Analisis Deskriptif Kinerja Guru

4.2.1.5. Analisis Deskriptif Kinerja Guru

Depdikbud 2000 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Lembaga Administrasi Negara LAN dalam Sedarmayanti 2001 merumuskan kinerja merupakan terjemahan dari performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja. Mangkunegara 2004 mendefinisikan kinerja prestasi kerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Berdasarkan jawaban responden dan pengolahan data Tabel 4,9 terhadap kuesioner yang dibagikan kepada guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar diperoleh hasil bahwa nilai kinerja guru tertinggi adalah berhubungan dengan pernyataan persiapan pelaksanaan mengajar dengan jawaban responden sangat setuju sebesar 57,14, setuju sebesar 42,86, dan untuk lainnya masing-masing 0. Hal ini menunjukkan bahwa guru di Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar selalu melakukan persiapan pelaksanaan pengajaran. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yaitu kompetensi paedagogik bahwa seorang guru harus mempunyai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan perserta didik untuk mengaktualisasikan Universitas Sumatera Utara berbagai potensi yang dimilikiya. Motivasi terendah yaitu berhubungan dengan pernyataan mengembalikan hasil pekerjaan siswa dengan jawaban responden sangat setuju sebesar 19,05, setuju sebesar 59,52 dan netral sebesar 21,43. Kinerja guru berada pada skala penilaian antara 3 dengan 5. Dapat disimpulkan bahwa kinerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar sudah tergolong tinggi walaupun belum maksimum. Untuk itu pihak manajemen sekolah yang terkait supaya meningkatkan kinerja para guru. Dengan meningkatnya kinerja guru maka prestasi belajar siswa akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjana 2002 menunjukkan bahwa 76,6 hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru. Juga seperti yang dikemukakan oleh Supriadi 1999 diantara berbagai masukan input yang menentukan mutu pendidikan yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa sepertiganya ditentukan oleh guru. 4.2.2. Pembahasan Analisis Statistik Infrential 4.2.2.1. Pengaruh Kebutuhan Fisiologis Dan Kebutuhan Rasa Aman Terhadap Motivasi Kerja Guru Hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini adalah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda Tabel. 4.18 menyatakan bahwa kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Universitas Sumatera Utara Cinta Rakyat Pematang Siantar. Motivasi kerja guru dapat semakin ditingkatkan dengan semakin meningkatkan pemenuhan kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman. Hasil olah data bahwa koefisien regressi untuk variabel kebutuhan fisiologis mempunyai nilai positif. Ini berarti apabila semakin terpenuhi kebutuhan fisiologis, maka akan semakin meningkatkan motivasi kerja para guru di Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Sedangkan apabila pemenuhan kebutuhan fisiolgis tidak terpenuhi akan dapat mengurangi motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Begitu juga untuk variabel kebutuhan rasa aman diperoleh hasil koefisien regresi bernilai positif juga. Hal ini juga berarti bahwa apabila kebutuhan rasa aman semakin terpenuhi, maka akan semakin meningkatkan motivasi kerja para guru yang ada di Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Sebaliknya apabila kebutuhan rasa aman tidak terpenuhi akan dapat menurunkan motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Pengujian hipotesis secara serempak Tabel. 4.19 diperoleh hasil bahwa kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel kebutuhan fisiologis dan variabel kebutuhan rasa aman dapat mempengaruhi motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Universitas Sumatera Utara Pengujian secara parsial Tabel 4.18 diperoleh hasil bahwa variabel kebutuhan fisiologis dan variabel kebutuhan rasa aman perbengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar. Dari hasil pengujian secara parsial bahwa yang paling dominan mempengaruhi motivasi kerja guru Sekolah Teknik Menengah STM Cinta Rakyat Pematang Siantar adalah variabel kebutuhan rasa aman. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Abraham Maslow bahwa orang termotivasi melakukan pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan yang terdiri dari 5 jenjang kebutuhan hierarchy of needs yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan perwujuadan diri. Orang termotivasi melakukan pekerjaan terutama untuk memenuhi kebutuhan fisiologis kemudian mengarah kepada kebutuhan yang lebih tinggi.

4.2.2.2. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru