 Tahun 2010. Kata Kunci
: arang tempurung kelapa, zeolit, pasir kuarsa, aktivasi, gabungan filter , penjernihan air
Universitas Sumatera Utara
11
OPTIMIZATION COMBINATION OF A COCONUT SHELL CHARCOAL FILTER, ZEOLITE AND QUARTZ SAND
FOR WATER PURIFICATION TAMIANG RIVER WITH ELEKTROCOAGULATION
ABSTRACT
Coconut shell charcoal, zeolite and quartz sand is a material that is often used as an adsorption media, especially in water purification. In general, coconut shell
charcoal, zeolite and quartz sand still contain organic impurities and inorganic pore cover, so as to increase the absorption capacity must be done prior
activation. This study aims to determine the effect of the activation temperature, the absorption, moisture content and porosity. Coconut shell charcoal, zeolite and
quartz sand with optimum activation temperature will be design as the water purification filters. The results showed optimum activation temperature to 900
C with coconut shell charcoal absorption 74.8, water content 3.92 and
amounted to 71.13 porosity. For zeolite at a temperature of 800 C with
absorption 65.8, water content 5.36 and 57.53 porosity. As for the quartz sand at a temperature of 1000
C with absorption 45.5, water content 4.86 and 45.46 porosity. Filter combined that optimum is the combined of the filter
F
2
bulkhead arrangement of coconut shell charcoal, zeolite and quartz sand with absorption 65.73, water content 5.35 and 70.43 porosity. Filter
combined F
2
will then be used in the water purification process. Purification of river water than is done with the combined of the filter F
2
is also done with the electrocoagulation process later in the filter combined with filter F
2
. Testing results of physics parameters temperature, TDS, turbidity, color, odor and
taste, chemical parameters pH, Fe and Al and microbiological parameters bacteria E. Coli and Colifrom showed that the water purification with
electrocoagulation process which is then filter using F2 filter have fulfilled clean water standards based Permenkes No.. 416 of 1990 and the drinking water
standards based Permenkes No.. 492 in 2010. Keywords
: coconut shell charcoal, zeolite, quartz sand, activation, filter design, Purification of water
Universitas Sumatera Utara
12
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
i ABSTRAK
iii ABSTRACT
iv DAFTAR ISI
v DAFTAR TABEL
viii DAFTAR GAMBAR
x DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Kondisi Umum Sungai Tamiang 6
2.2. Pencemaran Air Sungai 6
2.2.1. Pencemaran Air Sungai Tamiang 7
2.2.2. Indikator Pencemaran Air 7
Universitas Sumatera Utara
13
2.3. Gabungan Filter 7
2.4. Proses Filtrasi 8
2.4.1. Karbon Aktif 9
2.4.2. Zeolit 11
2.4.3. Pasir Kuarsa 12
2.4.4. Keramik 13
2.5. Pembuatan Karbon Aktif 13
2.5.1. Metode Tradisional 13
2.5.2. Metode Yang Di Perbaharui 14
2.5.3. Analisi material 15
2.6. Faktor Fisika dan Kimia yang Mempengaruhi Air 17
2.7. Proses Pengolahan Air 20
2.7.1. Metode Elektrokoagulasi 20
2.7.2. Proses Khlorosi 23
2.5.3. Proses Ozonisasi 23
2.5.2. Proses Filtrasi 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 25
3.1. Waktu dan lokasi penelitian 25
3.2. Alat dan Bahan 25
3.2.1. Alat 25
3.2.2. Bahan 26
3.3. Pengambilan Sampel 27
3.4. Diagram Alir 28
3.4.1. Diagram Alir Pengaktivasian Material 28
3.4.2. Diagram alir proses penjernihan air 29
3.5. Desain filter 30
3.6. Prosedur Penelitian 30
3.7. Skema Pengolahan Air Sungai 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
33
Universitas Sumatera Utara
14
4.1. Proses Pengaktivasian 33
4.1.1. Daya Serap air 33
4.1.1.1. Daya Serap Air Arang Tempurung Kelapa 34
4.1.1.2. Daya Serap Zeolit 36
4.1.1.3 Daya Serap Pasir Kuarsa 38
4.1.2. Kadar Air Menguap 40
4.1.2.1. Kadar Air Arang Tempurung Kelapa 40
4.1.2.2. Kadar Air Zeolit 42
4.1.2.3. Kadar Air Pasir Kuarsa 44
4.1.3. Porositas 46
4.1.3.1. Porositas Arang Tempurung Kelapa 46
4.1.3.2. Porositas Zeolit 48
4.1.3.3. Porositas Pasir Kuarsa 50 4.1.4. Analisis SEM 52
4.1.4.1. Morfologi Permukaan Arang Tempurung Kelapa
52 4.1.4.2. Morfologi Permukaan Zeolit
54 4.1.4.3 Morfologi Permukaan Pasir Kuarsa
55 4.2. Modifikasi Gabungan filter
57 4.2.1. Daya Serap Filter
57 4.2.2. Kadar Air Filter
59 4.2.3. Porositas Filter
60 4.3. Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang
62 4.3.1. Karakteristik Air Sungai Tamiang
62 4.3.2. Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang
dengan Filter F
1
63 4.3.3. Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang
dengan Metode EC dan di filter dengan Filter F
1
65 4.3.4. Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang dengan
Filter F
2
68
Universitas Sumatera Utara
15
4.3.5. Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang dengan Metode EC dan di filter dengan Filter F
2
69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
73 5.1. Kesimpulan
73 5.2. Saran
74
DAFTAR PUSTAKA 75
LAMPIRAN L-1
Universitas Sumatera Utara
16
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
J u d u l Halaman
2.1 2.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9 4.10
4.11 4.12
4.13
4.14 Syarat Mutu Arang Aktif SII-0258-79
Standar Kualitas Arang Aktif Teknis SNI no 06-3730-1995
Hasil Pengujian Daya Serap Air Tanpa Aktivasi Arang Tempurung Kelapa
Hasil Pengujian Daya Serap Air Setelah Aktivasi Arang Tempurung
Hasil Pengujian Daya Serap Air Tanpa Aktivasi Zeolit
Hasil Pengujian Daya Serap Air Setelah Aktivasi zeolit
Hasil Pengujian Daya Serap Air tanpa Aktivasi Pasir Kuarsa
Hasil Pengujian Daya Serap Air setelah Aktivasi Pasir Kuarsa
Hasil Kadar Air Tanpa Aktivasi Arang Tempurung Kelapa
Hasil Kadar Air Setelah Aktivasi Arang Tempurung Kelapa
Hasil Kadar Air Tanpa Aktivasi Zeolit Hasil Kadar Air Setelah Aktivasi Zeolit
Hasil Kadar Air Tanpa Aktivasi Pasir Kuarsa Hasil Kadar Air Setelah Aktivasi Pasir Kuarsa
Hasil Porositas Tanpa Aktivasi Arang Tempurung Kelapa
Hasil Porositas
Setelah Aktivasi
Arang 11
11
34
34
36
36
38
39
40
41 42
43 44
45
46
Universitas Sumatera Utara
17
4.15 4.16
4.17 4.18
4.19 4.20
4.21 4.22
4.23
4.24
4.25
4.26 Tempurung Kelapa
Hasil Porositas Tanpa Aktivasi Zeolit Hasil Porositas Setelah Aktivasi Zeolit
Hasil Porositas Tanpa Aktivasi Pasir Kuarsa Hasil Porositas Setelah Aktivasi Pasir Kuarsa
Hasil Pengujian Daya Serap Gabungan Filter Hasil Pengujian Kadar Air Gabungan Filter
Hasil Pengujian Porositas Gabungan Filter Pengujian Air Sungai Sebelum Diolah
Karakteristik Air Sungai Tamiang Sebelum dan Sesudah difilter dengan Filter Campuran Arang
Tempurung Kelapa, zeolit dan Pasir Kuarsa Karakteristik Air Sungai Tamiang Sesudah
diolah dengan Elektrokoagulasi kemudian di Filter
dengan Filter
Campuran Arang
Tempurung Kelapa, zeolit dan Pasir Kuarsa Karakteristik Air Sungai Tamiang Sesudah di
Filter F
2
susunan karbon aktif, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat
Karakteristik Air Sungai Tamiang Sesudah di Olah dengan Elektrokoagulasi kemudian di
Filter F
2
susunan karbon aktif, zeolit dan pasir kuarsa yang disekat
47 48
49 50
51 57
59 60
63
64
66
68
70
Universitas Sumatera Utara
18
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
J u d u l Halaman
2.1 3.1
3.2 3.3
3.4
4.1 4.2
4.3 4.4
4.5 4.6
4.7 4.8
4.9 4.10
4.11 4.12
4.13 4.14
4.15 Mekanisme Dalam Elektrokoagulasi
Bagan Alir Penelitian Tahap I Bagan Alir Penelitian Tahap II
Proses penjernihan air dengan gabungan filter optimum
Proses penjernihan air dengan gabungan filter optimum melalui proses elektrokoagulasi
Grafik Daya Serap Arang Tempurung Kelapa Grafik Daya Serap Zeolit
Grafik Daya Serap Pasir Kuarsa Grafik Kadar Air Arang Tempurung Kelapa
Grafik Kadar Air Zeolit Grafik Kadar Air Pasir Kuarsa
Grafik Porositas Arang Tempurung Kelapa Grafik Porositas Zeolit
Grafik Porositas Pasir Kuarsa Mikrograf
SEM Permukaan
Arang Tempurung Kelapa
Mikrograf SEM Permukaan Zeolit Mikrograf SEM Permukaan Pasir Kuarsa
Grafik Daya Serap Gabungan Filter Grafik Kadar Air Gabungan Filter
Grafik Porositas Gabungan Filter 21
28 29
32
32 35
37 39
41 43
45 47
49 51
53 54
56 58
59 61
Universitas Sumatera Utara
19
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
J u d u l Halaman
A B
C
D E
F Data Hasil Perhitungan
Gambar Alat Dan Bahan Surat Keterangan Dari Kepala Laboratorium
Fisika Unimed Dan Hasil SEM Hasil Uji Air Sungai Tamiang
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Tentang Air Bersih
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492 Tahun 2010 Tentang Air Minum
L-1 L-2
L-3 L-4
L-5
L-6
Universitas Sumatera Utara
10
OPTIMALISASI GABUNGAN FILTER ARANG TEMPURUNG KELAPA, ZEOLIT, DAN PASIR KUARSA UNTUK
PENJERNIHAN AIR SUNGAI TAMIANG DENGAN ELEKTROKOAGULASI
ABSTRAK
Arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa merupakan material yang sering digunakan sebagai media adsorpsi terutama dalam penjernihan air. Pada
umumnya arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa masih mengandung pengotor-pengotor organik dan anorganik yang menutupi porinya, sehingga untuk
meningkatkan kemampuan daya serap harus dilakukan aktivasi terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh suhu aktivasi, terhadap daya serap,
kadar air dan porositas. Arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dengan suhu aktivasi optimum akan di modifikasi menjadi gabungan filter dalam
penjernihan air. Hasil penelitian menunjukkan suhu aktivasi optimum untuk arang tempurung kelapa 900
C dengan daya serap 74,8, kadar air 3,92 dan porositas sebesar 71,13. Untuk zeolit pada suhu 800
C dengan daya serap 65,8, kadar air 5,36 dan porositas 57,53. Sedangkan untuk pasir kuarsa pada suhu 1000
C dengan daya serap 45,5, kadar air 4,86 dan porositas 45,46. Gabungan filter
material yang optimum adalah modifikasi gabungan filter F
2
susunan sekat arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa dengan daya serap 65,73, kadar air
5,35 dan porositas 70,43. Gabungan filter F
2
ini selanjutnya akan digunakan dalam proses penjernihan air. Penjernihan air sungai selain dilakukan dengan
gabungan filter F
2
juga dilakukan dengan proses elektrokoagulasi yang kemudian di filter dengan gabungan filter F
2
. Hasil Pengujian beberapa parameter fisika fisika suhu, TDS, kekeruhan, warna, bau dan rasa, parameter kimia pH, logam
Fe dan Al dan parameter mikrobiologi bakteri E. Coli dan Colifrom menunjukkan bahwa penjernihan air denga proses elektrokoagulasi yang
kemudian di filter dengan filter F
2
telah memenuhi standar air bersih berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 dan memenuhi standar air minum berdasarkan
Permenkes RI No. 492 Tahun 2010. Kata Kunci
: arang tempurung kelapa, zeolit, pasir kuarsa, aktivasi, gabungan filter , penjernihan air
Universitas Sumatera Utara
11
OPTIMIZATION COMBINATION OF A COCONUT SHELL CHARCOAL FILTER, ZEOLITE AND QUARTZ SAND
FOR WATER PURIFICATION TAMIANG RIVER WITH ELEKTROCOAGULATION
ABSTRACT
Coconut shell charcoal, zeolite and quartz sand is a material that is often used as an adsorption media, especially in water purification. In general, coconut shell
charcoal, zeolite and quartz sand still contain organic impurities and inorganic pore cover, so as to increase the absorption capacity must be done prior
activation. This study aims to determine the effect of the activation temperature, the absorption, moisture content and porosity. Coconut shell charcoal, zeolite and
quartz sand with optimum activation temperature will be design as the water purification filters. The results showed optimum activation temperature to 900
C with coconut shell charcoal absorption 74.8, water content 3.92 and
amounted to 71.13 porosity. For zeolite at a temperature of 800 C with
absorption 65.8, water content 5.36 and 57.53 porosity. As for the quartz sand at a temperature of 1000
C with absorption 45.5, water content 4.86 and 45.46 porosity. Filter combined that optimum is the combined of the filter
F
2
bulkhead arrangement of coconut shell charcoal, zeolite and quartz sand with absorption 65.73, water content 5.35 and 70.43 porosity. Filter
combined F
2
will then be used in the water purification process. Purification of river water than is done with the combined of the filter F
2
is also done with the electrocoagulation process later in the filter combined with filter F
2
. Testing results of physics parameters temperature, TDS, turbidity, color, odor and
taste, chemical parameters pH, Fe and Al and microbiological parameters bacteria E. Coli and Colifrom showed that the water purification with
electrocoagulation process which is then filter using F2 filter have fulfilled clean water standards based Permenkes No.. 416 of 1990 and the drinking water
standards based Permenkes No.. 492 in 2010. Keywords
: coconut shell charcoal, zeolite, quartz sand, activation, filter design, Purification of water
Universitas Sumatera Utara
20
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air bersih tentunya sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Permasalahan air bersih memang permasalahan yang sangat kompleks untuk saat
ini, dengan padatnya daerah perkotaan, dan merambahnya perindustrian membuat air menjadi tercemar. Dimana sumber pencemaran air terjadi pada daerah industri
dan daerah yang padat penduduknya. Beberapa sumber pencemaran air antara lain : limbah pertanian, limbah industri dan limbah rumah tangga. Solusi yang dapat
menyelesaikan tentulah tidak bisa secara pragmatis. Perlu keseriusan dari semua pihak untuk melakukan perbaikan dalam hal air bersih. Namun, bukan berarti
tidak bisa melakukan apa-apa, setidaknya bisa mengatasi disekitar tempat tinggal dari hal yang kecil dan sederhana Fety Kumalasari Yogi S : 2011
Permasalahan yang dihadapi masyarakat di daerah pinggiran sungai Tamiang yang Terletak di Kabupaten Aceh Tamiang adalah ketersediaan air
bersih. Kendala itu terjadi karena pembagian air bersih oleh PDAM Tirta Peusada belum menjangkau keseluruh masyarakat yang bermukim dipinggiran sungai.
Akibatnya masyarakat daerah pinggiran sungai secara langsung menggunakan air sungai Tamiang yang telah berubah warna dan berbau untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Lingkungan Hidup Tamiang
sejak tanggal 5-8 Mei 2009 di delapan lokasi, ternyata kualitas air Sungai Tamiang menunjukkan kekeruhan yang sangat tinggi yaitu 124-176
Nephelometric Turbility Units NTU. Bahkan pada juni 2012 kekeruhan air sungai Tamiang mencapai 307 -672 NTU
Sementara pada kondisi hujan kekeruhannya mencapai 450 NTU, akibat pH atau kadar asam air yang tinggi,
tercemar juga berbau busuk akibat proses fermentasi limbah pabrik tersebut, http:www.suara-tamiang.com201207.
Universitas Sumatera Utara
21
Karena tingginya tingkat kekeruhan air sungai Tamiang, sehingga diduga air sungai tersebut tidak layak digunakan dilihat dari kekeruhan, warna, rasa dan
bau, temperature, kadar pH, kandungan logam seperti Fe, Al dan mikro organisme yang terkandung dalam air sungai yang sesuai dengan persyaratan air bersih
berdasarkan Permenkes RI Nomor 416 Tahun 1990 dan air minum berdasarkan Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010. Mengingat pentingnya kualitas air sungai
Tamiang, maka sangat perlu dilakukan penelitian terhadap kualitas air tersebut mengingat tidak sedikitnya penduduk sekitar sungai memakai air sungai tersebut
sebagai air
bersih dan
air minum.
Ada berbagai
metode dalam
pengolahanpenjernihan air, mulai dari yang berteknologi canggih dan berbiaya mahal contohnya : Reverse Osmosis, penukaran ion, sterilisasi ozon dan lainnya
dan teknologi sederhana serta berbiaya murah tanpa bahan kimia contohnya : metode tradisionil dengan menggunakan lapisan ijuk, pasir dan batu kerikil,
metode elektrokoagulasielektrolisa, dan karbon aktif. Salah satu cara penjernihan air adalah dengan cara adsorpsi, yaitu
peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat penyerap. Substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya disebut dengan
adsorbat, sedang kan media penyerap dalam disebut dengan adsorben. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penjernihan air adalah arang aktif atau
sering disebut karbon aktif. Selain arang aktif, bahan yang sering digunakan sebagai bahan penjernihan air adalah zeolit, pasir maupun ijuk. Arang aktif
memiliki daya serap yang tinggi, secara umum kemampuan adsorpsinya arang aktif terhadap iodium adalah 500-1200 mggr, yaitu tiap gram arang aktif mampu
menyerap iodium sebesar 500-1200 mg. Sedangkan sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga,
sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya.
Penelitian Rosita Idrus 2013, tentang pengaruh aktivasi terhadap kualitas karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa menunjukkan bahwa
karbon aktif yang mempunyai karakteristik terbaik adalah tempurung kelapa yang diaktivasi pada suhu 1000
C dengan kadar air 7,7 dan daya serap terhadap iod
Universitas Sumatera Utara
22
586,318 mgg dan menunjukkan hasil yang maksimal terhadap perubahan parameter fisik air. Penelitian Dian Kusuma Rini 2011 tentang optimasi aktivasi
zeolit alam untuk dehumidifikasi menunjukkan daya adsorpsi terbesar pada suhu temperature 400
C sebesar 9,05 . Penelitian oleh Hardini 2010, tentang media filter mangan zeolit dan karbon aktif dalam peningkatan kualitas air sumur
menjadi air bersih dapat menurunkan kadar logam Fe mencapai 93,52, Mn 97,14 dan zat organik 36. Penelitian Anis R 2009, tentang efesiensi filter
pasir-zeolit dan filter pasir-arang tempurung kelapa dalam rangkaian pengolahan air untuk mengurangi kandungan logam dan bakteri didalam air sebesar 97,47
dan 79,60. Penelitian Yani.M 2010 mengenai karakteristik kimia air sungai Tamiang dan pengolahan dengan zeolit-PAC sebagai sumber bersih dapat
menurunkan TDS sebesar 88,8 dan Fe 94,9 . Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa arang tempurung
kelapa, zeolit dan pasir kuarsa optimum dalam mereduksi kontaminan. Maka pada penelitian ini menggabungkan tiga jenis material yaitu arang tempurung
kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang diaktivasi secara fisika dan di gabungan untuk dijadikan filter dalam penjernihan air sungai. Arang tempurung kelapa,
zeolit dan pasir kuarsa dipilih karena dapat menurunkan warna, kekeruhan, kadar logam, pH, bahan organik dan bakteri sehingga dapat menjadi suatu alternatif
untuk mengabungan filter dalam menghasilkan air bersih yang parameternya memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari - hari dan sesuai dengan standar air berish dan air minum.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah dengan penggabungan tiga material arang tempurung kelapa,
zeolit dan pasir kuarsa akan menjadi media filter yang lebih baik. 2.
Pada suhu aktivasi berapa akan diperoleh media filter yang optimum.
Universitas Sumatera Utara
23
3. Pada susunan gabungan yang bagaimana diperoleh filter yang
menghasilkan air bersih yang optimum sesuai persyaratan air bersih berdasarkan Permenkes RI No. 492MENKESPERIV2010 tentang
persyaratan kualitas
air minum
dan Permenkes
RI No.416MENKESPERIX1990 tentang persyaratan kualitas air bersih.
1.3. Batasan Masalah
1. Material yang digabungkan adalah arang tempurung kelapa, zeolit dan
pasir kuarsa 2.
Model filter campuran dengan disusun dengan kombinasi arang tempurung kelapa
– zeolit – pasir kuarsa, zeolit- arang tempurung kelapa- pasir kuarsa, pasir kuarsa- zeolit- arang tempurung kelapa dan
yang dicampur arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa menjadi satu.
3. Variasi Suhu aktivasi untuk material arang tempurung kelapa, zeolit dan
pasir aktif pada suhu 600, 700, 800, 900 dan 1000 C
4. Parameter yang diuji untuk material arang tempurung kelapa, zeolit dan
pasir kuarsa adalah daya serap, kadar air, porositas dan luas permukaan. 5.
Media filter gabungan yang sudah digabungan diaplikasikan untuk penjernihan air sungai.
6. Ada dua perlakuan dalam proses penjernihan air sungai yaitu :
penjernihan air sungai dengan media filter optimum dan penjernihan air sungai dengan metode elektrokoagulasi yang kemudian di filter dengan
media filter optimum. 7.
Parameter yang diuji pada penjernihan air adalah Suhu, TDS, warna kekeruhan, bau, rasa, pH, Fe, Al, E.coli dan Colifrom.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui suhu aktivasi optimum dari material arang tempurung kelapa, zeolit dan pasir kuarsa.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Mendapatkan gabungan gabungan tiga material arang tempurung
kelapa, zeolit dan pasir kuarsa yang mempunyai daya serap, kadar air dan porositas yang optimum.
3. Mengaplikasikan media filter gabungan untuk penjernihan air sungai
Tamiang didaerah Kabupaten Aceh Tamiang.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Tersedianya filter air dengan modifikasi yang baru yang lebih murah,
simpel dalam penggunaan dan portable yang dihasilkan dari gabungan arang tempurung kelapa , zeolit dan pasir kuarsa dapat digunakan
sebagai media filter pada proses penjernihan air sungai. 2.
Memberi pengetahuan terhadap masyarakat tentang proses penjernihan air sungai Tamiang sehingga layak untuk dikonsumsi dengan
menggunakan teknologi tepat guna yang sederhana.
Universitas Sumatera Utara
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Umum Sungai Tamiang
Sungai Tamiang yang bersimpang dua yakni sungai simpang kanan dan sungai simpang kiri terletak di Kabupaten Aceh Tamiang dengan panjang 324.50
km, selain sebagai sarana transportasi masyarakat yang bermukim disepanjang pinggiran sungai Tamiang juga menggunakan air sungai untuk keperluan sehari
– hari. Penggunaan air sungai secara langsung oleh penduduk pinggiran sungai
adalah dampak dari belum terjangkaunya suplai air PDAM Tirta Peusada. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Lingkungan Hidup Tamiang sejak tanggal
5-8 Mei 2009 di delapan lokasi, ternyata kualitas air sungai Tamiang menunjukkan kekeruhan yang sangat tinggi yaitu 124-176 Nephelometric
Turbility Units NTU. Bahkan pada Juni 2012 kekeruhan air sungai Tamiang mencapai 307 -672 NTU
Sementara pada kondisi hujan kekeruhannya mencapai 450 NTU.
http:www.suara-tamiang.com201207. Berdasarkan
keputusan Menkes Nomor 492MENKESPERIV2010 bahwa standar kekeruhan air yang layak untuk digunakan adalah 5 NTU. Namun
demikian walaupun air sungai Tamiang belum layak untuk digunakan, masyarakat disepanjang sungai tetap menggunakan air sungai untuk keperluan sehari
– hari. Untuk mengatasi permasalahan diatas perlu adanya swadaya kepada masyarakat
pengguna air sungai Tamiang tentang alternatif pengolahan air sungai secara sederhana sehingga layak untuk digunakan.
2.2 Pencemaran Air Sungai
Defenisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang Lingkungan Hidup yaitu UU No. 231997. Dalam
PP No. 201990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Pencemaran air didefenisikan sebagai: “ Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
Universitas Sumatera Utara
26
manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” Pasal 1, angka 1.
2.2.1 Pencemaran Air Sungai Tamiang
Sejumlah sungai di wilayah Tamiang tercemar, terutama karena limbah pabrik kelapa sawit PKS yang berada di daerah tersebut. Sebagian besar
masyarakat yang bermukim disepanjang sungai itu, masih mengkonsumsi air sungai
http:www.rakyataceh.com . Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Bapedal Aceh mengklaim sungai Tamiang sangat tinggi pencemarannya dibanding sungai lainnya di Aceh akibat banyaknya limbah industri dibuang ke
sungai tersebut. Kepala Bapedal Aceh Husaini Syamaun menyatakan sungai Tamiang tercemar bakteri e-coli karena aktivitas masyarakat yang tidak sehat,
disepanjang sungai terdapat jamban tempat membuang kotoran manusia. Bakteri e-coli ini berkembang biak dari kotoran manusia
http:www.suara- tamiang.com2011
.
2.2.2 Indikator Pencemaran Air
Indikator bahwa air sudah tercemar adalah adanya beberapa perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui : Fety Kumalasari Yogi Satoto, 2011:
1. Adanya perubahan suhu. Dimana suhu air yang baik adalah suhu kamar
. 2.
Adanya perubahan Ph 3.
Adanya perubahan warna, bau dan rasa asin. 4.
Adanya indikator alami seperti banyak ditemukannya ikan dan tumbuhan air yang mati.
5. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan dan lain sebagainya.
2.3 Disain Filter
Pokok-pokok bagian yang perlu dikakukan dalam perencanaan proses filtrasi yaitu : Jannati, Deby dan Shona Mazia. 2009
Universitas Sumatera Utara
27
1. Ukuran dan kedalaman media penyaring
Media penyaring yang digunakan adalah bak filter. Bak ini merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah dan ukuran bak tergantung
debit pengolahan minimum menggunakan dua bak. 2.
Media filter. Media filter adalah bahan berbutirgranular yang mempunyai pori-pori.
Air mengalir diantara pori-pori dan butiran maka terjadilah proses penyaringan disini. Media dapat tersusun oleh satu macam bahansingle
media, dua macam dual media, atau banyak media multi media. Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi :
a. Seragam uniform
b. Gradasi stratified
c. Tercampur mixed
3. Under Drain
Under dain merupakan bahan sistem pengaliran air yang telah melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Fungsi under drain :
a. Untuk mengalirkan air hasil penyaringan air bersih dan dialirkan ke
clear well. b.
Untuk mendistribusikan air keperluan back wash merata keseluruh media pasir.
2.4 Proses Filtrasi
Filtrasi dalam sistem pengolahan air bersih minum adalah proses penghilangan partikel-partikel flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi,
dimana partikel-partikel flok-flok tersebut akan tertahan pada media penyaring selama air melewati media tersebut. Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan
penurunan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau dan logam yang terkandung didalam air, sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi standar
kualitas air minum Asmadi,2011. Proses adsorbsi dipadukan dengan proses elektrokuagulasi merupakan
proses pengolahan air secara fisika untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat
Universitas Sumatera Utara
28
penggunaan. Adsorbsi merupakan fenomena fisika di mana molekul-molekul bahan yang diadsorbsi tertarik pada permukaan bidang padat yang bertindak
sebagai adsorban Schnitzer , 1992 . Dengan demikian jelas bahwa adsorbsi merupakan fenomena bidang batas, yang efisiensinya makin tinggi apabila
luas bidang permukaan adsorban makin besar. Pada proses filtrasi material- material yang dapat digunakan sebagai filter dalam penjernihan air antara lain :
karbon aktif, zeolit, ijuk, pasir silica, dan keramik.
