minggunya. Selanjutnya, pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu
yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50 dari sebelum dipijat Roesli, 2008.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, didapatkan informasi bahwa siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 memiliki kesulitan dalam pelajaran
matematika. Hal ini disebabkan kelemahan siswa dalam berkonsentrasi saat guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru tersebut mengatakan bahwa saat belajar
terdapat beberapa anak yang tidak tenang sehingga mengganggu teman yang lain. Siswa tersebut memiliki karakter dan gaya belajar yang berbeda serta kemampuan
yang berbeda pula. Ketika mendapat giliran untuk menjawab soal di depan kelas, sebagian besar siswa dapat menyelesaikan dengan benar. Namun ketika diberi
tugas tulis di kelas sering mereka menyelesaikan dengan terburu-buru sehingga hasilnya kurang memuaskan. Guru mengatakan bahwa hal ini dikarenakan
kemampuan siswa dalam berkonsentrasi kurang baik, mereka mudah teralihkan oleh faktor-faktor lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti “Efektivitas terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka pertanyaan yang dapat dirumuskan adalah apakah terapi pijat dapat meningkatkan konsentrasi
belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.
Universitas Sumatera Utara
3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi efektifitas terapi pijat dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD
Negeri 067246 Medan.
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1. Mengidentifikasi karakteristik siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan
3.2.2. Mengidentifikasi konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan setelah dilakukan terapi pijat berdasarkan hasil
observasi belajar matematika. 3.2.3. Mengidentifikasi konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No.
060894 Medan sebelum dan setelah dilakukan terapi pijat berdasarkan nilai matematika.
3.2.4. Mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap konsentrasi belajar siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan berdasarkan nilai
matematika.
Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat Penelitian
a. Anak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dan membantu siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan dalam
meningkatkan konsentrasi belajar dengan cara yang efektif.
b. Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan atau informasi bagi orang tua dalam mengatasi masalah konsentrasi belajar
pada anak.
c. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan keperawatan khususnya keperawatan anak dalam hal memberikan
penyuluhan terhadap masyarakat tentang terapi pijat sebagai salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam mengatasi kesulitan berkonsentrasi
saat belajar.
d. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya masalah belajar pada
anak.
Universitas Sumatera Utara
e. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan penelitian keperawatan khususnya keperawatan anak dengan menjadi
sumber data atau informasi dan juga sumber inspirasi untuk melakukan penelitian yang sejenis dan berhubungan dengan terapi pijat pada anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. ANAK 1.1. Pengertian Anak
Anak menurut WHO berada pada rentang usia 0 – 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut American of Pediatric tahun 1998 batasan usia
anak yaitu mulai dari fetus janin hingga usia 21 tahun. Periode usia perkembangan anak adalah periode pranatal konsepsi
hingga kelahiran, masa bayi lahir sampai 1 tahun, masa kanak-kanak awal 1 sampai 6 tahun, masa kanak-kanak pertengahan 6 sampai 11 atau 12 tahun
dan periode kanak-kanak akhir 11 sampai 19 tahun Wong, 2009.
1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri Jahja, 2011. Menurut Depkes RI,
pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dan alat tubuh. Pertumbuhan kuantitatif yang dimaksud adalah tidak hanya besar secara fisik saja, akan tetapi organ-organ
dalam tubuh anak pun berubah mengikuti pertumbuhannya, misalnya ukuran dan struktur otak yang semakin meningkat sehingga menyebabkan anak
mampu untuk belajar, mengingat dan berpikir. Perkembangan berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menunjukkan bahwa terjadi
perubahan yang terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Sedangkan teratur dan koheren menandakan adanya hubungan nyata antara
perubahan yang sebelum dan sesudahnya Jahja, 2011. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, dan kemudian emosional Hidayat, 2005. Dalam hal ini, lebih di tekankan pada
perkembangan anak usia sekolah.
