setiap anak memulai pemijatan bersama-sama secara bergantian selama 20 menit. Peneliti memposisikan dirinya didepan dan memberikan arahan kepada anak
dalam melakukan pemijatan sehingga setiap anak mendapatkan pijatan yang sama dan sesuai.
Terapi pijat ini dilakukan dua kali dalam seminggu sebanyak 9 kali dengan jumlah waktu yang dibutuhkan setiap kali pemijatan sebanyak 20 menit. Setelah
dilakukan pemijatan, guru mulai mengarahkan siswa pada materi yang sudah dan akan dipelajari. Pada saat proses belajar dimulai, peneliti merekam proses belajar
tersebut selama 20 menit. Waktu yang ditentukan untuk merekam proses belajar tersebut sudah disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Hasil rekaman tersebut
disimpan untuk dinilai sesuai dengan panduan observasi yang digunakan. Setelah proses belajar selesai, peneliti kemudian memberikan kembali 3 soal matematika
kepada siswa. Karakteristik soal yang diberikan sama dengan soal yang diberikan pada pre-test. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan soal sebanyak 10 menit.
Pada hari penelitian berikutnya dilakukan prosedur yang sama seperti hari pertama.
8. Uji Distribusi Normal Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik
statistik inferensial. Uji ini merupakan uji kesesuaian antara distribusi sampel observasi dengan distribusi teoritis tertentu normal. Cara yang dipakai untuk
uji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji akan menunjukkan distribusi normal jika nilai p signifikansi 0,05, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
jika nilai p signifikansi ≤ 0,05 maka distribusi tidak normal. Hasil uji normalitas
nilai matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic df
Sig. pre
.184 23
.041 post
.278 23
.000 Tabel diatas menunjukkan nilai hasil uji normalitas pada nilai pre-test dan
post-test. Nilai p signifikansi yang dihasilkan 0,05 yang berarti bahwa data nilai matematika siswa tidak terdistribusi normal. Sehingga Uji Parametrik
diganti menjadi Uji Nonparametric yaitu Uji Wilcoxon.
9. Analisa Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 1 tahap editing yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan kuesioner yang diisi
oleh responden; 2 tahap coding dengan mengoreksi ketepatan dan kelengkapan data responden kemudian diberi kode oleh peneliti secra manual sebelum diolah
dengan menggunakan komputer; 3 tahap klasifikasi yang dilakukan berdasarkan atribut responden; 4 tabulasi data dilakukan untuk meminimalkan penjelasan
dan pernyataan deskriptif dan dilakukan dengan menggunakan komputer. Analisa data terdiri dari analisa univariat dan analisa bivariat.
Analisa univariat yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif untuk menyajikan karakteristik responden dan hasil observasi di kelas. Karakteristik
Universitas Sumatera Utara
responden terdiri dari jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga, jumlah saudara kandung dan pekerjaan orang tua. Panduan observasi terdiri dari tiga indikator
yaitu fokus pandangan, bahasa tubuh dan sikap di kelas. Karakteristik responden dan hasil observasi tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase. Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
dengan Uji Nonparametrik yaitu Uji Wilcoxon dengan menggunakan program komputer. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan konsentrasi belajar
pada kelompok sebelum dan sesudah diberikan terapi pijat. Kesimpulan yang dihasilkan adalah bila nilai p
≤ 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum dan setelah
dilakukan pemijatan. Namun bila nilai p 0,05, maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai yang
dihasilkan sebelum dan setelah dilakukan pemijatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dari bulan April-Mei 2013 di SD N No. 060894 Medan. Responden dalam penelitian ini merupakan siswa kelas 5 SD
yang berjumlah 23 orang. Penyajian data meliputi karakteristik responden, kemampuan siswa dalam menjawab soal matematika sebelum dilakukan pijat pre
test dan sesudah dilakukan pijat post test, dan lembar observasi yang berisi beberapa indikator yaitu fukus pandangan, bahasa tubuh dan sikap siswa di kelas.
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan.
1.1. Analisa Univariat 1.1.1. Karakteristik Responden
Dari 23 orang responden diperoleh karakteristik dan data demografi sebagai berikut: Berdasarkan jenis kelamin, mayorits responden dengan jenis
kelamin perempuan yakni 60,87. Berdasarkan urutan kelahiran anak dalam keluarga, mayoritas responden merupakan anak kedua dan anak ketiga masing-
masing sebesar 35,43. Berdasarkan jumlah saudara kandung, mayoritas responden memiliki 2 saudara kandung 3 bersaudara yaitu 43,48. Berdasarkan
pekerjaan orang tua, mayoritas 47,83 responden memiliki orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan n=23
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Perempuan
Laki-laki Urutan Anak Berdasarkan
Kelahiran Pertama
Kedua Ketiga
Keempat Kelima
Jumlah Bersaudara Anak tunggal
Dua bersaudara Tiga bersaudara
Empat bersaudara Dst
Pekerjaan Orangtua PNSPOLRITNI
Wiraswasta Petaniberkebun
Pegawai swasta Dll
14
9
4 7
7 4
1
1 4
10 1
7
3 11
1 1
7 60,87
39,13 17,39
30,43 30,43
17,39 4,35
4,35 17,39
43,48 4,35
31,25 13,04
47,83 4,35
4,35 30,43
Universitas Sumatera Utara
1.1.2. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Observasi
Berdasarkan observasi pertama hingga observasi kesembilan diperoleh hasil yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat disimpulkan dari perbandingan
observasi pertama dan observasi kesembilan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Hasil Observasi Siswa Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Pada Penelitian Hari Pertama n=23
Urutan Observasi
dalam menit
Fokus Pandangan Tertuju pada guru
Tertuju pada papan tulisalat peraga buku
panduan Tertuju ke arah lain
kiri dan kanan f
f f
Pertama 20
87 -
- 3
13 Ke-3
- 23
100 -
- Ke-5
- -
21 91,3
2 8,7
Ke-7 -
- 20
87 3
13 Ke-9
- -
18 78,3
5 21,7
Ke-11 -
- 15
65,2 8
34,8 Ke-13
- -
14 60,9
9 39,1
Ke-15 13
56,5 -
- 10
43,5 Ke-17
10 43,5
- -
13 56,5
Kes-19 10
43,5 -
- 13
56,5
Bahasa Tubuh Sikap di Kelas
Posisi duduk tegak
Posisi duduk bersandar
Mengantuk Bermain
dengan alat tulis
Tenang Bisingmengobr
ol f
f f
f f
f 19
82,6 4
17,4 -
- -
- 21
91,3 2
8,7 21
91,3 2
8,7 -
- -
- 23
100 -
- 21
91,3 2
8,7 -
- -
- 23
100 -
- 19
82,6 4
17,4 -
- -
- 23
100 -
- 17
73,9 4
17,4 -
- 2
8,7 23
100 -
- 14
60,9 6
26,1 -
- 3
13 20
87 3
13 13
56,5 8
34,8 -
- 2
8,7 21
91,3 2
8,7 9
39,1 9
39,1 -
- 4
17,4 19
82,6 4
17,4 10
43,5 10
43,5 -
- 2
8,7 17
73,9 6
26,1 11
47,8 11
47,8 -
- 2
8,7 17
73,9 6
26,1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Hasil Observasi Siswa Kelas 5 SD N No. 060894 Medan Pada Penelitian Hari Kesembilan n=23
Urutan Observasi
dalam menit Fokus Pandangan
Tertuju pada guru Tertuju pada papan
tulisalat peraga buku panduan
Tertuju ke arah lain kiri dan kanan
f f
f Pertama
13 56,5
3 13
7 30,5
Ke-3 18
78,2 -
- 5
21,8 Ke-5
- -
21 91,3
2 8,7
Ke-7 -
- 23
100 -
- Ke-9
- -
23 100
- -
Ke-11 -
- 23
100 -
- Ke-13
- -
20 87
3 13
Ke-15 -
- 19
82,6 4
17,4 Ke-17
- -
20 87
3 13
Ke-19 -
- 21
91,3 2
8,7
Bahasa Tubuh Sikap di Kelas
Posisi duduk
tegak Posisi duduk
bersandar Mengantuk
Bermain dengan alat
tulis Tenang
Bisingmengobr ol
f f
f f
f f
18 78,3
3 13
- -
2 8,7
18 78,3
2 8,7
20 87
2 8,7
- -
1 4,3
23 100
- -
22 95,7
1 4,3
- -
- -
23 100
- -
23 100
- -
- -
- -
23 100
- -
21 91,3
2 8,7
- -
- -
23 100
- -
23 100
- -
- -
- -
23 100
- -
19 82,6
4 17,4
- -
- -
23 100
- -
17 73,9
6 26,1
- -
- -
23 100
- -
19 82,6
2 8,7
- -
2 8,7
23 100
- -
20 87
1 4,3
- -
2 8,7
23 91,3
2 8,7
Universitas Sumatera Utara
1.1.3. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Pijat
Hasil nilai matematika sebelum dilakukan terapi pijat menunjukkan rata- rata nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil nilai setelah dilakukan