2.4.1 Karbon Aktif
Salah satu media penyaringan adalah Karbon aktif. Karbon aktif adalah material yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara,
kulit kelapa. Dengan pengolahan tertentu dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang besar. Untuk proses pengolahan air bersih air
minum sering dipakai karbon aktif dalam bentuk biasa dikenal dengan “GAC granular activated carbon filter “, atau bubuk yang berperan sebagai penyerap
adsorben, dimana karbon aktif mempunyai daya adsorpsi yang tinggi. Selain itu karbon aktif dimanfaatkan sebagai media filter pada filter media tunggal atau
filter media ganda Asmadi,2011 Permukaan dalam partikel karbon aktif yang luas sering dimanfaatkan
sebagai media penahan mikroorganisme didalam filter yang bekerja secara biologi. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorpsinya selektif melakukan pemilihan, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu
25-1000 terhadap berat arang aktif. Dalam hal ini, kita menggunakan arang aktif sebagai bahan penghilang warna keruh, bau tak sedap, dan resin pada air dalam
rumah tangga Fety Kumalasari, 2011 Berdasarkan bentuknya, karbon aktif dapat dibedakan dalam empat golongan
yaitu Mifbakhuddin, 2010 : 1.
Karbon aktif serbuk powdered activated carbon berbentuk serbuk dengan ukuran partikel kurang dari 0,8 mm.
Universitas Sumatera Utara
29
2. Karbon aktif granular granular activated carbon, memiliki partikel –
partikel yang tidak rata dengan ukuran 0,2 – 0,5 mm.
3. Karbon aktif pelet pelleted activated carbon, berbentuk silinder dengan
ukuran diameter 0,8 – 5,0 mm. Karbon aktif ini umumnya digunakan untuk
aplikasi dalam fasa gas karena memiliki kandungan debu yang rendah, tetesan bertekanan rendah tapi memiliki kekuatan mekanis yang tinggi.
4. Karbon aktif terlapisi polimer polimers coated carbon, merupakan pori –
pori karbon yang dapat dilapisi dengan biopolimer yang mungkin untuk menghasilkan suatu karbon yang berguna untuk hemoperfusi yaitu suatu
teknik treatmen di mana ke dalam darah pasien ditekan dengan senyawa adsorben untuk mengeluarkan senyawa toksik dari dalam darah.
Berdasarkan pori – porinya, karbon aktif dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu Micro-pores diameter kurang dari 2 nm, Meso-pores diameter antara 2 –
25 nm dan Macro-pores diameter diatas 25 nm. Karbon tempurung kelapa umumnya terdiri dari micro-pores dan meso-pores dan karena distribusi pori
tersebut, karbon tempurung kelapa banyak digunakan di pembersihan fase gas dan pemurnian air.Ario AB, 2008.
Berbagai versi standar kualitas karbon aktif telah dibuat oleh negara maju seperti Amerika, Inggris, Korea, Jepang dan Jerman. Indonesia telah membuat
pula standar mutu karbon aktif menurut Standar Industri Indonesia yaitu SII 0258
– 79 yang kemudian direvisi menjadi SNI 06 - 3730 – 1995. Meskipun demikian, beberapa industri atau instansi membuat persyaratan sendiri dalam menerima
kualitas karbon aktif yang ditawarkan, misalnya persyaratan kualitas menurut Kementerian Kesehatan, persyaratan kualitas bagi pengolahan minyak bekas,
untuk industri gula, monosodium glutamat, dan lain-lain. Berikut ini disajikan beberapa persyaratan kualitas yang dikemukakan tadi.
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 2.1 Syarat Mutu Arang Aktif Berdasarkan SII – 0258 – 79
Uraian Persyaratan Kualitas
Bagian yang hilang pada pemanasan 950
o
C Air
Abu Bagian yang tidak diperarang
Daya serap terhadap larutan I
2
Maks. 15 Maks. 10
Maks. 2,5 Tidak ternyata
Min. 20 Sumber :Standar Kualitas Arang Aktif Menurut SII. 0258-79. Departemen
Perindustrian. Jakarta, 1979.