1.2.1. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah
Perkembangan fisik pada anak usia sekolah mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan masa anak-anak awal Slavin, 2011. Antara usia 6
sampai 12 tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan
bertambah hampir dua kali lipat, yaitu 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg;
tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg Wong, 2009.
Anak-anak yang memasuki sekolah dasar telah mengembangkan banyak kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk
menyeimbangkan badan, berlari melompat dan melempar Slavin, 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.2.2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah
Perkembangan kofnitif pada anak usia sekolah berada pada tahap operasional konkret. Operasi konkret berarti tindakan mental dapat dibalikkan
yang berkaitan dengan objek konkret yang nyata Santrock, 2008. Pada masa sekolah dasar, kemampuan kognisi anak mengalami
perubahan yang signifikan. Anak dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan objek dan
situasi yang sudah tidak asing lagi. Selain itu anak mampu mengurutkan seriation, memiliki kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan secara
logis dan menarik kesimpulan dari hubungan tersebut transitivitas dan kemampuan dalam melakukan operasi hitung Slavin, 2011.
Anak yang melalui tahap perkembangan dengan baik akan mempertahankan karakteristik tahap sebelumnya sementara perilaku kognisi
tahap yang lebih tinggi berkembang. Selain memasuki tahap operasi konkret,
anak-anak usia sekolah dasar dengan pesat mengembangkan kemampuan daya ingat dan kognisi, termasuk kemampuan meta kognisi, yaitu kemampuan
memikirkan pemikiran sendiri dan memelajari cara belajar Slavin, 2011. Pemikiran egosentris yang kaku pada tahun-tahun prasekolah digantikan
dengan proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain Wong, 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.2.3. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah
Anak-anak yang memasuki usia sekolah dasar telah mengembangkan kemampuan pemikiran, tindakan, dan pengaruh sosial yang lebih rumit. Masa
sekolah dasar awal biasanya akan dihabiskan untuk melewati tahap keempat Erikson 1963, kemegahan versus inferioritas. Anak yang diperkirakan telah
mengembangkan kepercayaan selama masa bayi, otonomi selama tahun-tahun pertama, dan inisiatif selama masa prasekolah, pengalaman anak itu di sekolah
dasar dapat memberi andil bagi rasa kemegahan dan pencapaiannya. Anak pada tahap ini menganggap dan membuktikan bahwa mereka “tumbuh
dewasa”, hal ini yang kemudian digambarkan sebagai tahap saya-dapat-
melakukannya-sendiri Slavin, 2011.
Anak-anak dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk tugas-tugas yang mereka pilih dan mereka sering merasa senang menyelesaikan proyek
apabila ketika kekuatan konsentrasi mereka tumbuh. Menurut Mc Hale, et al. 2003 dalam Slavin 2011, tahap ini juga meliputi pertumbuhan tindakan
mandiri, kerja sama dengan kelompok, dan tampil dengan cara yang dapat diterima secara sosial dengan perhatian pada tindakan yang adil.
Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak
dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka Wong, 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.2.4. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah
Kohlberg menyatakan bahwa pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui
tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral Wong, 2009. Anak usia sekolah lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan
nilai dibandingkan akibat yang dihasilkan. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat otoriter dan mutlak, namun lebih banyak diisi dengan kebutuhan dan
keinginan orang lain. Oleh karena itu anak pada usia ini mampu memahami dan menerima konsep sebagaimana ingin diperlakukan demikian juga
seharusnya memperlakukan orang lain Wong, 2009.
2. BELAJAR 2.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang
lahat Siregar, 2010. Menurut Dimyati 2006, belajar dialami sebagai suatu proses dimana
siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah
terhimpun dari buku-buku pelajaran.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Masalah - Masalah Dalam Belajar
Masalah–masalah dalam belajar terdiri dari masalah belajar internal dan masalah belajar eksternal. Masalah belajar internal yaitu masalah yang dialami
siswa berasal dari diri sendiri dan berpengaruh terhadap proses belajar. Masalah belajar internal terdiri dari : sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi dan unjuk hasil
belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Sedangkan masalah eksternal dalam belajar
merupakan masalah yang berasal dari lingkungan siswa yang terdiri dari : guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan
penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan kurikulum sekolah Dimyati, 2006.