terapi pijat. Namun terdapat satu hasil dimana rata-rata nilai pada pre-test dan post-test tidak menunjukkan perbedaan. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5.4. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah
Dilakukan Terapi Pijat
Grafik 1. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Pijat Pada Hari Pertama sampai Hari Kesembilan
1 2
3 4
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Pre-test
Post-test
Hasil Nilai Matematika
Pre-test Post-test Mean SD
Mean SD Pertama
Kedua Ketiga
Keempat Kelima
Keenam Ketujuh
Kedelapan Kesembilan
1,6957 2,4348
2,5217 2,1739
2,2174 2,8696
2,3043 2,6087
2,6957 0,87567
0,66237 0,73048
0,38755 0,90235
0,34435 0,70290
0,65638 0,47047
2,3043 2,9130
2,8696 2,7391
2,9565 2,8696
2,8696 2,9130
2,9130 0,55880
0,28810 0,34435
0,75181 0,20851
0,34435 0,34435
0,28810 0,28810
Universitas Sumatera Utara
1.2. ANALISA BIVARIAT 1.1.2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5
SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, proses pengambilan data dalam penelitian dilakukan sebanyak 9 kali dengan data pre-test dan post-test.
Dari sembilan hasil penelitian tersebut diperoleh rata-rata hasil yang berbeda. Peningkatan nilai ditunjukkan dari penelitian pertama hingga kesembilan. Selain
itu hasil analisa menunjukkan terdapat perbedaan nilai yang signifikan pada pre- test dan post-test. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.5. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Pada Hari Pertama
Penelitian n=23
Ket : a = posttest pretest
b = posttest pretest c = posttest = pretest
Nilai negative ranks pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai post-test lebih kecil dari pada nilai pre-test. Hal ini berarti bahwa terdapat 2 siswa yang
mengalami penurunan nilai belajar matematika berdasarkan pretest-posttest yang dilakukan dengan rata-rata ranking 7,83 dan jumlah ranking 11,00. Nilai positive
Variabel Konsentrasi belajar siswa sebelum
dan setelah diberi terapi pijat N
Mean Rank
Sum of Ranks
Nilai p
Posttest – pretest Negative ranks Positive ranks
Ties Total
2
a
12
b
9
c
23 7,83
5,50 11,00
94,00 0,006
Universitas Sumatera Utara
ranks menunjukkan sebaliknya, post-test lebih besar dibandingkan dengan pres- test yang berarti bahwa terjadi peningkatan nilai matematika pada 12 siswa
dengan rata-rata ranking 5,50 dan jumlah ranking 11,00. Nilai ties pada tabel diatas menunjukkan terdapat 9 siswa yang memiliki kesamaan nilai pada pre-test
dan post-test. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai p = 0,006 p 0,05 yang berarti terdapat pengaruh terapi pijat terhadap nilai matematika siswa SD Negeri
060894 Medan.
Tabel 5.6. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Pada Hari Kesembilan
Penelitian n=23
Ket : a = posttest pretest
b = posttest pretest c = posttest = pretest
Dari hasil penelitian pada hari kesembilan, tidak ditemukan siswa yang mengalami penurunan nilai matematika. Nilai positive ranks menunjukkan
terdapat 5 siswa yang mengalami peningkatan nilai matematika dengan rata-rata ranking 3,00 dan jumlah ranking 15,00. Nilai ties pada tabel diatas menunjukkan
terdapat 18 siswa yang memiliki kesamaan nilai pada pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai p = 0,025 p 0,05 yang berarti terdapat
Variabel Konsentrasi belajar siswa sebelum
dan setelah diberi terapi pijat N
Mean Rank
Sum of Ranks
Nilai p
Posttest – pretest Negative ranks Positive ranks
Ties Total
a
5
b
18
c
23 0,00
3,00 0,00
15,00 0,025
Universitas Sumatera Utara
pengaruh terapi pijat terhadap nilai matematika siswa SD Negeri No. 060894 Medan.