Tabel 2.2 Standar Kualitas Arang Aktif Teknis SNI no. 06 -3730 -1995 No
Uraian Satuan
Pesyaratan Butiran
Serbuk
Bagian yang hilang pada pemanasan 950
o
C Air
Abu Bagian tidak mengarang
Daya serap terhadap I
2
Karbon aktif murni Daya serap terhadap benzena
Daya serap terhadap biru metilen Berat jenis curah
Lolos mesh 325 Jarak mesh
Kekerasan -
mgg
mgg gml
Maks. 15 Maks. 4,5
Maks. 25 Min. 750
Min. 80 Min. 25
Min. 60
0,45 – 0,55
- 90
90 Maks. 25
Maks. 15 Maks. 10
Min. 750 Min. 65
- Min. 120
0,3 – 0,35
Min. 90 -
- Sumber : Arang Aktif Teknis SNI 06-3730-1995. Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta, 1995
2.4.2 Zeolit
Nama zeolit berasal dari kata “zein” yang berarti mendidih dan “lithos” yang artinya batuan, disebut demikian karena mineral ini mempunyai sifat
mendidih atau mengembang apabila dipanaskan. Hal ini menggambarkan perilaku mineral ini yang dengan cepat melepaskan air bila dipanaskan sehingga kelihatan
seolah-olah mendidih. Zeolit merupakan kristal berongga yang terbentuk oleh jaringan silica alumina tetrahedral tiga dimensi dan mempunyai struktur yang
Universitas Sumatera Utara
31
relatif teratur dengan rongga yang didalamnya terisi oleh logam alkali atau alkali tanah sebagai penyeimbang muatannya. Rongga-rongga tersebut merupakan suatu
sistem saluran yang didalamnya terisi oleh molekul air Ismaryata, 1999. Zeolit alam mempunyai beberapa sifat diantaranya dehidrasi, adsorbsi,
penukaran ion, katalisator dan separator adamson, 1990. Proses dehidrasi menyebabkan zeolit mempunyai struktur pori yang sangat terbuka, dan
mempunyai luas permukaan internal yang luas sehingga mampu mengadsorpsi sejumlah besar substansi selain air dan mampu memisahkan molekul zat
berdasarkan ukuran molekul dan kepolarannya. Sebelum digunakan sebagai adsorben, zeolit harus diaktifkan terlebih dahulu agar jumlah pori-pori yang
terbuka lebih banyak sehingga luas permukaan pori-pori bertambah. Proses aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisis dan kimiawi John
Henry, 1998. Aktivasi fisik dengan pemanasan memiliki temperature maksimal, tetapi temperature tersebut masih tergantung dari tipe zeolit itu sendiri. Untuk tipe
zeolit yang paling rendah yang memiliki rasio SiAl-nya, dan biasa termasuk zeolit alam, rata-rata memiliki temperature maksimal 600
C. Bila dipanaskan lebih dari temperature maksimalnya maka akan merusak struktur zeolit itu sendiri.
Dengan rusaknya struktur di dalam Kristal zeolit akan mengakibatkan berkurangnya ruang-ruang hampa udara di dalam zeolit dan akhirnya akan
mengurangi daya adsorpsi zeolit Arnelli, 1999 .
2.4.3 Pasir Kuarsa
Pasir Kuarsa dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan feldsfar. Pasir kuarsa
mempunyai komposisi gabungan dari SiO
2
, Al
2
O
3
, CaO, Fe
2
O
3
, TiO
2
,CaO, MgO,dan K
2
O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya.
Fungsi pasir kuarsa atau biasa disebut pasir silica adalah untuk menghilangkan kandungan lumpur atau tanah, kandungan Fe dan bakteri pada air
minum atau air tanah atau air PDAM.
Universitas Sumatera Utara
32
2.4.4 Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan
ensiklopedi tahun 1950-an mendefenisikan keramaik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti
gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua
bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. Keramik merupakan salah satu bagian dari membran padat yang memiliki
pori-pori yang kecil, ukuran diameter lubang penyaring pori-pori dari membran keramik yaitu bekisar dari 0,01 µm sampai 10 µm. Namun, ukuran pori ini masih
terlalu besar untuk ukuran asam humat yang terdapat dalam air Alif, 2010.
2.5. Pembuatan Karbon Aktif 2.5.1 Metode Tradisional
Pembuatan karbon aktif dengan metode tradisional sangat sederhana yaitu dengan menggunakan drum atau lubang bawah tanah dengan cara pengolahan
sebagai berikut. Bahan yang hendak dibakar dimasukkan ke dalam drum yang terbuat dari pelat besi atau lubang yang yang telah disiapkan, kemudian
dinyalakan sehingga terbakar. Pada saat pembakaran drum atau lubang ditutup sehingga hanya ventilasi yang dibiarkan terbuka, untuk sebagai jalan keluarnya
asap, ketika asap yang keluar sudah berwarna kebiru-biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan selama lebih kurang 12 jam. Setelah itu dengan hati-hati tutup drum
dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala jika masih ada tutup derum ditutup kembali, tidak dibenarkan menggunakan air untuk mematikan bara
yang sedang menyala karena dapat menurunkan kualitas karbon yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994.
Pembuatan karbon aktif dengan metode ini biasanya menghasilkan keaktifan yang rendah bahkan dibawah keaktifan menurut standar industri
Universitas Sumatera Utara
33
Indonesia SII, hal ini disebabkan proses pembentukan karbon aktif tidak memungkinkan terbentuknya pori-pori dengan baik. Pada saat pembakaran,
residu-residu yang ada pada bahan dasar berupa senyawa-senyawa hidrokarbon ikut terbakar tetapi masih ada tersisa dan tetap masih melekat pada karbon
tersebut, residu yang terbakar ini menutupi pori-pori karbon sehingga menurunkan kualitasnya Sudrajat, 1993.
2.5.2 Metode yang diperbaharui
Metode pembuatan karbon aktif yang diperbaharui dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pengarangan karbonisasi dan tahap pengaktifan aktivasi,
dalam metode ini bahan baku dipanaskan dengan jumlah udara seminimal mungkin agar rendemen yang dihasilkan cukup besar. Hasil yang diperoleh
dengan metode ini berupa karbon yang memberi keaktifan dan rendemen yang cukup besar. Pada proses pengaktifan terjadi pemecahan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul pada permukaan karbon sehingga pori-pori atau 1uas permukaan menjadi lebih besar.Metode pengaktifan yang umum digunakan
dalam pembuatan karbon aktif ada dua cara, yaitu pengaktifan secara kimia dan pengaktifan secara fisika Sembiring, 2003.
Cheremisinoff dan A. C. Moressi 1978 mengemukakan secara umum dan sederhana proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Dehidrasi yaitu proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan
sampai temperatur 170 ºC. 2.