3. KONSENTRASI BELAJAR 3.1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan salah satu masalah internal yang dialami oleh siswa dalam proses belajar. Konsentrasi belajar berarti kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya Dimyati, 2006.
Konsentrasi belajar menurut Sumartno 2004 dalam Rachman 2010, merupakan perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.
Konsentrasi belajar dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang penting dimiliki dalam kegiatan belajar, dimana individu dapat memusatkan perhatian
dan pikirannya terhadap setiap pelaksanaan pembelajaran dengan baik sehingga mampu mengerti setiap materi yang diberikan.
3.2. Indikator Konsentrasi Belajar
Kemampuan setiap siswa dalam memusatkan perhatian terhadap materi yang diberikan tidaklah sama, sehingga untuk melihat apakah siswa
konsentrasi atau tidak diperlukan adanya alat ukur. Indikator konsentrasi belajar merupakan alat untuk mengukur perilaku sebagai respon dari proses
pembelajaran, serta kemudian digunakan untuk membimbing penerapan berbagai perbaikan dan perubahan yang diperlukan.
Menurut Super dan Crites yang dikutip oleh Kartono 1986 dalam Rachman 2010, bahwa cara untuk mengukur konsentrasi belajar adalah
memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan guru; dapat merespon dan memahami materi pelajaran yang diberikan; selalu bersikap aktif
dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan guru; menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang
diberikan guru serta kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Menurut Olivia 2010, pada saat konsentrasi terjadi proses pengenalan dan informasi yaitu memasukkan, menyimpan dan memanggil kembali
informasi. Proses tersebut tidak dapat berjalan dengan baik jika seorang anak tidak dapat berkonsentrasi. Konsentrasi biasanya terganggu jika pikiran
bercabang. Misalnya ketika anak mengerjakan tugas dirumah dan kemudian tergoda untuk menonton televisi. Hal ini bisa menyebabkan pikiran bercabang
karena dua atau lebih hal yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang bisa berkonsentrasi dengan optimal jika dapat menekan semua keinginan yang tidak
berhubungan atau bertentangan dengan belajar. Faktor-faktor penyebab gangguan konsentrasi terdiri dari dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri sediri, misalnya minat belajar rendah mata pelajaran dianggap tidak menarik, perencanaan jadwal
belajar yang buruk dan kesehatan yang sedang menurun. Faktor eksternal berupa suasana belajar, perlengkapan, penerangan ruangan, suara dan adanya
gambar-gambar yang mengganggu perhatian Olivia, 2010.
4. TERAPI PIJAT 4.1. Pengertian Terapi Pijat
Pijat adalah salah satu teknik tertua yang dipakai manusia untuk meningkatkan kesehatan. Terdapat bukti-bukti tertulis tentang pijat dari
berbagai kebudayaan kuno termasuk Mesir, Yunani, Romawi, India, dan Jepang. Pada awal tahun 1800-an seorang Swedia bernama Per Hendrik Ling
Universitas Sumatera Utara
1776-1839 mengembangkan teori pijat yang menggabungkan teknik-teknik dari Cina, Mesir, Yunani, dan Romawi. Ia membuka sekolah pijat pertama di
Stockholm, itulah sebabnya pijat sering dihubungkan dengan pijat Swedia Aslani, 2003.
Menurut Kozier 2010, pijat merupakan tindakan kenyamanan yang dapat membantu relaksasi, menurunkan ketegangan otot, dan dapat
meringankan ansietas karena kontak fisik yang menyampaikan perhatian. Menurut Sinha 2001 pijat adalah manipulasi ilmiah pada gerakan jaringan
lunak tubuh dengan menggunakan tangan dan atau jari-jari. Pijat dapat diartikan juga sebagai tindakan manual secara sistemik pada jaringan lunak
tubuh dengan pergerakan seperti menggosok, meremas, menekan, memutar, menampar dan menepuk untuk tujuan terapeutik seperti melancarkan sirkulasi
darah dan limfe, relaksasi otot, mengurangi nyeri, perbaikan keseimbangan metabolisme, dan kegunaan lainnya baik fisik dan mental Beck, 2010.