2. Pembahasan 2.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh perempuan sebanyak 14 orang dan laki-laki sebanyak 9 orang. Berdasarkan hasil observasi, siswa perempuan lebih
tenang saat belajar dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan pendapat Saminah dalam Purnanta et. al 2008 yang mengatakan perbedaan jenis
kelamin anak seringkali menunjukkan perbedaan karakteristik belajar anak. Anak perempuan lebih cepat memasuki tahap keremajaan dibandingkan dengan anak
laki-laki. Anak perempuan lebih cepat mengenal hidup yang teratur sehingga kesan umum anak perempuan lebih mudah diatur dan lebih mudah mandiri
Saminah dalam Purnanta et. al 2008. Meskipun demikian, siswa perempuan lebih mudah teralihkan perhatiannya dibandingkan dengan siswa laki-laki.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nideffer Bond dalam Supriyanto 2005 yang mengemukakan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi antara laki-
laki dengan perempuan. Laki-laki memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Pada stimulus eksternal, sekitar 11,7
perempuan mudah teralihkan perhatiannya, sedangkan pada stimulus internal sekitar 7,7 perempuan cenderung mudah teralihkan perhatiannya dibandingkan
laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Perhatian sangat penting dalam mengikuti kegiatan belajar. Perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru di dalam kelas
akan mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa tersebut Arsyak dalam Puspita, 2012. Sehingga jika dilihat dari hasil belajar matematika, siswa laki-laki
cenderung memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan siswa perempuan. Berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga, sebagian besar responden
merupakan anak kedua dan anak ketiga dalam keluarga, yaitu masing-masing sebanyak 7 orang anak tengah. Sedangkan yang lainnya merupakan anak
tunggal, anak pertama, keempat dan kelima dengan jumlah masing-masing anak tunggal sebanyak 1 orang, anak pertama sebanyak 3 orang, anak keempat
sebanyak 4 orang dan anak kelima sebanyak 1 orang. Hurlock 1980 mengatakan bahwa anak dalam suatu keluarga memiliki
kedudukan atau status sesuai dengan urutan kelahirannya Putri, 2012 Anak tengah merupakan anak yang menempati posisi diantara anak sulung dan anak
bungsu. Mereka merasa lahir terlambat untuk mendapatkan hak-hak istimewa yang diperoleh anak sulung, tetapi terlalu awal untuk mendapatkan kelonggaran
disiplin dari orang tua Hadibroto, 2002. Anak tengah cenderung mempunyai karakteristik berorientasi pada kelompok teman sebaya peer group yang
membantunya menjadi popular dan memiliki banyak teman. Hal ini menyebabkan anak tengah lebih independen, dimana sifat tersebut juga terbentuk dari perilaku
orang tua yang sudah memiliki pengalaman melindungi anak Very Zannini, dalam Mednick et al., dalam Putri 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Putri
2012, mengungkapkan bahwa anak tengah memiliki keinginan untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara
prestasi yang memuaskan, antisipasi tujuan, hambatan serta perasaan yang dialami dalam mencapai tujuan lebih tinggi dari pada anak sulung dana anak bungsu.
Berdasarkan jumlah anggota dalam keluarga, sebanyak 10 orang responden memiliki 2 saudara tiga bersaudara. Sedangkan yang lainnya
merupakan anak tunggal sebanyak 1 orang, dua bersaudara 4 orang, 4 bersaudara 1 orang, dan lain-lain sebanyak 7 orang. Dalam lingkungan
keluarga, jumlah anggota keluarga memberikan kontribusi terhadap kemampuan belajar siswa. Wijaya 2007 mengatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga
besar cenderung memiliki intelegensi yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang datang dari keluarga kecil. Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih
2012, jumlah keluarga mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa sehingga jumlah keluarga yang relatif besar cenderung menyebabkan siswa tidak
berkonsentrasi saat belajar, demikian sebaliknya. Berdasarkan pekerjaan orang tua, sebagian besar siswa memiliki orang tua
yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 11 orang, sedangkan yang lainnya merupakan PNSPOLRITNI sebanyak 3 orang, petaniberkebun sebanyak
1 orang, pegawai swasta sebanyak 1 orang dan lain-lain sebanyak 7 orang. Jenis pekerjaan orang tua sangat berpengaruh bagi kualitas belajar siswa. Hal ini
disebabkan karena jenis pekerjaan berkaitan dengan pendapatan. Orang tua yang bekerja sebagai buruh, pekerja kasar, kuli bangunan umumnya tingkat
pendidikannya rendah sehingga selain pendapatannya yang rendah mereka juga sulit membantu anak dalam mengatasi kesulitan belajar. Orang tua yang memiliki
pekerjaan yang berpendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan anaknya
Universitas Sumatera Utara
dalam belajar. Dan orang tua yang bekerja sebagai karyawan disuatu instansi pemerintahan atau swasta, usaha penjualan dan usaha jasa walaupun
pendapatannya tidak begitu besar namun waktu bekerja tidak begitu padat sehingga masih mempunyai waktu untuk memperhatikan pendidikan anaknya
Darmadi, 2006. Oleh karena itu jenis pekerjaan juga berpengaruh terhadap perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak.
