bahwa terjadi penurunan jumlah insulin pada tubuh penderita sampai 12.5 per hari Sulistijani, 2001.
h. Batu empedu cholelithiasis Penyakit batu empedu terjadi akibat kantong empedu mengalami
supersaturasi. Artinya, cairan empedu yang tersimpan dalam kantung empedu, seperti asam empedu, kolesterol, dan asam lemak yang diproduksi
oleh sel hati berubah menjadi terlalu pekat. Kondisi ini mendorong terbentuknya batu empedu. Untuk mencegahnya, konsumsi serat makanan
ditingkatkan dan konsumsi makanan berlemak dikurangi. Melalui konsumsi serat makanan larut air, diharapkan asam empedu dan
kolesterol akan diikat oleh serat makanan tersebut dan selanjutnya dikeluarkan bersama feses. Dengan demikian, asam-asam empedu dan
kolesterol tersebut tidak terserap kembali oleh usus halus, juga tidak masuk dalam aliran darah menuju ke hati tidak mengalami resirkulasi
enterohepatik. Keuntungan lain mengkonsumsi serat makanan tidak larut air adalah dapat meningkatkan waktu transit, menurunkan laju aliran asam-
asam empedu ke usus halus dan secara tidak langsung dapat mengurangi frekuensi
resirkulasi enterohepatik,
tidak membentuk
gas, serta
memudahkan buang air besar. Proses itu membuat cairan empedu menjadi berkurang kepekatannya. Di sisi lain berarti terbentuknya batu empedu
dapat dicegah Sulistijani, 2001.
2.2.3 Sumber Serat Makanan
Serat makanan fiber terdapat di dalam bahan makanan nabati, seperti sayuran dan buah-buahan, merupakan bagian tumbuhan dinding sel, daun, kulit
buah, selaput biji-bijian, dan lain-lain yang memiliki struktur berupa karbohidrat
kompleks. Serat makanan dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan, seperti:
1. Serealia Serealia adalah bahan pangan dari tanaman yang termasuk famili rumput-
rumputan Gramineae, diantaranya padi Oryza sativa L., gandum Triticum
Universitas Sumatera Utara
sp., jagung Zea mays, dan sorgum Sorghum vulgare L.. Serealia memiliki dua jenis serat, yakni serat larut air dan serat tidak larut air. Kandungan serat
tidak larut air, yakni selulosa dan hemiselulosa terdapat pada kulit luar biji dan endospermanya. Sedangkan serat larut air, yakni musilages dan gum terdapat
pada endospermanya. Serealia yang mengandung serat, yakni oat, gandum, jagung, beras, dan beras merah Sediaoetama, 2008a.
2. Kacang-kacangan Bahan nabati dari golongan kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi meliputi
kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, serta kacang hijau Sulistijani, 2001.
3. Sayuran Sayuran merupakan bagian tanaman yang dapat dikonsumsi dalam keadaan
mentah maupun matang. Bahan nabati ini sangat dibutuhkan dan harus dikonsumsi setiap hari sesuai dengan jumlah dan komposisi yang seimbang.
Selain itu, sayuran bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena kaya akan kandungan vitamin, mineral dan serat. Beberapa contoh sayuran, antara lain
bayam, kangkung, daun pepaya, brokoli, tomat, paprika, bawang putih, bawang merah, asparagus dan jamur Sulistijani, 2001.
4. Buah-buahan Buah-buahan sangat dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari. Selain
dikonsumsi dalam bentuk segar, buah-buahan juga dapat diolah dalam bentuk jus atau dihidangkan bersama dengan sayuran. Buah-buahan sebaiknya
dikonsumsi pada saat perut sedang kosong. Tujuannya adalah agar penyerapan zat-zat tersebut tidak terhambat oleh kehadiran makanan lain, juga untuk
menghindari fermentasi di dalam kolon. Beberapa contoh buah-buahan yang mengandung serat, antara lain apel, pir, jeruk, lemon, strawberi, mangga,
anggur, pepaya, dan pisang Sediaoetama, 2008b.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Kandungan Serat Larut dan Serat Tidak Larut dalam Beberapa Bahan Pangan dalam
Kandungan Serat Larut dan Serat Tidak Larut Pangan
Serat Larut Serat Tidak Larut
Oat 14.0
13.8 Jagung
1.8 1.5
Ubi Rambat 1.1
1.5 Asparagus
0.5 1.1
Ketimun 0.4
0.5 Apel
0.9 1.1
Jeruk 0.6
1.4 Pisang
0.8 1.0
Sumber : Pangan dan Gizi untuk Kesehatan Khomsan, 2002.
2.3. Konsumsi Serat