4.2. Manfaat Terapi Pijat 4.2.1. Manfaat pijat secara umum
Terapi pijat memiliki beberapa manfaat. Menurut Andy 2011, manfaat terapi pijat yaitu memiliki efek biokimia yang positif seperti
menurunkan kadar hormon stress catecholamine, meningkatkan kadar serotonin, memberikan efek klinis seperti meningkatkan jumlah dan
sitotoksisitas dari sistem imunitas sel pembunuh alami, mengubah gel otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah darah dan pernafasan,
Universitas Sumatera Utara
merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, mengurangi depresi
dan ketegangan, membuat tidur lelap, meningkatkan kesiagaan, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik sakit perut,
meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah, mencerahkan kulit, meredakan rasa nyeri, mengatasi migrain, mempercepat pemulihan
setelah sakit, memperbaiki fungsi saraf, meningkatkan sistem pertahanan tubuh, mengendurkan otot kaku, meredakan stress, serta memberikan
efek relaksasi. Terapi pijat tidak hanya bermanfaat secara fisik, namun pijat juga
memiliki manfaat psikologis. Pijat menyampaikan perhatian, penerimaan, dukungan dan empati. Pijat menciptakan citra diri yang
positif karena membantu menghubungkan kembali dengan bagian diri yang paling dalam. Terapi pijat dan sentuhan akan mendorong energi
vital atau kekuatan hidup kita untuk mengalir secara bebas dan mengembalikan keseimbangan tubuh Aslani, 2003.
4.2.2. Manfaat pijat pada anak
Pijat pada anak memiliki manfaat terhadap tumbuhkembang serta kesehatannya. Beberapa manfaat pijat anak adalah membantu
meningkatkan sistem imunitas; merilekskan tubuh anak sehingga dapat membuatnya tetap tenang meski dalam kondisi stres; mengatasi kesulitan
tidur; meningkatkan proses tumbuh kembang anak; menumbuhkan
Universitas Sumatera Utara
perasaan positif pada anak; mencegah timbulnya gangguan pencernaan; melancarkan buang air besar; meningkatkan kesigapan anak dan
koordinasi otot; meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan manejemen stres dan pengelolaan mental pada anak dengan teknik
pemijatan; mengajarkan pada anak mengenai perbedaan sentuhan baik dan buruk; menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan sifat lembut
dalam diri anak; memacu pertumbuhan otot dan fisik anak; meningkatkan kerja sistem pernafasan, pencernaan dan peredaran darah;
mempengaruhi kerja sistem saraf; menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah; mempercepat aliran getah bening sehingga membantu
meningkatkan daya tahan tubuh; membersihkan saluran keringat, kelenjar sebasea, meningkatkan fungsi sekresi serta ekskresi dan respirasi
kulit; meningkatkan konsentrasi serta menurunkan kecenderungan berkelahi pada anak Suranto, 2011.
4.2.3. Manfaat pijat terhadap konsentrasi belajar
Gelombang otak disebut juga dengan gelombang listrik atau brain wave. Gelombang otak menandakan aktivitas pikiran seseorang dan
dapat diukur dengan menggunakan EEG Elektroensefalogram Solihudin, 2010. Empat pola gelombang otak yang jelas adalah : 1
alpha 8-13,9 Hz menggambarkan keadaan kondisi fokus, tenang, santai dan relaks; 2 beta 14-30 Hz menggambarkan kondisi terjaga atau
pikiran sangat aktif; 3 teta 4-7,9 Hz yang terjadi pada saat seseorang merasakan kenyamanan atau kantuk yang luar biasa; 4 delta 0,1-3,9
Universitas Sumatera Utara
Hz merupakan gelombang otak yang paling lambat yang terjadi ketika seseorang masuk ke dalam tidur yang sangat lelap Wong, 2009.