Slameto 2003 mengatakan bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi antara orang tua dan anak. Selain itu, relasi antara anak dengan saudaranya
atau dengan keluarga lain juga turut mempengaruhi proses belajar anak. Moeloek 2007, mengatakan bahwa peran keluarga dan orang tua memiliki hubungan yang
positif dengan prestasi belajar anak di sekolah. Prestasi yang baik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi yang baik pula saat belajar. Dalam penelitian Lestari
2011, konsentrasi belajar memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Namun demikian jenis pekerjaan tidak mempengaruhi prestasi belajar
siswa dalam penelitian yang dilakukan oleh Darmadi 2006.
2.2. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Observasi
Konsentrasi belajar merupakan suatu perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat
memahami setiap materi pelajaran yang diberikan Sumartno, 2004. Rentang perhatian dan lama konsentrasi memiliki batas rata-rata dalam setiap tahap usia.
Universitas Sumatera Utara
Anak usia 1-2 tahun memiliki rentang perhatian sekitar 5 menit, usia 3-4 tahun 10 menit dan diatas 5 tahun sekitar 20 menit Olivia, 2011.
Berdasarkan 9 data observasi yang dianalisa, pada menit pertama sebagian besar anak memiliki fokus pandang yang positif yakni tertuju pada guru dan
tertuju pada papan tulis alat peraga buku panduan. Rata-rata anak yang fokus pada guru sebesar 72,9, sedangkan tertuju pada papan tulis alat peraga buku
panduan hanya ditemukan pada penelitian hari pertama, ketujuh dan kesembilan masing-masing sebesar 26,1, 17,4 dan 13. Dan rata-rata 20,7 anak
memiliki fokus pandang negatif fokus pandang ke arah lain. Terbaginya fokus pandang pada menit pertama ini disebabkan karena sebagian besar siswa belum
siap dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan sebelumnya yaitu olahraga. Dari kegiatan yang
dilakukan saat olahraga, siswa menjadi berkeringat, kelelahan dan bermalas- malasan saat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim 2001 yang
mengatakan bahwa kegiatan yang terlalu banyak menyita waktu dan tenaga dapat mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Aisyah 2008 bahwa kelelahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar pada siswa, dimana keadaan tersebut dapat mengakibatkan
siswa kurang waspada dan kurang siaga dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan menyerap pelajaran yang
diberikan. Sebagian besar siswa memiliki fokus pandang yang positif pada menit
pertama dan kedua. Pada menit pertama masih memperhatikan guru, namun pada
Universitas Sumatera Utara
menit kedua fokus tersebut teralihkan menjadi tertuju pada papan tulisalat peragabuku panduan. Hal ini disebabkan karena biasanya pada menit pertama
guru masih mengarahkan siswa untuk memulai pelajaran dengan fokus sambil mengajak mereka untuk mengingat kembali pelajaran yang sudah diajarkan
sebelumnya. Setelah materi pelajaran dibuka, guru tersebut akan mulai menerangkan sehingga fokus perhatian siswa teralihkan ke arah papan tulis atau
alat peraga yang digunakan. Pada observasi pertama, lebih dari 80 siswa hanya dapat
mempertahankan fokus pandangnya selama 8 menit, semakin lama fokus pandang positif mulai menurun secara perlahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar meliputi faktor fisiologi dan psikologi Hakim, 2001. Faktor fisiologi berkaitan dengan intelegensi seseorang. Sedangkan faktor psikologi
terdiri dari pikiran yang terfokus pada hal-hal yang baru saja dialamai, pikiran yang terfokus pada hal-hal yang ingin dilakukan setelah belajar, lamunan atau
khayalan yang tidak terkendali, pikiran yang terfokus pada angan-angan dan cita- cita, terlalu banyak menyita waktu, kegiatan dan tenaga, lemahnya kondisi mental
dan gangguan-gangguan lingkungan seperti suara manusia, atau bunyi kendaraan Hakim, 2001. Hal ini berkaitan dengan pendapat Soedarsono 2009 yang
mengatakan bahwa konsentrasi dapat dipengaruhi oleh kelelahan fisik dan mental, bosan atau ada hal lain yang sedang dipikirkan serta hal-hal yang mengalihkan
