penting dalam mengatur aktivitas anaknya sehari misalnya pola makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain anak Moehyi 1996.
2.2 Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh
seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan
dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis , psikologis, sosial, dan budaya Suhardjo, 2003.
Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan bagi anggota kelompok. Mutu serta jumlah bagian tiap anggota hampir
selalu didasarkan pada status hubungan antar anggota , bukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan gizi. Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi
kebiasaan makan, yaitu : faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi asosiasi
emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan serta penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar dari tubuh
manusia yang meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama Khumaidi, 1994.
2.2.1 Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
Pada usia sekolah ini kebiasaan makan pada anak tergantung pada kehidupan sosial, kadang-kadang anak malas makan di rumah karena kondisi
yang tidak disukai. Pada usia ini kemampuan makan dengan menggunakan sendok, piring, dan garpu sudah baik. Pada usia sekolah, tata cara dalam makan
seperti makan dengan posisi duduk, mencuci tangan sebelum makan, tidak mengisi mulut secara penuh dan mengambil makanan secara bersamaan. Kadang-
kadang anak usia sekolah juga malas untuk makan akibat stress atau sakit
Universitas Sumatera Utara
sehingga perlu pemantauan dan anak sekolah cenderung suka makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya Hidayat, 2005.
2.2.2 Pemberian Makan pada Anak Umur 7-12 Tahun
Golongan umur ini sudah mempunyai daya tahan tubuh yang cukup. Mereka jarang terjangkit infeksi atau penyakit gizi. Tetapi kebutuhan nutrien
justru bertambah, karena mereka sering melakukan berbagai aktivitas, seperti bermain di luar rumah, olahraga, pramuka, dan kegiatan sekolah lainnya.
Kebutuhan energi pada golongan umur 10-12 tahun lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan yang lebih pesat dan aktivitas yang lebih
banyak. Sejak umur 10-12 tahun kebutuhan energi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Selain itu, anak perempuan yang sudah haid memerlukan
tambahan protein dan mineral besi Markum, dkk, 2002. Tujuan pemberian makan pada bayi dan anak adalah : 1 Memberikan
nutrien yang cukup sesuai dengan kebutuhan, yang dimanfaatkan untuk tumbuh kembang yang optimal, penunjang berbagai aktivitas, dan pemulihan kesehatan
setelah sakit, dan 2 Mendidik kebiasan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai, memilih, dan menentukan jenis makanan yang bermutu
Markum, dkk, 2002. Makan bersama dengan anggota keluarga tetap dianjurkan untuk menjalin
keakraban keluarga. Beberapa anak kurang menyukai makanan di rumah dan lebih banyak jajan di luar karena itu harus pandai-pandai memilih dan
menghidangkan makanan di rumah. Namun sewaktu-waktu anak dapat makan di luar bersama keluarga Markum, dkk , 2002.
Cara pemberian makan pada anak yang tidak tepat dapat menjadikan anak sulit makan, contohnya memberikan makanan dengan kasar atau dengan marah-
marah, suka memaksa anak untuk cepat-cepat menghabiskan makanan setiap kali makan, memberikan makan terlalu banyak, menetapkan banyak aturan yang harus
dilakukan anak pada saat makan, dan waktu yang tidak tepat Widodo, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Pengaturan Makan pada Anak Usia Sekolah 7-12 Tahun