Pemijatan selama 15 menit menunjukkan penurunan gelombang alpha dan beta pada otak. Penurunan gelombang alpha mempengaruhi
kewaspadaan sedangkan penurunan gelombang beta berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan perhitungan matematika
Field et al., 1996. Sedangkan menurut Wong 2010, pijatan pada anak akan memberikan dampak positif bagi anak karena dapat meningkatkan
daya konsentrasi dan merasa lebih siap dalam menerima stimulus sehingga dapat belajar dengan lebih cepat dan berdampak positif bagi
perkembangan otaknya. Selain itu terapi pijat dapat meningkatkan kecerdasan otak dan meningkatkan daya ingat serta memberikan dampak
rileks pada otak maupun tubuh dengan melancarkan peredaran darah.
4.3. Teknik Memijat 4.3.1. Teknik Pijat secara Umum
Menurut Aslani, 2003 teknik memijat secara umum terdiri dari empat gerakan yaitu :
a. Effleurage Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijatan. Effleurage terutama dilakukan dengan telapak tangan dan jemari rapat yang bertujuan
Universitas Sumatera Utara
meratakan minyak dan menghangatkan otot agar lebih rileks. Gerakan- gerakan effleurage harus mengalir tanpa terputus dan menyambuingkan
berbagai tahap pemijatan. Biasanya gerakan ini dilakukan dengan tekanan yang lebih kuat saat mengarah ke jantung. Ini dimaksudkan untuk
membantu peredaran darah dan getah bening. Saat kembali,ngerakan harus dilakukan dengan usapan yang lebih ringan dan menenangkan.
b. Tekanan sedang dan kuat Setiap pemijatan harus diawali dengan gerakan mengusap ringan
yang kemudian diikuti oleh tekanan sedang dan kuat dengan menggunakan ibu jari, jemari lainnya, atau tumit tangan. Berat tubuh dapat digunakan
untuk menambah tekanan. Gerakan-gerakan seperti ibu jari melingkar atau berputar kadang disebut sebagai gerakan petrissage yaitu gerakan menekan
otot pada tulang yang ada dibawahnya. Gerakan untuk petrissage dan meremas dapat merangsang dan
mnyegarkan serta sangat efektif memperbaiki sirkulasi darah, membersihkan racun, meningkatkan laju metabolisme, dan melemaskan
ketegangan otot. Ketika menekan, harus diingat bahwa setiap orang memiliki tingkat ketahanan yang berbeda. Hindari menekan kuat pada
tubuh yang memar atau pembuluh darah yang membengkak. c. Saluran getah bening
Sistem getah bening membantu menjaga keseimbangan cairan dalam darah dan berbagai jaringan tubuh. Getah bening adalah cairan
tubuh yang vital diantara sel-sel dalam jaringan tubuh. Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
cairan ini akan kembali ke dalam aliran darah melalui pembuluh darah kapiler. Sisanya akan dibuang ke dalam pembuluh getah bening dan
bercampur dengan sisa metabolisme dan mikroorganisme seperti bakteri. Ketika cairan tubuh melewati pembuluh ini, kelenjar getah bening akan
menyaring dan menghancurkan berbagai organisme penyebab penyakit. Oleh karena itu, sistem kelenjar getah bening sangat penting untuk
mencegah masuknya penyakit ke dalam sistem peredaran darah. Karena pembuluh getah bening tidak bisa memompa, getah bening hanya bisa
mengalir jika otot-otot di sekitarnya berkontrasi dan menekan pembuluhnya. Gerakan ini dilakukan dengan mengangkat pergelangan
tangan dengan siku tetap di sisi samping tubuh membentuk sudut 90 ,
kemudian rangkum tangan pada pergelangan tangan dan dorong hingga bagian siku. Gerakan ini juga dilakukan pada lengan bawah dan kaki
bawah. d. Gerakan memukul
Gerakan memukul-mukul yang lincah dan bersemangat dapat menyegarkan tubuh. Gerakan ini juga dapat menstimulasi aliran darah ke
kulit sehingga memperlancar sirkulasi dan membersihkan sisa metabolisme. Selain itu, gerakan ini juga membantu menghancurkan
jaringan lemak dan mengendurkan ketegangan otot. Tepukan punggung tangan pada punggung bagian atas dapat membantu melegakan paru-paru.