perhatian seperti musik yang keras, TV yang menyala, orang lalu lalang, dsb Agoes et. al, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai faktor yang disebutkan diatas, diperoleh bahwa kondisi eksternal sangat dominan mempengaruhi siswa ketika belajar di kelas. Hal ini
dapat dilihat dari lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan dan diapit oleh 2 sekolah negeri yang berbeda. Kondisi yang demikian menimbulkan kebisingan
yang mengganggu proses belajar. Bising yang masuk di ruangan kelas mengakibatkan siswa sulit mendengar dan berkonsentrasi terhadap pelajaran yang
diberikan oleh guru Dockrell, et. al, dalam Purnanta et. al 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan 2011 membuktikan bahwa kebisingan mempengaruhi
konsentrasi belajar siswa sehingga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
Pada hari kesembilan, diperoleh peningkatan perhatian yang signifikan. Lebih dari 80 siswa dapat mempertahankan fokus pandangnya selama 16 menit.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khilnani, et. al 2003 bahwa terapi pjat yang dilakukan secara teratur selama 20 menit pada anak
dengan ADHD dapat meningkatkan rentang perhatian yang signifikan. Penelitian yang sama pada anak autis juga dibuktikan oleh Field, Lasko, Mundy, Henteleff,
Talpins, Dowling 1997 di Touch Institutes Miami. Hal penting lainnya yang sangat mempengaruhi adalah kemampuan guru
untuk mengarahkan siswa di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Surya dalam Nisa 2008 bahwa ketidakmampuan anak dalam membangun jalan pikiran
konsentrasi untuk merespon dan menginterpretasikan pelajaran sangat terkait dengan cara atau metode mengajar yang digunakan guru di kelas. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain: pengajaran berdasarkan system
Universitas Sumatera Utara
klasikal, pemilihan metode mengajar yang kurang tepat, pengajar kurang mampu merangsang setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam belajar Surya dalam
Nisa, 2008. Pada beberapa observasi ditemukan penurunan fokus yang kemudian
mengalami peningkatan kembali. Hal ini disebabkan pengalihan perhatian yang diberikan guru berdampak positif untuk mempertahankan perhatian siswa yakni
dengan menggunakan alat peraga, menjelaskan di papan tulis dan mengajak siswa untuk ikut berpartisipasi serta menggunakan buku panduan untuk melibatkan
siswa lebih aktif lagi dalam mengikuti pelajaran hingga selesai. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 2003 bahwa alat pelajaran yang baik dan lengkap
penting agar guru dapat mengajar dengan baik dan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik pula.
Berdasarkan bahasa tubuh pada menit pertama, sebagian besar siswa duduk tegak dan duduk bersandar. Namun ada juga sebagian kecil yang
mengantuk dan bermain dengan alat tulis. Siswa yang duduk dengan posisi tegak menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk menerima dan memperhatikan pelajaran.
Sebaliknya siswa yang duduk dengan posisi bersandar dan bermain dengan alat tulis disebabkan karena siswa tersebut belum siap untuk menerima pelajaran.
Siswa yang biasanya duduk bersandar yaitu siswa yang duduk berdempetan dengan dinding kelas samping dan belakang. Namun dari siswa yang duduk
bersandar tersebut, hanya sebagian kecil saja yang menoleh ke kiri dan ke kanan. Sementara itu, salah satu dari siswa tersebut memiliki keunikan yang berbeda,
siswa tersebut belajar dengan berbagai gaya yang disukai seperti mengangkat
Universitas Sumatera Utara
kaki, berdiri, dan hal lain yang tidak dicantumkan dalam lembar observasi. Namun ketika menjawab pertanyaan, setiap jawaban yang diberikan benar sesuai
dengan masalah. Beberapa siswa lainnya juga memiliki keunikan yang berbeda saat belajar yang tidak dicantumkan dalam lembar observasi. Sehingga dapat
disimpulkan dari gaya belajar yang ditunjukkan, siswa di kelas tersebut memiliki tipe-tipe belajar yang berbeda yakni visual, audiovisual dan kinestetik.