Karbonisasi yaitu pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu di atas 170 ºC akan menghasilkan CO, CO2
3. Aktivasi yaitu dekomposisi ter dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan
dengan uap atau CO dan asam asetat. Pada suhu 275 ºC, dekomposisi menghasilkan ter, methanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon
terjadi pada temperatur 400-600 ºC sebagai aktivator. Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan
baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara
Universitas Sumatera Utara
34
memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas
permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorbsi. Metode aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif
adalah : 1.
Aktivasi kimia Aktivasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik
dengan pemakaian bahan-bahan kimia. Aktifator yang digunakan adalah bahan-bahan kimia seperti hidroksida logam alkali, garam-garam karbonat,
klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl
2
, asam-asam anorganik seperti H
2
SO
4
dan H
3
PO
4
. 2.
Aktivasi Fisika Aktivasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik
dengan bantuan panas, uap dan CO
2
. Umumnya arang dipanaskan di dalam tanur pada temperatur 800-900 ºC. Oksidasi dengan udara pada temperatur
rendah merupakan reaksi isotherm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO
2
pada temperatur tinggi merupakan reaksi endoterm sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum
digunakan.
2.5.3 Analisis Material
Analisis material dilakukan terhadap daya serap, kadar air dan porositas 1.
Daya Serap Persentase berat air yang mampu diserap filter campuran dan serat di
dalam air disebut daya serapan air. Pengujian daya serap ini telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel yang ada. Pengujian daya serap ini mengacu
pada ASTM C-20-00-2005. Pengujian daya serap air Water absorbtion dilakukan pada masing-masing sampel pengeringan. Lama perendaman dalam air
adalah selama 24 jam dalam suhu kamar. Massa awal sebelum dan sesudah
Universitas Sumatera Utara
35
direndam diukur. Untuk mendapatan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana : M
b
= Massa sampel dalam keadaan basah gr M
k
= Massa sampel dalam keadaan kering gr
2. Kadar Air
Banyaknya air yang terkandung dalam filter campuran dan serat disebut Kadar Air KA.
Kadar air bahan ditentukan dengan cara pengeringan di dalam oven, sebanyak 5 gram contoh yang telah dihaluskan ditimbang dengan teliti dan
ditempatkan dalam cawan aluminium yang telah diketahui massanya, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C selama 3 jam sampai bobot konstan, selanjutnya contoh didinginkan dalam eksikator selama 15 menit sebelum
ditimbang massanya. Kadar air dihitung berdasarkan persamaan: 2.2
a = sampel awal gram b = sampel hasil penyusutan gram
3. Porositas
Pengujian porositas, dilakukan berdasarkan standar ASTM 20-80a sebagai berikut :
Untuk pengujian porositas, sampel ditimbang dengan neraca dan menghasilkan massa kering, lalu direndam dalam air selama 24 jam, kemudian
diangkat dari dalam air untuk memperoleh massa basah. Kemudian dikeringkan dan dihitung volume totalnya. Perhitungan porositas dilakukan dengan persamaan
Universitas Sumatera Utara
36
m
s
= massa sampel basah diudara massa cawan dan sampel basah dikurangi dengan massa cawan kosong.
m
d
= massa sampel kering diudara m
i
= massa didalam zat cair yaitu massa cawan dan sampel penuh air dikurangi massa cawan dan air.
4. Analisis SEM
Untuk pengamatan struktur mikro dengan SEM sebagai berikut, sampel arang tempurung kelapa, zeolit maupun pasir kuarsa yang tanpa aktivasi maupun
diaktivasi yang telah dibersihkan dan kering masing-masing ditempelkan pada pemegang sampel sampel holder dengan perekat dua muka dilanjutkan dengan
pelapisan tipis dalam mesin pelapis tipis sputter. Kemudian dilakukan pengamtan struktur mikro dengan SEM pada 20 kV dan perbesaran 10.000 X.
2.6 Faktor-faktor Fisika dan Kimia yang Mempengaruhi Air.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air diantara lain : 1. Temperatur
Temperatur air merupakan pembatas utama pada suatu perairan karena organism akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit terhadap
perubahan- perubahan temperature. Menurut hokum Vant’s Hoffs,
kenaikan tempertaur sebesar 10 C akan menaikkan metabolisme 2-3 kali
lipat. Akibat meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat. Dengan naiknya temperature akan menyebabkan
kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang Barus, 1996.
2. pH
Salah satu pengukuran yang sangat penting dalam berbagai cairan proses industri, farmasi, manufaktur, produksi makanan dan sebagainya adalah
pH, yaitu pengukuran ion hidrogen dalam suatu larutan. Larutan dengan harga pH rendah dinamakan ”asam” sedangkan yang harga pH-nya tinggi
dinamakan ”basa”. Skala pH terentang dari 0 asam kuat sampai 14 basa
Universitas Sumatera Utara
37
kuat dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni netral Barus, 1996.
3. Warna
Secara estetika warna dalam air minum dapat mengganggu. Penyebab air berwarna ini biasanya disebabkan oleh kandungan zat organik sehingga
membuat air menjadi berwarna. Selain itu kemungkinan zat organik atau kekeruhan penyebab air berwarna dapat berupa senyawa yang dapat
membahayakan kesehatan para pemakainya. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada
air rawa berwarna kuning, air buangan dari pabrik, selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain .
4. Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU Nephelo
Metrix Turbidity Unit atau JTU Jackson Turbidity Unit atau FTU Formazin Turbidity Unit, kekeruhan ini disebabkan oleh adanya
benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu
sendiri Barus, 1996. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh
menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
5. Rasa dan Bau
Air minum biasanya tidak memberi rasatawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Rasa logamamis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa tersebut Sastrawijaya,
2000.
6. Padatan Terlarut Total TDS