Gerakannya harus ringan dan rileks, serta tidak keras seperti menumbuk. Gerakan ini jangan sampai menyebabkan rasa tidak nyaman. Semua teknik
Universitas Sumatera Utara
ini harus dilakukan secara cepat dengan tangan bergantian untuk menciptakan gerakan berirama. Lakukan gerakan pada bagian tubuh yang
empuk seperti paha, pantat, dan lengan atas.
4.3.2. Teknik Pijat pada Anak
Menurut Suranto 2011, teknik pijat pada anak terdiri dari : a. Teknik tekan
Teknik tekan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tekan lepas dan tekan totok. Teknik tekan lepas dilakukan dengan menggunakan
ibu jari atau telunjuk untuk menekan titik yang berhubungan dengan saraf tertentu. Menurut Ferry 2010, teknik penekanan dapat dilakukan
dengan jari jempol, jari telunjuk, dan jari tengah yang disatukan maupun dengan kepalan tangan.
b. Teknik urut Teknik urut dapat menggunakan ibu jari atau semua jari kanan
atau kiri. Caranya ialah ibu jari diletakkan pada bagian tubuh yang akan diurut, kemudian tekan dan dorong dengan arah yang teratur dan
berulang-ulang pada bagian tersebut. c. Teknik putar
Teknik ini biasanya dilakukan pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki yang ditujukan untuk meregangkan otot-otot yang
mengalami ketegangan.
Universitas Sumatera Utara
d. Teknik tarik Teknik ini dilakukan untuk menarik jari-jari tangan dan jari-jari
kaki menggunakan jari telunjuk atau ibu jari dengan cara diurut terlebih dahulu agar agar lebih lemas dan tidak terlalu sakit ketika ditarik.
e. Teknik tepuk Teknik ini dilakukan dengan cara menepuk-nepuk bagian tubuh
tertentu untuk memberikan efek panas yang bermanfaat melancarkan aliran darah. Tepukan dilakukan dengan menggunakan telapak tangan.
Tepukan yang dilakukan tidak boleh terlalu keras karena dapat menyakiti anak.
f. Teknik pegang
Teknik pegang adalh teknik memijat yang memberikan sentuhan yang lembut serta memberikan efek hangat pada anak . Teknik ini
dilakukan dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan untuk memberikan kontak yang lebih optimal.
g. Teknik belai Teknik pijat ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan dan jari
diatas kepala anak. Teknik ini dilakukan secara perlahan dan lembut dengan tekanan ringan pada telapak tangan dan jari tangan.
h. Teknik gosokan atau usapan Teknik ini memberikan efek rileks, hangat dan segar pada anak.
Usapan ini dimulai dari lengan, bahu, dan punggung. Gerakan ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan lembut menggunakan telapak tangan dan kepalan tangan.
i. Teknik ketukan
Teknik ketukan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1 beating atau memberi pukulan ringan dengan menggunakan kepalan tangan.
Pada teknik ini anak dipijat menggunakan punggung tangan yang dikepal kemudian ditekan pada bagian tubuh tertentu seperti bahu; 2
patting atau menepuk adalah teknik yang dilakukan dengan menepuk- nepuk telapak tangan yang sedikit ditelungkupkan secara simultan dari
gerakan yang lambat hingga cepat; 3 tabla atau pijatan ringan yang menggunakan ujung jari tangan dan biasanya digunakan untuk memijat
bagian kepala da wajah anak. Tabla dilakukan dengan ritme yang lembut dan cepat.
j. Teknik remas
Teknik pijat remas dilakukan dengan cara meremas tubuh anak secara lembut menggunakan satu atau dua tangan. Teknik ini sangat
berguna pada otot-otot yang tegang dan lelah.