Siswa yang bermain dengan alat tulis biasanya merupakan siswa yang memiliki fokus pandang negatif, yang menandakan bahwa siswa tersebut sudah
tidak konsentrasi dalam belajar atau mengalihkan perhatian untuk mempersiapkan diri untuk fokus kembali. Sedangkan siswa yang mengantuk kemungkinan
disebabkan oleh aktivitas sebelumnya yang menyebabkan siswa menjadi kelelahan. Namun biasanya mengantuk hanya ditemukan pada menit pertama dan
terakhir. Hal ini disebabkan karena pada menit pertama siswa belum memperhatikan dengan baik materi yang akan dipelajari dan pada menit terakhir
siswa sudah bosan hingga mengantuk. Berdasarkan sikap di kelas, rata-rata pada menit pertama sebesar 8,7
hingga 17,4 siswa bisingmengobrol di kelas. Siswa yang bisingmengobrol ditunjukkan pula pada menit terakhir observasi. Hal ini disebabkan karena pada
menit pertama siswa masih sibuk mengatur posisi, mempersiapkan peralatan untuk belajar dan terdapat juga sebagian siswa yang masih terbawa dengan
suasana aktivitas sebelumnya. Namun hal ini tidak berlangsung lama, arahan dari guru biasanya langsung membuat siswa tenang dan mulai siap untuk belajar.
Sedangkan pada menit terakhir siswa mulai gelisah karena sudah bosan terhadap
Universitas Sumatera Utara
materi pelajaran tersebut sehingga sering kali mengajak teman disampingnya untuk mengobrol.
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek baik
berupa orang, barang, dan lain-lain Fahmie, 2003. Sikap dapat berbentuk positif dan negatif, dan sikap siswa yang positif merupakan awal yang baik untuk
menerima pelajaran, demikian sebaliknya Fahmie, 2003. Hal ini berarti bahwa siswa yang diawal pelajaran mengobrol bising di kelas merupakan sebagian besar
siswa yang menunjukkan sikap negatif pada menit terakhir observasi. Pada observasi pertama dan kesembilan didapatkan perubahan sikap
dikelas. Dimana pada observasi pertama, kebisingan dikelas hampir ada pada setiap menit observasi, namun pada observasi kesembilan terdapat perubahan
yaitu kebisingan hanya terjadi pada menit pertama dan menit terakhir observasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Elston 2010, bahwa terapi pijat yang dilakukan
pada anak dapat mempertahankan sikap yang baik dan kondusif di kelas.
2.3. Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Pijat
Hasil analisa data menunjukkan sebagian besar rata-rata nilai matematika siswa menunjukkan perbedaan sebelum dan setelah diberikan terapi pijat.
Terdapat satu hasil nilai matematika yang tidak menunjukkan perbedaan rata-rata yaitu pada penelitian hari keenam. Setelah dilakukan analisa lebih mendalam oleh
Universitas Sumatera Utara
peneliti, pada pertemuan keenam materi yang dipelajari adalah Geometri. Dimana materi tersebut merupakan materi yang mudah untuk dimengerti karena ketika
belajar sudah dilengkapi dengan alat peraga yang cukup baik. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa sangat baik pada
pre-test dan post-test. Dari hasil analisa diperoleh bahwa rata-rata nilai matematika sama pada sebelum dan setelah dilakukan pijat yaitu 2,8696.
Pada hari pertama hingga hari kesembilan baik hasil pre-test dan post-test mengalami penurunan dan peningkatan secara bergantian. Susanto 2006
menyatakan bahwa semakin banyak informasi yang harus diserap oleh siswa maka kemampuan berkonsentrasi mutlak dimiliki dalam mengikuti proses belajar.
Hal ini berarti materi yang dipelajari berkaitan erat dengan kemampuan konsentrasi belajar yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa. Namun demikian,
hasil nilai matematika pada pre-test dan post-test dari penelitian pertama hingga penelitian kesembilan menunjukkan bahwa kemampuan konsentrasi anak
mengalami peningkatan yang signifikan.