3.4. Kontraindikasi Dalam Pemijatan
Kontraindikasi berarti terdapat sebuah kondisi dimana pijatan tidak bermanfaat pada sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh. Menurut Beck 2010,
kontaindikasi dapat bersifat menyeluruh, lokal atau tergantung dengan kondisi.
Universitas Sumatera Utara
1. Kontraindikasi yang bersifat menyeluruh ketika pijat benar-benar tidak dapat dilakukan, seperti kasus-kasus yang buruk, hipertensi yang tidak
terkontrol, demam tinggi yang abnormal, shock, pneumonia akut atau toksemia selama kehamilan.
2. Kontraindikasi lokal regional melarang pemberian pijat hanya pada bagian tertentu dari tubuh, seperti kondisi menular pada daerah tertentu,
luka terbuka, atau radang akut pada saraf atau artritis, tetapi pijat pada daerah lainnya dapat dilakukan.
3. Kontraindikasi yang bersifat kondisional mengharuskan praktisi untuk menyesuaikan kapan kesehatan perlu diperhatikan untuk teknik pijat
yang menimbulkan ketidaknyamanan atau efeknya merugikan, walaupun terapi yang lainnya sangat menguntungkan.
Aslani 2003 mengatakan bahwa tidak boleh dilakukan pemijatan dalam kondisi seperti suhu tubuh sangat tinggi, menderita penyakit kulit menular,
menderita penyakit atau infeksi menular, dan gangguan jantung seperti trombosis atau radang pembuluh darah, Selain itu jangan memijat parises, luka baru, luka
memar, tumor dan tulang sendi yang meradang atau bergeser.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa variabel dependen terikat dipengaruhi oleh variabel independen bebas, dimana terapi
pijat variabel independen mempengaruhi terhadap konsentrasi belajar variabel dependen siswa kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Konsentrasi
Faktor yang mempengaruhi : 1. Faktor internal
2. Faktor eksternal Pre-test diukur
berdasarkan hasil soal matematika yang
diberikan sebelum Post-test diukur
berdasarkan hasil soal matematika dan hasil
observasi setelah Terapi Pijat
Siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri No.
060894 M d
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : : Diteliti
: Diabaikan : Hubungan
2. Defenisi Operasional NO
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Variabel
Independen: Terapi Pijat
Terapi pijat adalah tindakan
memijat pada permukaan tubuh
yang dilakukan pada siswa kelas
5 SD Negeri No. 060894
Medan dengan
menggunakan telapak dan jari
tangan yang dilakukan
dua kali dalam
seminggu sebanyak
sembilan kali yang mana
selama pemijatan menghabiskan
waktu sebanyak 20 menit dengan
menggunakan teknik pijat pada
anak.
- -
-
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel
Dependen : Konsentrasi
Belajar Konsentrasi
belajar adalah kemampuan
siswa kelas 5 SD Negeri No.
060894
Medan untuk
memusatkan pikiran dan
perhatiannya terhadap proses
belajar matematika
sehingga mampu memahami materi
yang diberikan. Konsentrasi
belajar diukur
dengan menggunak
an kuesioner soal
matematika dan lembar
observasi yang terdiri
dari fokus pandangan,
bahasa tubuh dan
dikap di kelas.
Hasil ukur
berdasarkan: 1. Nilai matematika
2. Hasil pengamatan berdasarkan
panduan observasi yang terdiri dari:
- Fokus pandang, meliputi
pandangan tertuju pada guru,
pandangan tertuju pada papan
tulisalat peragabuku
panduan dan pandangan tertuju
ke arah lain.
- Bahasa tubuh, meliputi sikap
duduk tegak, sikap duduk bersandar,
mengantuk saat belajar dan
bermain dengan alat tulis.
- Sikap siswa saat mengikuti
pelajaran meliputi sikap tenang dan
bisinggaduhmen gobrol.
1. Rasio 2. Nominal
Universitas Sumatera Utara
3. Hipotesa Penelitian