2.4. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri No. 060894 Medan Berdasarkan Hasil Nilai Matematika
Berdasarkan sembilan proses pengambilan data yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisa bahwa 8 hasil penelitian menunjukkan perbedaan nilai
yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan terapi pijat. Sedangkan 1 analisa lainnya yaitu pada penelitian hari ke-6 menunjukkan nilai p signifikansi 0,05
yaitu p = 1,000 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil nilai matematika sebelum dan setelah dilakukan terapi pijat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian hari pertama, diperoleh 2 orang siswa yang mengalami penurunan nilai matematika. Hasil analisa oleh peneliti, salah satu
siswa tersebut merupakan siswa yang sering mengobrol di kelas serta hasil belajar matematikanya kurang baik. Sedangkan siswa kedua merupakan siswa yang
memiliki prestasi yang baik, siswa tersebut selanjutnya selalu memiliki nilai yang sempurna. Sehingga disimpulkan oleh peneliti bahwa pada penelitian pertama
siswa tersebut tidak memperhatikan pelajaran dengan baik. Berdasarkan penelian hari kesembilan, tidak diperoleh siswa yang
mengalami penurunan nilai matematika. Namun yang meningkat jumlahnya adalah siswa yang memiliki hasil pre-test dan post-test sama. Pada pertemuan
terakhir ini rata-rata siswa memiliki pre-test dan post-test yang sempurna. Sehingga hanya ditemukan 5 orang siswa saja yang mengalami peningkatan nilai
matematika. Berdasarkan analisa peneliti, kelima siswa tersebut merupakan siswa yang hasil belajar matematikanya kurang baik. Meskipun demikian hasil post-test
yang dimiliki oleh kelima siswa tersebut merupakan nilai yang sempurna. Penelitian yang dilakukan oleh Hart, Field, et al 1998 menunjukkan
terjadinya peningkatan kemampuan kognitif pada anak preschoolers yang mengikuti terapi pijat. Woolfson, et. al 2005 mengadakan sebuah program pijat
yang dilakukan oleh anak usia sekolah di SD Woodlands, Linwood sekali seminggu selama 6 minggu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perbaikan
konsentrasi yang signifikan berdasarkan pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian lain yang dilakukan oleh Field, Gail, Jeff, Nathan, et al 1996 menunjukkan peningkatan kemampuan wanita dewasa dalam menyelesaikan
perhitungan matematika setelah dilakukan terapi pijat 2x15 menit dalam seminggu selama 5 minggu. Elston 2010 mengatakan bahwa program pijat di
sekolah menunjukkan beberapa dampak positif termasuk belajar kooperatif dengan teman sekelasnya, menjadi lebih tenang dan lebih waspada serta
meningkatkan konsentrasi di kelas.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Berdasarkan karakteristik responden, mayoritas responden adalah
perempuan 60,87, mayoritas responden merupakan anak kedua dan ketiga 35,43, responden paling banyak memiliki 2 saudara kandung
yakni sebesar 43,48 dan berdasarkan pekerjaan orangtua, mayoritas responden memiliki orangtua yang bekerja sebagai wiraswasta 47,83
2. Berdasarkan fokus pandang siswa, terdapat peningkatan perhatian yang positif dari observasi pertama hingga kesembilan. Lebih dari 80 siswa
dapat mempertahankan fokus pandang positif selama 16 menit, yang jika dibandingkan dengan observasi pertama hanya dapat mempertahankan
perhatian selama 8 menit. 3. Berdasarkan bahasa tubuh, diperoleh bahwa siswa memiliki tipe belajar
yang bervariasi. Lebih dari 70 siswa menunjukkan bahasa tubuh yang positif pada observasi pertama selama 10 menit yang kemudian mengalami
peningkatan pada observasi kesembilan menjadi 20 menit. 4. Berdasarkan sikap siswa di kelas, diperoleh pada menit pertama dan menit
terakhir observasi terdapat siswa yang bising mengobrol di kelas. Sikap positif mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada menit pertama
Universitas Sumatera Utara
dan seterusnya masih ada siswa yang bisingmengobrol selama proses belajar. Sedangkan pada observasi kesembilan siswa hanya bising
mengobrol pada menit pertama dan terakhir. 5. Berdasarkan hasil nilai matematika, terapi pijat mempengaruhi konsentrasi
belajar siswa secara signifikan, walaupun terdapat satu hasil analisa yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan
terapi pijat. Hal ini disebabkan rata-rata nilai tersebut tidak mengalami perubahan.
2. Saran